Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Testimoni Kasih Allah

Yunus 4:1-11.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
- Galatia 2:20

Secara antropologi budaya, bangsa Indonesia merupakan masyarakat dengan budaya malu (shame culture). Masyarakat yang demikian sangat mencari dan menjunjung tinggi rasa hormat, sedangkan rasa malu atau aib menjadi sebuah momok yang menakutkan. Hal-hal yang memalukan bagi seseorang tentu tidak akan dipublikasikan agar tidak membawa aib bagi pribadi atau keluarga. Uniknya, kisah Yunus yang tercatat dalam kitab ini berisi cerita-cerita yang “memalukan” bagi seorang nabi. Lantas mengapa kisah ini dituliskan?
Kisah Yunus merupakan testimoni atas kasih Allah bagi orang tak sempurna. Pembaca kitab Yunus melihat beragam orang yang tak sempurna tetapi mengalami kasih Allah. Para pelaut dan orang Niniwe, mereka adalah penyembah berhala yang seharusnya tak mendapat kasih Allah, tetapi ternyata Allah menunjukkan kasih-Nya bagi para penyembah berhala tersebut. Lebih ironis lagi, Yunus yang merupakan nabi Allah menunjukkan beragam tindakan yang tidak seharusnya ia lakukan, tetapi Allah juga menunjukkan kasih-Nya baik dengan cara yang keras maupun lembut. Pada akhirnya, Yunus menuliskan kisah ini sebagai teguran bagi Israel agar tidak sombong dengan status “umat pilihan”, tetapi tidak mengenal Allah yang memilih-Nya. Kasih Allah tercurah juga bagi semua orang yang tidak sempurna yang datang kepada-Nya.
Kisah rasul-rasul Yesus Kristus juga merupakan testimoni terhadap kasih-Nya yang menyelamatkan orang berdosa. Mereka bukanlah orang-orang yang sempurna dan memiliki kekurangan. Petrus mengkhianati Yesus, Matius seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat, dan Paulus adalah penyiksa jemaat mula-mula. Namun, mereka dengan berani menuliskan kisah hidupnya karena sudah ditebus oleh Yesus. Penebusan Yesus membuat aib mereka menjadi testimoni kasih Allah yang nyata.
Kisah hidup kita sebagai orang Kristen juga dapat menjadi testimoni kasih Allah. Kita tentu pernah melakukan dosa atau kesalahan dalam hidup, tetapi jangan biarkan kesalahan kita menghambat kasih Allah untuk merubah kita. Yesus justru datang untuk orang-orang yang berdosa seperti kita. Setelah kita diubah oleh kasih-Nya, mari kita juga mengabarkan kasih tersebut kepada orang-orang tidak sempurna di sekitar kita.
Refleksi Diri:
Apa kesalahan Anda dalam kehidupan yang dapat menjadi testimoni kasih Allah?
Siapa orang-orang di sekitar Anda yang butuh untuk mendengar kasih Allah? Bagaimana Anda akan menyampaikan kasih Allah kepada mereka?
Share:

BERSUNGUT-SUNGUT

Filipi 2:14-18; 3:1-4a
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda ….(Flp. 2:14-15a)

Salah satu penyebab umat Israel generasi pertama tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan adalah karena mereka sering bersungut-sungut kepada Tuhan. Setiap muncul kesulitan, mereka selalu menggerutu dan marah kepada Musa. Mereka mencomel dengan mengatakan bahwa kehidupan di Mesir lebih baik walau menjadi budak.

Sikap bersungut-sungut secara rohani bukan hanya sikap yang tidak mampu bersyukur, melainkan juga sikap melawan Allah. Mereka tidak mampu menghitung berkat-berkat yang Tuhan curahkan. Akibatnya, mereka selalu merasa tidak puas, malang, dan mengasihani diri sendiri. Mereka tidak mampu melihat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan yang ajaib. Walaupun umat Israel berulang kali mengalami mukjizat, mereka tidak percaya. Dengan sikap menggerutu, mereka telah mencobai Tuhan selama 40 tahun di padang gurun.
Apabila kita telusuri lebih dalam ternyata sikap bersungutsungut didasari oleh sikap serakah. Mereka senantiasa tidak puas dengan berkat Tuhan yang tersedia; mereka menuntut secara ekstra. Tipe orang yang bersungut-sungut cenderung membandingkan kondisi diri dengan keadaan orang lain atau situasi lain. Akibatnya orang yang bersungut-sungut terjebak pada konflik dengan sesamanya. Buah dari sikap bersungutsungut adalah perbantahan dan perseteruan. Sebaliknya pola dan karakter hidup umat percaya adalah bersukacita dengan mengucap syukur. Karena itu bagi umat percaya, sikap bersungut sungut merupakan aib.
DOA:
Roh Kudus, perbaruilah hati kami agar mampu selalu bersyukur. Bebaskanlah
kami dari sikap bersungut-sungut dari setiap situasi. Amin.

