Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Jangan Menangis

Lukas 7:11-17
... lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
- Lukas 7:13b

Perkataan “jangan menangis” terdengar kasar dan menyakiti hati seseorang yang sedang berduka. Apakah ini sama dengan perkataan Tuhan Yesus ketika berjumpa dengan janda yang baru saja kehilangan anak tunggalnya? Saat Yesus berkata kepada janda yang berduka, “Jangan menangis,” mungkin orang-orang yang mendengarnya akan memprotes dalam hati, orang ini nggak ngerti perasaan orang lain. Wajarlah ia menangis. Anak satu-satunya meninggal. Mungkin janda tersebut juga sangat kaget mendengarnya, hanya bisa terdiam dan menatap saja.
Yesus tidak melarang seseorang menangis ketika sedang berduka, tetapi di saat Dia berbicara demikian kepada sang janda justru inilah yang membedakan kehadiran Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus mempunyai kuasa atas kehidupan dan kematian. Kehadiran-Nya dapat menghapuskan air mata dari sang janda. Jika Yesus hanya bicara “jangan menangis” dan tidak sanggup melakukan apa pun, baru Dia keterlaluan. Namun, tidak demikian yang terjadi.
Cara menghibur Tuhan Yesus berbeda dengan cara dunia. Meskipun ada aturan pada zaman itu bahwa jika seseorang menyentuh mayat, ia akan menjadi najis, Yesus tetap melakukannya. Yesus adalah Allah yang berotoritas. Dia tidak menjadi najis, tapi justru hiduplah yang Dia berikan. Tuhan Yesus menyentuh jenazah anak tunggal sang janda dan secara mengejutkan berbicara kepada tubuh yang sudah terbujur kaku itu, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ay. 14b). Orang-orang pasti bingung dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi semuanya berubah menjadi keheranan dan sukacita, terlebih bagi sang ibu. Segera sesudah perkataan itu diucapkan, anak itu pun duduk dan mulai berkata-kata.
Mukjizat tersebut bukan hanya menunjukkan kasih dan kuasa Tuhan Yesus, tapi juga menyatakan tujuan karya Yesus dalam kematian-Nya di kayu salib dan kubur kosong (bukti kebangkitan-Nya) adalah memberikan kehidupan kekal. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus, bahwa orang-orang yang berduka di dalam Tuhan Yesus memiliki pengharapan (lih. 1Tes. 4:13-14).
Sahabat saya yang saya ceritakan di renungan kemarin, setelah lewat beberapa bulan menyaksikan bagaimana pengharapan di dalam Tuhan Yesus sungguh menghibur. Ia bisa bersukacita karena kedua orang yang dikasihinya itu sudah ada di dalam Tuhan Yesus. Kematian menjadi perpisahan sejenak, sebelum berkumpul selamanya.
Refleksi Diri:
Apakah jaminan dari seseorang yang meninggal di dalam iman kepada Tuhan Yesus?
Bagaimana Anda akan menjadi sahabat yang hadir mendampingi kerabat/teman Anda yang sedang berduka?
"
Share:

Diangkat Dari Keterpurukan

Yohanes 15:1-8
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

- Yohanes 15:2
Gunung Kilimanjaro terkenal dengan metode pertaniannya yang mengesankan, yaitu sistem Kihamba tradisional. Sistem tanam di daerah ini diciptakan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dikenal cukup sulit untuk bertani. Masyarakat lokal membangun sistem pertanian bertingkat yang terdiri dari empat laisan utama vegetasi. 
Lapisan paling atas dari vegetasi dibentuk oleh pohon-pohon yang ditanam dengan jarak yang jarang untuk memberikan keteduhan bagi tanaman obat-obatan, pakan ternak, buah-buahan, dan kayu. Di bawah pohon-pohon ini, banyak varietas pisang ditanam bersama-sama dengan kopi dan sayuran. Sebuah sistem pertanian yang dikembangkan untuk menghasilkan panen terbaik dari pohon-pohon yang dibudidayakan.
 Di dalam Alkitab kita juga menemukan catatan tentang sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat kuno. Salah satu sistem pertanian yang paling sering disebut di dalam Alkitab adalah pertanian anggur. Pada perikop bacaan hari ini disampaikan tentang analogi pokok anggur dan ranting. Rasul Yohanes menjelaskan bahwa buah anggur yang tidak berbuah akan dipotong. Kata “dipotong” bahasa aslinya menggunakan kata airo. Selain pemaknaan umumnya adalah dipotong, airo juga dapat berarti diangkat. Ranting yang tidak berbuah selain dipotong juga akan diangkat. Pada masa Perjanjian Baru, pengusaha kebun anggur biasanya akan mengangkat tanaman anggur yang tidak produktif dari tanah. Petani anggur kuno memastikan untuk mengangkat ranting dari tanah agar ranting bisa mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan akhirnya menghasilkan banyak buah.
 Demikian pula Bapa akan bertindak terhadap kita ranting-ranting anggur-Nya. Tuhan akan mengangkat kita. Mungkin hari ini kita belum menghasilkan banyak buah untuk Tuhan. 
Kehidupan kita masih biasa-biasa saja, bahkan bertentangan dengan kehendak Tuhan. 
Sebagai umat pilihan-Nya, kita akan diangkat oleh Tuhan sehingga bisa berbuah. Kita akan diangkat dari kegagalan kita, didorong untuk berkembang dan berhasil. Jangan kehilangan iman percaya kita kepada Yesus Kristus dan jangan pula putus asa ketika masih belum berbuah. Di tengah segala keterpurukan, 
tuhan tahu dan siap untuk mengangkat kita. Mari menyerahkan seluruh kelemahan kita kepada Tuhan dan biarkan Dia menuntun kita untuk hidup berbuah.

Refleksi Diri:
• Apakah ada kecenderungan atau kebiasaan buruk yang menghambat Anda untuk hidup berbuah bagi Tuhan?
• Apa tindakan konkret yang ingin dilakukan agar hidup Anda lebih menghasilkan buah bagi Tuhan?

"
Share:

Maksimal Kasih-Nya

Yohanes 3:14-21

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1 Petrus 1:18-19

Apakah Anda pernah merasa kurang dikasihi Tuhan? Mungkin ada yang menjawab, “Nggak pernah dong!” Namun, banyak juga yang berkata, “Saya pernah mempertanyakan itu” atau “itu yang sedang saya rasakan.” Jujur saya pun pernah bertanya demikian. Pertanyaan itu muncul biasanya saat diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang berat. Muncul pemikiran Tuhan sudah tidak sayang kita lagi. Kemudian kita memikirkan solusinya dengan lebih rajin terlibat dalam semua kegiatan agama agar lebih dikasihi Tuhan.
Kita berpikir, kalau Tuhan lebih mengasihiku, Dia pasti akan lebih memperhatikan kondisiku, Dia akan turun tangan menyelesaikan masalahku. Sungguh pemikiran ini tidak tepat. Ingat dan bacalah Yohanes 3:16. Kasih Allah tidak setengah-setengah. Dia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya, untuk menebus dosa manusia. Mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal, bukan hidup yang temporer. Hidup kekal tidak bisa dihitung, diselamatkan dari kebinasaan abadi adalah tidak terhingga. Semuanya maksimal karena memberikan sesuatu yang tidak ternilai, yang tidak terbatas. Petrus menegaskannya dengan menyatakan bahwa kita dibeli bukan oleh emas dan perak, tetapi oleh darah yang mahal, darah Kristus yang sama sekali tidak bercacat (1Ptr. 1:8-9). Kasih yang diberikan Allah maksimal.
Jika ada orang yang menganggap Tuhan tidak mengasihi dirinya karena penderitaan yang dialaminya, ingatlah Kristus sudah lebih dulu menderita dengan maksimal. Dia menanggung seluruh murka Allah, penderitaan yang harganya setara dengan kematian-Nya. Seberat apa pun penderitaan yang diderita hari ini, tidak sebanding dengan penderitaan kekekalan yang kita harus terima seandainya Kristus tidak pernah lahir dan mati di kayu salib. Kita sering mencari-cari kasih yang bisa mengisi kekosongan hati kita yang terdalam. Orang-orang di sekeliling kita mungkin mengasihi kita, tetapi sama dengan kita, mereka manusia yang penuh kekurangan yang bisa mengecewakan kita. Namun, kasih Tuhan yang maksimal itu tidak pernah mengecewakan kita karena Dia sudah membuktikan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa tanda kasih Allah yang maksimal bagi Anda? Adakah pengalaman masa lalu yang membuktikan kasih-Nya terhadap Anda?
Bagaimana Anda mau merespons kasih Allah yang maksimal ketika penderitaan melanda?"
Share:

Jangan Kalah Oleh Keinginan Daging

1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
- 1 Petrus 2:11
John Bunyan, penulis Inggris abad ke-17, mengarang buku berjudul, The Pilgrim’s Progress, yang menceritakan tentang seorang bernama Kristen yang bermimpi menempuh perjalanan dari rumahnya “Kota Kehancuran” (dunia ini) menuju “Kota Surgawi”. Kisah ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup orang percaya yang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan sebelum mencapai tempat kediaman kekal.
 Rasul Petrus menyebut penerima suratnya sebagai “pendatang dan perantau”. Alkitab terjemahan BIS memakai istilah “orang asing dan perantau”. Kedua istilah itu menyatakan maksud yang sama, yaitu status orang Kristen sebagai penduduk sementara di dunia ini. Dunia bukanlah tempat kediaman orang-orang percaya yang sesungguhnya. Sebagai pendatang dan perantau, mereka harus memiliki cara hidup yang tidak sama dengan orang-orang di dunia. 
Mereka dinasihati untuk “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging”. Keinginan daging atau hawa nafsu daging adalah karakteristik dari kodrat dosa. Upaya menjauhkan diri tersebut harus menjadi perjuangan yang terus-menerus. Jangan membiarkan diri menuruti keinginan daging meskipun hanya sejenak. Menuruti keinginan-keinginan daging mungkin kelihatannya menarik, tidak berbahaya bahkan menyenangkan untuk sejangka waktu karena keinginan-keinginan tersebut mungkin tidak langsung melahirkan perbuatan jahat. Akan tetapi, mereka adalah musuh yang membahayakan jiwa orang percaya karena melemahkan kerohanian. Itu sebabnya, orang percaya harus selalu peka terhadap kerusakan rohani semacam ini.
 Rasul Petrus mengingatkan orang Kristen tentang identitas mereka. Siapa Anda menentukan cara hidup Anda. Jika Anda menyadari diri sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini maka kita akan berjuang sepenuh hati agar tidak larut dalam kehidupan duniawi. 
Perjuangan untuk melawan keinginan daging harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup kita. Selama kita masih hidup, selama itu pula kita terus berjuang sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan, “Saya manusia lemah. Saya tidak berdaya terhadap dosa.” Seorang Kristen disebut sejati atau tidak, ditentukan oleh seberapa sungguh ia berjuang untuk seturut keinginan jiwa, yaitu jiwa yang telah diselamatkan Kristus yang ingin selalu menyenangkan hati-Nya dan berjalan seturut keinginan Roh.
Refleksi Diri:
• Mengapa orang Kristen harus selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang asing dan perantau di dunia ini?
• Apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang asing dan perantau di dunia?

"
Share:

Apa Standar Hidup Anda?

Roma 12:1-2

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Roma 12:2
Di dalam kehidupan, tak jarang kita menemukan berbagai standar hidup yang terlihat nyaman dan sukses. Kita dapat berkata, “Si A hidupnya enak karena sudah punya perusahaan,” “B lebih enak hidupnya sebab sudah punya rumah gede dan berbagai barang mewah,” “Ah Si C punya standar hidup yang bagus. Hartanya bisa menjamin sampai tujuh turunan,” dan lain sebagainya. Kita seringkali menetapkan standar hidup orang lain menjadi standar hidup kita. Padahal setiap kita membutuhkan dan dapat menghasilkan standar hidup yang berbeda-beda. Ironisnya, banyak motivator juga menyamaratakanstandar hidup, seakan dapat dilakukan oleh semua orang. Alhasil, ketika tidak dapat mencapai standar hidup tersebut, seseorang akan menjadi depresi dan merasa hidupnya gagal.
Menentukan standar hidup bukanlah sesuatu yang salah. Namun, bagaimana seharusnya standar hidup seorang Kristen yang sejati? Ketika kita diterima sebagai anak-anak Tuhan, menjadi pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus maka standar hidup kita seharusnya berbeda dengan standar hidup dunia. Nasihat ini disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Paulus mengingatkan bahwa sebagai manusia baru yang telah ditebus maka kita bukan lagi menjadi milik dunia. Kita seutuhnya telah menjadi milik Kristus. Karena itu, standar hidup kita bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan melakukan kehendak Allah.
Apa yang menjadi kehendak Allah adalah apa yang sesuai dengan firman Allah. Kehendak Allah itu pasti berkenan kepada Allah dan selalu menyenangkan-Nya. Itulah yang seharusnya menjadi standar hidup dari anak-anak Allah. Yuk kita mengubah standar hidup kita menjadi standar hidup yang berkenan di hadapan Allah. Ubah pikiran dan cara hidup kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Biarlah dalam pekerjaan, kehidupan berkeluarga, maupun pelayanan kita, standar hidup yang dikejar adalah standar hidup yang berkesesuaian dengan pikiran dan sifat ilahi Tuhan. Bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi Diri:
Apa yang menjadi standar hidup Anda selama ini? Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
Bagaimana langkah konkret Anda untuk menetapkan standar hidup yang sesuai dengan kehendak Allah?
"
Share:

Hilang Sinyal

Roma 8:31-35
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
- Mazmur 103:13

Dalam bukunya yang berjudul, On The Wing, seorang naturalis bernama Alan Tennant mencatat usahanya untuk mempelajari satu spesies burung yang terancam punah, yaitu elang peregrine. Tergerak untuk pemulihan spesies ini, Tennant mengikatkan alat pemancar pada sejumlah burung elang untuk melacak pola migrasi mereka. Ia akan terbang dengan pesawat dan mengikuti kawanan burung yang sudah dipasanginya alat pemancar.
Namun, seringkali Tennant tidak dapat mengikuti kawanan burung karena kehilangan sinyal dari alat pemancar. Meskipun sangat mengasihi burung-burung tersebut, Tennant tidak selalu bisa melacak burung-burung yang ingin ditolongnya.
Peristiwa serupa juga terjadi dalam hal mengasihi orang yang kita sayangi. Entah orangtua ke anak, suami ke istri, kakak ke adik, paman ke keponakan atau orang-orang terdekat yang ada di hati kita. Kemampuan mengasihi orang-orang yang dekat di hati kita dalam suatu kondisi tertentu juga terbatas. Tenaga dan waktu kita terbatas. Kemampuan kita mengekspresikan kasih juga mungkin berbeda dan belum tentu cocok dengan orang yang kita kasihi. Manusia punya keterbatasan yang tidak bisa dipungkirinya. Manusia bisa kehilangan sinyal kasih kepada orang yang dikasihinya.
Paulus mengungkapkan kebenaran yang berbeda ketika Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengasihi, Dia tidak akan pernah gagal untuk mengekspresikan kasih- Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi Tuhan untuk menyatakan kasih kepada anak-anak-Nya. Tidak manusia, tidak juga keadaan-keadaan yang buruk. Ketika Tuhan telah menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan tidak akan pernah kehilangan sinyal untuk melacak anak-anak-Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus.
Saat ini mungkin ada orang-orang tertentu yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Perkataan atau perbuatan mereka mungkin sangat melukai hati. Bahkan mereka senantiasa menarik kita menjauh dari Tuhan. Percayalah Tuhan Yesus sedang melacak dan siap menyatakan kasih-Nya kepada kita di tengah kondisi buruk yang kita hadapi. Demikian juga ketika kesulitan-kesulitan hidup membebani pundak, percayalah kita tidak sendirian. Yesus siap membantu mengangkat beban hidup kita dan selalu melacak kita dengan kasih-Nya setiap saat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah meragukan kasih Tuhan kepada Anda? Kenapa?
Apa wujud kasih terbesar Tuhan Yesus yang pernah Anda rasakan? Apakah wujud kasih Yesus tersebut bisa menguatkan Anda sekarang?
"
Share:

Memberitakan Perbuatan Besar Allah

1 Petrus 2:7-10

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib:
- 1 Petrus 2:9
Bangsa Israel sangat bangga akan identitasnya sebagai bangsa pilihan Allah. Status istimewa itu tercatat dalam Kitab Suci, yang bermula dari Allah memilih Abraham sebagai nenek moyang mereka. Akan tetapi, sejalan dengan kedatangan Yesus ke dalam dunia, status bangsa pilihan mengalami perubahan.
Rasul Petrus menjelaskan bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus mendapatkan berbagai berkat. Pertama, mereka adalah “bangsa yang terpilih”. Istilah bangsa yang terpilih mengingatkan kita pada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Akan tetapi, di dalam Kristus, siapa pun yang percaya kepada-Nya menjadi bagian dari bangsa terpilih. Allah tidak lagi memilih bangsa pilihannya berdasarkan faktor fisik atau rasial, yaitu apakah ia keturunan Abraham atau bukan, tetapi berdasarkan faktor iman kepada Kristus (1Ptr. 2:6,7). Kedua, orang percaya juga disebut sebagai “imamat rajani” dan “bangsa yang kudus”, dua frasa yang dikutip dari Keluaran 19:6 yang mana Tuhan menjanjikan status ini kepada orang Israel yang memelihara perjanjian dengan Allah. Status-status tersebut sekarang diberikan kepada setiap orang percaya dalam makna rohani karena mereka mengikatkan diri kepada Raja di atas segala raja, Yesus Kristus.
Tujuan dari status istimewa tersebut bukanlah untuk semata-mata kita nikmati, tetapi agar kita memuliakan Allah, yaitu “supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”. Itulah tujuan dari kehidupan kita yang sejati. Penebusan bukanlah berpusat pada manusia, melainkan pada Allah. Yang dimaksud memberitakan adalah menceritakan tentang siapa Dia dan apa yang diperbuat-Nya.
Sebagai orang percaya, status kita sungguh istimewa. Akan tetapi, kita dipanggil bukan untuk membanggakan diri dan menikmati berkat tersebut semata-mata untuk diri kita sendiri, melainkan untuk memberitakan siapa dan apa yang diperbuat Allah. Dengan kata lain, panggilan kita adalah panggilan bersaksi dan memberitakan Injil. Tumbuhkan semangat untuk bersaksi mengenai apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan di dalam hidup Anda. Biarlah orang-orang yang belum percaya dapat mengenal dan mengalami kasih Yesus di dalam hidup mereka.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah bersaksi memberitakan perbuatan Allah yang besar? Jika belum, mengapa?
Apa inti kesaksian orang Kristen menurut pendapat Anda?
"
Share:

Kedewaan Rohani

Pengantar Ibadah
Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan. (Mazmur 74:20)
Waktu Teduh
Meneduhkan, menenangkan, dan memusatkan hati kepada Tuhan (1 menit).
Pujian kepada Tuhan
Memuji Tuhan dengan satu lagu pujian yang Anda pilih sendiri.
Bacaan Alkitab
12 Sebab sekalipun kamu, ditinj sudutam waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih m 
emerlukan susu, bukan makanan keras. 13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (Ibrani 5:12-14)
Pengantar untuk Renungan
Kedewasaan rohani tidak dapat diukur dari berapa lama seseorang menjadi pengikut Kristus namun dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan. Bertambahnya usia seseorang tidak berarti dengan sendirinya kedewasaan yang bersangkutan juga ikut bertambah. Sebab bisa jadi walaupun orang sudah berusia lanjut namun ia patut dinilai sebagai pribadi yang masih kekanak-kanakan. Hal ini adalah karena kedewasaan seseorang sangatlah tergantung kepada kematangan pola pikir yang bersangkutan. Apabila seseorang, di usia berapapun, belum mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah, maka ia adalah orang yang masih kekanak-kanakan alias belum dewasa.
Bahwasanya kedewasaan seseorang adalah tergantung kepada kematangan pola pikirnya itulah yang diutarakan di dalam Ibrani 5. Di situ penulis surat Ibrani berkata bahwa walaupun seseorang sudah lama menjadi pengikut Kristus, sehingga seharusnya sudah menjadi pengajar, namun apabila ia belum juga memahami ajaran tentang kebenaran maka secara rohani yang bersangkutan masihlah seorang anak kecil. Lebih jauh ia berkata bahwa seorang yang dewasa adalah pribadi yang mampu membedakan antara yang baik dengan yang jahat. Hal ini menunjukkan bahwa kedewasaan seseorang terlihat dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudah dewasakah kehidupan rohani Anda? Apakah yang perlu Anda lakukan agar bertumbuh dewasa secara rohani?
Respon Firmam
Tuhan, aku menyadari bahwa di dalam banyak hal kehidupan rohaniku masih belum dewasa. Tidak jarang aku masih melakukan perkara yang kuanggap sebagai hal yang baik padahal di pemandangan-Mu merupakan hal yang jahat. Tuhan, tolonglah diriku agar rohaniku semakin bertumbuh dewasa, sehingga hidupku mencerminkan pikiran, perasaan dan kehendak-Mu. Bentuklah diriku dengan firman-Mu yang mengubah dan membaharui pola pikirku agar hidupku semakin berkenan kepada-Mu. Dengan demikian barulah aku dapat menjadi saksi-Mu yang memuliakan nama-Mu di manapun diriku berada.
Doa Firman 
Aku menaikkan ucapan syukurku kepada-Mu karena Engkau memberikan kesempatan yang baru bagi diriku pada hari ini. Kesempatan yang seharusnya kuisi dengan kehidupan yang tidak sia-sia, namun penuh makna dan menyenangkan hati-Mu. Oleh sebab itu tuntunlah hidupku dengan firman-Mu. Sertailah hidupku dengan Roh-Mu dan hikmat-Mu. Supaya dengan demikian setiap langkah yang kuambil akan membuahkan keberhasilan dan memuliakan nama-Mu. Jangan biarkan aku terjerumus ke dalam pencobaan dan lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhanku, aku berdoa. Amin.
Waktu Teduh
Meneduhkan hati di hadapan Tuhan (2 menit).

