Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Jangan Kalah Oleh Keinginan Daging

1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
- 1 Petrus 2:11
John Bunyan, penulis Inggris abad ke-17, mengarang buku berjudul, The Pilgrim’s Progress, yang menceritakan tentang seorang bernama Kristen yang bermimpi menempuh perjalanan dari rumahnya “Kota Kehancuran” (dunia ini) menuju “Kota Surgawi”. Kisah ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup orang percaya yang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan sebelum mencapai tempat kediaman kekal.
 Rasul Petrus menyebut penerima suratnya sebagai “pendatang dan perantau”. Alkitab terjemahan BIS memakai istilah “orang asing dan perantau”. Kedua istilah itu menyatakan maksud yang sama, yaitu status orang Kristen sebagai penduduk sementara di dunia ini. Dunia bukanlah tempat kediaman orang-orang percaya yang sesungguhnya. Sebagai pendatang dan perantau, mereka harus memiliki cara hidup yang tidak sama dengan orang-orang di dunia. 
Mereka dinasihati untuk “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging”. Keinginan daging atau hawa nafsu daging adalah karakteristik dari kodrat dosa. Upaya menjauhkan diri tersebut harus menjadi perjuangan yang terus-menerus. Jangan membiarkan diri menuruti keinginan daging meskipun hanya sejenak. Menuruti keinginan-keinginan daging mungkin kelihatannya menarik, tidak berbahaya bahkan menyenangkan untuk sejangka waktu karena keinginan-keinginan tersebut mungkin tidak langsung melahirkan perbuatan jahat. Akan tetapi, mereka adalah musuh yang membahayakan jiwa orang percaya karena melemahkan kerohanian. Itu sebabnya, orang percaya harus selalu peka terhadap kerusakan rohani semacam ini.
 Rasul Petrus mengingatkan orang Kristen tentang identitas mereka. Siapa Anda menentukan cara hidup Anda. Jika Anda menyadari diri sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini maka kita akan berjuang sepenuh hati agar tidak larut dalam kehidupan duniawi. 
Perjuangan untuk melawan keinginan daging harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup kita. Selama kita masih hidup, selama itu pula kita terus berjuang sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan, “Saya manusia lemah. Saya tidak berdaya terhadap dosa.” Seorang Kristen disebut sejati atau tidak, ditentukan oleh seberapa sungguh ia berjuang untuk seturut keinginan jiwa, yaitu jiwa yang telah diselamatkan Kristus yang ingin selalu menyenangkan hati-Nya dan berjalan seturut keinginan Roh.
Refleksi Diri:
• Mengapa orang Kristen harus selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang asing dan perantau di dunia ini?
• Apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang asing dan perantau di dunia?

"
Share:

Apa Standar Hidup Anda?

Roma 12:1-2

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Roma 12:2
Di dalam kehidupan, tak jarang kita menemukan berbagai standar hidup yang terlihat nyaman dan sukses. Kita dapat berkata, “Si A hidupnya enak karena sudah punya perusahaan,” “B lebih enak hidupnya sebab sudah punya rumah gede dan berbagai barang mewah,” “Ah Si C punya standar hidup yang bagus. Hartanya bisa menjamin sampai tujuh turunan,” dan lain sebagainya. Kita seringkali menetapkan standar hidup orang lain menjadi standar hidup kita. Padahal setiap kita membutuhkan dan dapat menghasilkan standar hidup yang berbeda-beda. Ironisnya, banyak motivator juga menyamaratakanstandar hidup, seakan dapat dilakukan oleh semua orang. Alhasil, ketika tidak dapat mencapai standar hidup tersebut, seseorang akan menjadi depresi dan merasa hidupnya gagal.
Menentukan standar hidup bukanlah sesuatu yang salah. Namun, bagaimana seharusnya standar hidup seorang Kristen yang sejati? Ketika kita diterima sebagai anak-anak Tuhan, menjadi pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus maka standar hidup kita seharusnya berbeda dengan standar hidup dunia. Nasihat ini disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Paulus mengingatkan bahwa sebagai manusia baru yang telah ditebus maka kita bukan lagi menjadi milik dunia. Kita seutuhnya telah menjadi milik Kristus. Karena itu, standar hidup kita bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan melakukan kehendak Allah.
Apa yang menjadi kehendak Allah adalah apa yang sesuai dengan firman Allah. Kehendak Allah itu pasti berkenan kepada Allah dan selalu menyenangkan-Nya. Itulah yang seharusnya menjadi standar hidup dari anak-anak Allah. Yuk kita mengubah standar hidup kita menjadi standar hidup yang berkenan di hadapan Allah. Ubah pikiran dan cara hidup kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Biarlah dalam pekerjaan, kehidupan berkeluarga, maupun pelayanan kita, standar hidup yang dikejar adalah standar hidup yang berkesesuaian dengan pikiran dan sifat ilahi Tuhan. Bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi Diri:
Apa yang menjadi standar hidup Anda selama ini? Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
Bagaimana langkah konkret Anda untuk menetapkan standar hidup yang sesuai dengan kehendak Allah?
"
Share:

Hilang Sinyal

Roma 8:31-35
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
- Mazmur 103:13

Dalam bukunya yang berjudul, On The Wing, seorang naturalis bernama Alan Tennant mencatat usahanya untuk mempelajari satu spesies burung yang terancam punah, yaitu elang peregrine. Tergerak untuk pemulihan spesies ini, Tennant mengikatkan alat pemancar pada sejumlah burung elang untuk melacak pola migrasi mereka. Ia akan terbang dengan pesawat dan mengikuti kawanan burung yang sudah dipasanginya alat pemancar.
Namun, seringkali Tennant tidak dapat mengikuti kawanan burung karena kehilangan sinyal dari alat pemancar. Meskipun sangat mengasihi burung-burung tersebut, Tennant tidak selalu bisa melacak burung-burung yang ingin ditolongnya.
Peristiwa serupa juga terjadi dalam hal mengasihi orang yang kita sayangi. Entah orangtua ke anak, suami ke istri, kakak ke adik, paman ke keponakan atau orang-orang terdekat yang ada di hati kita. Kemampuan mengasihi orang-orang yang dekat di hati kita dalam suatu kondisi tertentu juga terbatas. Tenaga dan waktu kita terbatas. Kemampuan kita mengekspresikan kasih juga mungkin berbeda dan belum tentu cocok dengan orang yang kita kasihi. Manusia punya keterbatasan yang tidak bisa dipungkirinya. Manusia bisa kehilangan sinyal kasih kepada orang yang dikasihinya.
Paulus mengungkapkan kebenaran yang berbeda ketika Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengasihi, Dia tidak akan pernah gagal untuk mengekspresikan kasih- Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi Tuhan untuk menyatakan kasih kepada anak-anak-Nya. Tidak manusia, tidak juga keadaan-keadaan yang buruk. Ketika Tuhan telah menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan tidak akan pernah kehilangan sinyal untuk melacak anak-anak-Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus.
Saat ini mungkin ada orang-orang tertentu yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Perkataan atau perbuatan mereka mungkin sangat melukai hati. Bahkan mereka senantiasa menarik kita menjauh dari Tuhan. Percayalah Tuhan Yesus sedang melacak dan siap menyatakan kasih-Nya kepada kita di tengah kondisi buruk yang kita hadapi. Demikian juga ketika kesulitan-kesulitan hidup membebani pundak, percayalah kita tidak sendirian. Yesus siap membantu mengangkat beban hidup kita dan selalu melacak kita dengan kasih-Nya setiap saat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah meragukan kasih Tuhan kepada Anda? Kenapa?
Apa wujud kasih terbesar Tuhan Yesus yang pernah Anda rasakan? Apakah wujud kasih Yesus tersebut bisa menguatkan Anda sekarang?
"
Share:

Memberitakan Perbuatan Besar Allah

1 Petrus 2:7-10

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib:
- 1 Petrus 2:9
Bangsa Israel sangat bangga akan identitasnya sebagai bangsa pilihan Allah. Status istimewa itu tercatat dalam Kitab Suci, yang bermula dari Allah memilih Abraham sebagai nenek moyang mereka. Akan tetapi, sejalan dengan kedatangan Yesus ke dalam dunia, status bangsa pilihan mengalami perubahan.
Rasul Petrus menjelaskan bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus mendapatkan berbagai berkat. Pertama, mereka adalah “bangsa yang terpilih”. Istilah bangsa yang terpilih mengingatkan kita pada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Akan tetapi, di dalam Kristus, siapa pun yang percaya kepada-Nya menjadi bagian dari bangsa terpilih. Allah tidak lagi memilih bangsa pilihannya berdasarkan faktor fisik atau rasial, yaitu apakah ia keturunan Abraham atau bukan, tetapi berdasarkan faktor iman kepada Kristus (1Ptr. 2:6,7). Kedua, orang percaya juga disebut sebagai “imamat rajani” dan “bangsa yang kudus”, dua frasa yang dikutip dari Keluaran 19:6 yang mana Tuhan menjanjikan status ini kepada orang Israel yang memelihara perjanjian dengan Allah. Status-status tersebut sekarang diberikan kepada setiap orang percaya dalam makna rohani karena mereka mengikatkan diri kepada Raja di atas segala raja, Yesus Kristus.
Tujuan dari status istimewa tersebut bukanlah untuk semata-mata kita nikmati, tetapi agar kita memuliakan Allah, yaitu “supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”. Itulah tujuan dari kehidupan kita yang sejati. Penebusan bukanlah berpusat pada manusia, melainkan pada Allah. Yang dimaksud memberitakan adalah menceritakan tentang siapa Dia dan apa yang diperbuat-Nya.
Sebagai orang percaya, status kita sungguh istimewa. Akan tetapi, kita dipanggil bukan untuk membanggakan diri dan menikmati berkat tersebut semata-mata untuk diri kita sendiri, melainkan untuk memberitakan siapa dan apa yang diperbuat Allah. Dengan kata lain, panggilan kita adalah panggilan bersaksi dan memberitakan Injil. Tumbuhkan semangat untuk bersaksi mengenai apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan di dalam hidup Anda. Biarlah orang-orang yang belum percaya dapat mengenal dan mengalami kasih Yesus di dalam hidup mereka.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah bersaksi memberitakan perbuatan Allah yang besar? Jika belum, mengapa?
Apa inti kesaksian orang Kristen menurut pendapat Anda?
"
Share:

Kedewaan Rohani

Pengantar Ibadah
Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan. (Mazmur 74:20)
Waktu Teduh
Meneduhkan, menenangkan, dan memusatkan hati kepada Tuhan (1 menit).
Pujian kepada Tuhan
Memuji Tuhan dengan satu lagu pujian yang Anda pilih sendiri.
Bacaan Alkitab
12 Sebab sekalipun kamu, ditinj sudutam waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih m 
emerlukan susu, bukan makanan keras. 13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (Ibrani 5:12-14)
Pengantar untuk Renungan
Kedewasaan rohani tidak dapat diukur dari berapa lama seseorang menjadi pengikut Kristus namun dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan. Bertambahnya usia seseorang tidak berarti dengan sendirinya kedewasaan yang bersangkutan juga ikut bertambah. Sebab bisa jadi walaupun orang sudah berusia lanjut namun ia patut dinilai sebagai pribadi yang masih kekanak-kanakan. Hal ini adalah karena kedewasaan seseorang sangatlah tergantung kepada kematangan pola pikir yang bersangkutan. Apabila seseorang, di usia berapapun, belum mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah, maka ia adalah orang yang masih kekanak-kanakan alias belum dewasa.
Bahwasanya kedewasaan seseorang adalah tergantung kepada kematangan pola pikirnya itulah yang diutarakan di dalam Ibrani 5. Di situ penulis surat Ibrani berkata bahwa walaupun seseorang sudah lama menjadi pengikut Kristus, sehingga seharusnya sudah menjadi pengajar, namun apabila ia belum juga memahami ajaran tentang kebenaran maka secara rohani yang bersangkutan masihlah seorang anak kecil. Lebih jauh ia berkata bahwa seorang yang dewasa adalah pribadi yang mampu membedakan antara yang baik dengan yang jahat. Hal ini menunjukkan bahwa kedewasaan seseorang terlihat dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudah dewasakah kehidupan rohani Anda? Apakah yang perlu Anda lakukan agar bertumbuh dewasa secara rohani?
Respon Firmam
Tuhan, aku menyadari bahwa di dalam banyak hal kehidupan rohaniku masih belum dewasa. Tidak jarang aku masih melakukan perkara yang kuanggap sebagai hal yang baik padahal di pemandangan-Mu merupakan hal yang jahat. Tuhan, tolonglah diriku agar rohaniku semakin bertumbuh dewasa, sehingga hidupku mencerminkan pikiran, perasaan dan kehendak-Mu. Bentuklah diriku dengan firman-Mu yang mengubah dan membaharui pola pikirku agar hidupku semakin berkenan kepada-Mu. Dengan demikian barulah aku dapat menjadi saksi-Mu yang memuliakan nama-Mu di manapun diriku berada.
Doa Firman 
Aku menaikkan ucapan syukurku kepada-Mu karena Engkau memberikan kesempatan yang baru bagi diriku pada hari ini. Kesempatan yang seharusnya kuisi dengan kehidupan yang tidak sia-sia, namun penuh makna dan menyenangkan hati-Mu. Oleh sebab itu tuntunlah hidupku dengan firman-Mu. Sertailah hidupku dengan Roh-Mu dan hikmat-Mu. Supaya dengan demikian setiap langkah yang kuambil akan membuahkan keberhasilan dan memuliakan nama-Mu. Jangan biarkan aku terjerumus ke dalam pencobaan dan lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhanku, aku berdoa. Amin.
Waktu Teduh
Meneduhkan hati di hadapan Tuhan (2 menit).