 
Share:

Sekarang Masa Penampian

Matius 3:1-12

Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
- Matius 3:12

Ayat di atas diucapkan oleh Yohanes Pembaptis tentang Tuhan Yesus. Ia bernubuat tentang apa yang akan dilakukan oleh Yesus. Pertama-tama, saya harus jelaskan dulu apa yang dimaksud dengan alat penampi. Alat penampi adalah alat seperti garpu besar untuk memisahkan bulir gandum dari jerami atau sekam gandum. Yohanes sedang mengumpamakan pekerjaan Tuhan Yesus seperti pekerjaan seorang petani yang menampi gandum. Ia sedang memisahkan dan membersihkan gandum dari materi-materi yang tidak berguna. Yang bagus dikumpulkan-Nya, sedangkan sekam yang tidak berguna dibakar dalam api. Dibakar dalam api merujuk pada penghukuman dari Allah.
Apa yang dimaksudkan Yohanes Pembaptis jelas: Tuhan Yesus datang membawa keselamatan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Inilah intisari berita Injil (kabar baik). Akan tetapi, ada konsekuensi bagi orang yang tidak percaya kepada Yesus, yaitu penghukuman. Masa kedatangan Tuhan Yesus yang pertama sampai kedatangan-Nya nanti kedua kalinya adalah masa penampian. Artinya, sejak hari Natal pertama sampai hari kedatangan-Nya yang kedua kali, Tuhan memberi kesempatan kepada orang-orang untuk percaya kepada-Nya. Kelak waktunya akan habis, entah karena Tuhan Yesus datang kembali atau karena manusia meninggal dunia. Ketika hari itu datang, setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan dan ditentukan nasibnya.
Tidak semua orang yang mengaku Kristen pasti diselamatkan (Mat. 7:21-23). Masa sekarang adalah masa penampian. Tuhan sedang memisahkan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya dari orang-orang yang mengaku-ngaku percaya saja kepada-Nya. Tuhan sedang menguji, apakah kita orang Kristen sejati yang menghasilkan “buah yang sesuai dengan pertobatan” (ay. 8) atau sebaliknya, kita ternyata seperti “pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik” dan akhirnya “ditebang dan dibuang ke dalam api.” (ay. 10). Ketika pandemi Covid-19 melanda, ada banyak orang Kristen yang semakin dekat dengan Tuhan, semakin maju rohaninya. Di sisi lain, ada banyak orang Kristen yang semakin jauh dari Tuhan dengan melalaikan ibadah dan persekutuan dengan-Nya. Saya berdoa dan berharap Anda termasuk gandum yang berisi dan berbulir lebat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda yakin termasuk “gandum” dan bukan “sekam” di masa-masa penampian sekarang ini?
Bagaimana respons Anda terhadap kebenaran bahwa sekarang adalah masa penampian?
Share:

Memilih Untuk Menghormati

Keluaran 20:1-17

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN Allahmu, kepadamu

— Keluaran 20:12

Kita sering mendengar pernyataan bahwa orangtua adalah wakil T uhan di dunia. 

Orangtua merupakan perpanjangan tangan T uhan untuk mendidik dan mengajari anak-anak dalam mengenal Allah. Pernyataan ini tepat untuk menggambarkan peran orangtua di tengah dunia. Meskipun tidak semua orangtua menjalankan perannya dengan benar dan baik, tetapi T uhan tetap menekankan agar kita semua senantiasa menghormati mereka. Seburuk apa pun perlakuan orangtua terhadap kita, mereka tetap otoritas langsung yang T uhan tetapkan bagi kita selama di dunia. Taat kepada orangtua merupakan perwujudan ketaatan kepada T uhan.

 Salah satu hukum yang diberikan T uhan Allah kepada umat Israel ketika keluar dari perbudakan bangsa Mesir adalah menghormati orangtua. Yang menarik jika kita perhatikan, hukum menghormati orangtua ini ditempatkan T uhan di urutan kelima setelah hukum kesatu sampai keempat berkaitan dengan hukum terhadap T uhan. Jadi, relasi dengan orangtua merupakan hal yang T uhan prioritaskan pertama kali setelah relasi dengan T uhan. Hukum menghormati orangtua menjadi yang utama dalam kaitan relasi dengan sesama manusia.

 T uhan tidak sekadar memberi peringatan. Hukumnya juga berlanjut dengan janji penyertaan T uhan bagi orang-orang yang melakukannya. Hukum ini disertai dengan sebuah janji yang sangat indah, yaitu umur yang panjang. T uhan Allah sangat menekankan pentingnya menghormati orangtua, tetapi juga menjamin berkat yang besar bagi kita yang menaatinya. 

Siapa di antara kita yang tidak ingin memiliki umur panjang?

 Tidak semua orangtua memberikan teladan yang baik dan benar bagi anak-anaknya. 