 

 
Share:

Perintah Seorang Sahabat

Yohanes 15:12-17
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
- Yohanes 15:14
Persahabatan bagai kepompong. Potongan lirik lagu ini pernah populer di kalangan remaja pada tahun 2008-2010. Para netizen mengatakan lagu ini mempunyai makna yang dalam tentang persahabatan. Disampaikan melalui lagu tersebut bahwa persahabatan dapat mengubah hal yang sulit menjadi indah. Namun, tidak dapat dipungkiri persahabatan juga menghadirkan perbedaan yang dapat membuat persahabatan renggang antara satu sama lain.
Saya rasa sebagian dari kita mempunyai sahabat karib bagaikan saudara. Kita acap kali merindukan seorang sahabat yang dapat selalu hadir dan mendukung kita dalam suka maupun duka. Memiliki sahabat memang hal yang menyenangkan. Namun, terkadang kita tidak siap menghadapi perbedaan ataupun menerima masukan/nasihat dari sahabat kita. Biasanya kita ingin tetap didukung oleh sahabat sekalipun kita telah melakukan yang salah.
Dalam perikop bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus memanggil kita sebagai sahabat-Nya. Ini adalah panggilan spesial bagi kita! Menariknya, bukan kita yang terlebih dahulu menjadikan Yesus sebagai sahabat kita, melainkan Yesus sendiri yang berinisiatif terlebih dulu memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya (ay. 16). Namun, sebagai seorang sahabat Allah, ada perintah yang perlu kita lakukan, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Kita melakukan perintah ini karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi setiap kita yang adalah orang berdosa. Kasih Allah tak terukur dalamnya. Ini dibuktikan dengan pengorbanan melalui diri Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa dan menyelamatkan kita dari jurang dosa. Yesus telah memberikan nyawa-Nya bagi setiap kita yang Dia sebut sebagai sahabat-Nya.
Sebagai sahabat Allah, hendaklah kita melakukan perintah-Nya. Kita melakukan perintah Allah bukan karena posisi kita sebagai budak, melainkan karena sudah mengenal dan mengetahui apa yang Allah ingin kita kerjakan. Secara gamblang, Allah sudah menyatakan perintah-Nya melalui firman Tuhan yang kita baca maupun dengar. Yang patut kita waspadai adalah memilih-milih perintah Allah yang sesuai dengan keinginan kita. Inilah yang bisa merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan.
Yuk, jadilah sahabat Allah yang setia. Lakukan perintah yang sudah Allah berikan bagi setiap kita, yaitu saling mengasihi. Biarlah perbuatan kasih nyata dalam keseharian kita dan dapat terus memuliakan Tuhan di antara orang-orang yang ada di sekitar kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah menjadi sahabat Allah yang sesuai dengan perintah-Nya?
Apa yang akan Anda lakukan sebagai seorang sahabat Allah sebagai bukti kasih Anda kepada-Nya?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.