 

 
Share:

Perintah Seorang Sahabat

Yohanes 15:12-17
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
- Yohanes 15:14
Persahabatan bagai kepompong. Potongan lirik lagu ini pernah populer di kalangan remaja pada tahun 2008-2010. Para netizen mengatakan lagu ini mempunyai makna yang dalam tentang persahabatan. Disampaikan melalui lagu tersebut bahwa persahabatan dapat mengubah hal yang sulit menjadi indah. Namun, tidak dapat dipungkiri persahabatan juga menghadirkan perbedaan yang dapat membuat persahabatan renggang antara satu sama lain.
Saya rasa sebagian dari kita mempunyai sahabat karib bagaikan saudara. Kita acap kali merindukan seorang sahabat yang dapat selalu hadir dan mendukung kita dalam suka maupun duka. Memiliki sahabat memang hal yang menyenangkan. Namun, terkadang kita tidak siap menghadapi perbedaan ataupun menerima masukan/nasihat dari sahabat kita. Biasanya kita ingin tetap didukung oleh sahabat sekalipun kita telah melakukan yang salah.
Dalam perikop bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus memanggil kita sebagai sahabat-Nya. Ini adalah panggilan spesial bagi kita! Menariknya, bukan kita yang terlebih dahulu menjadikan Yesus sebagai sahabat kita, melainkan Yesus sendiri yang berinisiatif terlebih dulu memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya (ay. 16). Namun, sebagai seorang sahabat Allah, ada perintah yang perlu kita lakukan, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Kita melakukan perintah ini karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi setiap kita yang adalah orang berdosa. Kasih Allah tak terukur dalamnya. Ini dibuktikan dengan pengorbanan melalui diri Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa dan menyelamatkan kita dari jurang dosa. Yesus telah memberikan nyawa-Nya bagi setiap kita yang Dia sebut sebagai sahabat-Nya.
Sebagai sahabat Allah, hendaklah kita melakukan perintah-Nya. Kita melakukan perintah Allah bukan karena posisi kita sebagai budak, melainkan karena sudah mengenal dan mengetahui apa yang Allah ingin kita kerjakan. Secara gamblang, Allah sudah menyatakan perintah-Nya melalui firman Tuhan yang kita baca maupun dengar. Yang patut kita waspadai adalah memilih-milih perintah Allah yang sesuai dengan keinginan kita. Inilah yang bisa merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan.
Yuk, jadilah sahabat Allah yang setia. Lakukan perintah yang sudah Allah berikan bagi setiap kita, yaitu saling mengasihi. Biarlah perbuatan kasih nyata dalam keseharian kita dan dapat terus memuliakan Tuhan di antara orang-orang yang ada di sekitar kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah menjadi sahabat Allah yang sesuai dengan perintah-Nya?
Apa yang akan Anda lakukan sebagai seorang sahabat Allah sebagai bukti kasih Anda kepada-Nya?
"
Share:

Misteri Pertobatan

Yunus 3:1-10

Sebab dukacita menurut kehendak Alah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
- 2 Korintus 7:10

Pertobatan sering dilihat sebagai sebuah tindakan hasil keputusan pribadi seseorang. Namun, jika menilik kisah-kisah pertobatan orang Kristen maka akan terlihat suatu fakta menarik. Pertobatan dapat terjadi dalam hidup orang-orang yang kelihatan baik, tetapi juga mereka yang kehidupannya sangat kacau. Pertobatan tidak terjadi dalam kehidupan orang-orang tertentu, semua orang bisa mengalaminya. Bahkan, ada juga orang yang sudah mendengar berita Injil tetapi tetap tidak bertobat. Inilah misteri pertobatan. Lantas, apa faktor yang membuat seseorang bertobat kembali kepada Tuhan?
Kisah-kisah pertobatan dalam kitab Yunus menunjukkan bahwa pertobatan seseorang dapat terjadi hanyalah karena anugerah Tuhan. Ada dua pertobatan yang dicatat dalam pasal 3, yaitu pertobatan Yunus dan juga penduduk kota Niniwe. Yunus bertobat dari pemberontakannya terhadap Tuhan setelah mengalami berbagai peristiwa intervensi yang luar biasa dari-Nya (lih. Yun. 1:1-17). Di lain pihak, penduduk kota Niniwe bertobat dari jalan hidupnya yang salah setelah mendengar pesan dari Tuhan yang dalam bahasa aslinya, hanya berisi lima kata saja (Yun 3:4), singkat tapi mengena. Dua kisah pertobatan ini terlihat begitu kontras, tetapi kita juga dapat melihat bahwa pertobatan mereka dimulai dari penyataan diri Allah dan firman-Nya.
Pertobatan seseorang kepada Tuhan merupakan hasil anugerah-Nya yang memampukan orang tersebut untuk merespons firman. Rasul Paulus juga menegaskan bahwa pertobatan seseorang adalah kemurahan hati Allah. Ia menekankan bahwa seseorang dapat menolak atau percaya karena Allah yang bekerja dalam hatinya (Rm. 9:14-18). Satu hal patut digarisbawahi, orang yang sudah percaya kepada Yesus memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan Injil (Rm. 10:14-15). Pemberitaan Injil tidak boleh dihilangkan dengan alasan apa pun. Allah mengerjakan keselamatan dalam hati seseorang melalui berita Injil dalam firman-Nya.
Panggilan utama anak-anak Tuhan bukanlah membuat orang bertobat, melainkan memberitakan Injil. Kita semua dipanggil untuk setia memberitakan Injil, karena itu janganlah menilai panggilan kita dengan berapa jumlah orang yang sudah bertobat kembali ke jalan Tuhan. Marilah kita belajar setia untuk memberitakan Injil karena pertobatan adalah karya Allah semata melalui firman-Nya dan kita hanyalah alat yang digunakan-Nya.

Refleksi Diri:

Bagaimana kisah pertobatan Anda? Apakah Anda melihat tangan Tuhan bekerja di dalam diri Anda?
Apakah Anda pernah memberitakan berita Injil kepada orang lain? Jika sudah, mari teruskan; jika belum, mari belajar untuk setia terhadap panggilan Tuhan!"
Share:

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 11

Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 11:9

Masa muda adalah masa yang menyenangkan. Banyak orang berusaha untuk terlihat dan merasa lebih muda. Bagi beberapa orang, menjadi muda juga berarti bisa hidup sesukanya, mengejar kenikmatan, dan tidak mengkhawatirkan banyak hal.
Kitab Pengkhotbah pasal 11 membawa kita untuk mengobservasi kehidupan kemudian memberikan nasihat kepada orang muda. Sang Pengkhotbah mengatakan bahwa kenikmatan kita dalam hidup di dunia akan dibatasi oleh banyak hal. Pertama, kita tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi (ay. 2b) atau bahwa tindakan kita akan membawa hasil (6b). Sebenarnya, banyak hal di dalam dunia ini yang kita tidak tahu atau tidak mengerti (ay. 5). Kedua, kita hanya bisa berspekulasi tentang kehidupan (ay. 4). Kemampuan kita untuk menikmati hidup akan menemui banyak ketidakpastian, serta batasan-batasan di dalamnya.
Di dalam pasal yang sama, Pengkhotbah pun mengundang pembacanya untuk hidup dengan penuh petualangan dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak biasa (ay. 1). Selain itu, ia mengundang untuk hidup dengan rajin (ay. 6a). Sang Pengkhotbah mengharapkan pembacanya menjalani hidup yang bersukacita (ay. 8a, 9a, 10a). Namun, di ayat 5b dan 9c, Pengkhotbah juga mengingatkan kita untuk hidup dekat dengan Allah serta menjalankan kehendak-Nya.
Intinya, Sang Pengkhotbah mengundang kita untuk menikmati dan menjalani hidup sepenuhnya, tetapi pada saat yang bersamaan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Bagaimana caranya menjalani hidup yang seperti itu? Dengan mengejar kenikmatan yang tidak berdosa. Kenikmatan yang tidak berdosa bisa didapatkan saat kita mengejar Tuhan sebagai sumber kenikmatan yang utama di dalam hidup. Ketika kita mengejar, berusaha mendekat kepada Tuhan, dan menikmati persekutuan dengan Kristus Yesus, kita akan mengejar kenikmatan-kenikmatan yang kudus di mata-Nya dengan sikap yang benar. Mari jalani dan nikmati masa muda Anda dengan bersukacita dan bersekutu di dalam-Nya.
Refleksi Diri:
Apa artinya “menikmati persekutuan dengan Tuhan” bagi Anda? Apakah Anda sudah menikmati hidup dengan cara yang kudus?
Apakah contoh kenikmatan-kenikmatan yang kudus (tidak berdosa) yang bisa Anda alami sebagai orang Kristen?
"
Share:

Ajaib Kasih-Nya

Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamatan. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?
Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.
Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah  bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia,  sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.
Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?
Refleksi Diri:
Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.