Menghormati orangtua di dalam ketidaksempurnaan mereka sebagai wakil T uhan tetap menjadi sebuah pilihan mutlak yang harus diambil dalam kehidupan kekristenan. Sekali lagi, bukan karena mereka baik dan benar, tapi karena otoritas untuk dihormati yang diberikan T uhan kepada orangtua. Ketika kita mencoba belajar menghormati orang tua dengan lebih baik maka berkat T uhan akan tercurah kepada kita yang taat melakukannya. Hormatilah orangtua kita bukan karena kelebihan mereka, tapi karena mereka adalah orangtua yang diberikan oleh T uhan Yesus di dalam hidup kita.

Refleksi Diri:

• Apakah Anda sudah memandang orangtua sebagai perwakilan T uhan di dunia?  Bagaimana selama ini sikap Anda terhadap mereka?

• Apa wujud penghormatan yang bisa Anda lakukan kepada orangtua sebagai perwujudan penghormatan Anda kepada Allah?


"

Share:

Penolong Di Dalam Kelemahan

Roma 8:24-27
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

- Roma 8:26
Di dalam kitab Roma 8:24-25, Rasul Paulus berbicara tentang pengharapan yang menopang kehidupan orang Kristen ketika dilanda berbagai macam penderitaan. 
Di ayat selanjutnya, ayat 26, Paulus menjelaskan bahwa sama seperti pengharapan menopang orang Kristen, Roh Allah akan menolong kita di dalam kelemahan kita. Apa kelemahan yang dimaksud? Paulus merujuk kepada batasan-batasan kita sebagai manusia. 
Contohnya, kita terkadang memiliki titik buta, yaitu ketidakmampuan melihat dan mengatasi hal-hal yang tidak kita sadari atau tidak pahami. Selain itu, selama masih hidup sebagai manusia, kita dibatasi oleh kedagingan. Di dalam diri kita akan selalu terjadi peperangan antara natur lama kita yang berdosa dengan natur baru di dalam Kristus. Hal ini akan menjadi pergumulan yang konstan.
 Batasan-batasan yang kita miliki sebagai manusia akan memengaruhi kehidupan doa kita (ay. 26a). Sulit bagi kita untuk bisa melihat apa yang menjadi kehendak Allah, yang menyebabkan di dalam banyak situasi kita bingung apa yang harus kita minta kepada Allah. 
Namun, kabar baiknya adalah bahwa Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah (ay. 26b).
 Roh Kudus memastikan doa-doa orang Kristen tersampaikan kepada Allah Bapa. Di dalam kelemahan kita tidak mampu untuk berdoa sesuai kehendak Allah, tetapi kita tetap berdoa, karena Roh Kudus akan mengatasi kelemahan kita dengan doa-doa-Nya. Roh Kudus menanggung beban-beban kita hingga Dia berdoa dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (ay. 26b). Dan karena Roh Kudus adalah Allah, Allah Bapa mengerti keluhan-keluhan Roh Kudus (ay. 27). Meski kita berdoa bagi hal-hal yang bukan yang terbaik bagi kita, kita tidak perlu khawatir karena doa permohonan Roh Kudus yang dipanjatkan untuk kita memiliki keharmonisan yang sempurna dengan kehendak Allah.
 Di saat meminta kepada Allah hal-hal yang terlihat baik bagi kita, tetapi tidak menerimanya, kita memerlukan pertolongan Roh Kudus untuk berdoa bagi kita dan untuk menopang kita agar tidak tawar hati. Syukuri dan berterimakasihlah atas pertolongan dan penghiburan Roh Kudus karena akhirnya kita menerima apa yang Allah kehendaki dalam kehidupan kita.
Refleksi Diri:
• Apa permohonan yang pernah/sedang Anda panjatkan kepada Allah melalui doa yang belum Dia jawab? Bagaimana respons Anda?
• Apakah Anda sudah meminta pertolongan Roh Kudus?
Share:

Berjaga-jagalah

Markus 13:32-37

“Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. —Markus 13:33
Markus 13 mencatat ajaran T uhan Yesus tentang akhir zaman. Dia memberikan rincian peristiwa apa saja yang akan terjadi. Peperangan, goncangan hubungan sosial, bencana alam, munculnya sosok yang disebut Antikristus, penganiayaan atas orang percaya. Ajaran ini ditutup dengan nasihat untuk berjaga-jaga (ay. 33-37), sampai berkali-kali.
 Sejak kenaikan T uhan Yesus ke surga, kita telah memasuki masa yang disebut zaman akhir. Zaman akhir berbeda dengan akhir zaman. Zaman akhir mengacu pada masa yang panjang antara kenaikan T uhan Yesus ke surga sampai hari yang disebut akhir zaman. Akhir zaman atau sering disebut kiamat adalah satu hari ketika langit dan bumi yang sekarang ini akan berlalu dan T uhan menciptakan langit dan bumi yang baru. T entang hari itu atau akhir zaman, tidak ada seorang pun tahu kapan akan terjadi. Oleh karena itu, jangan percaya pada ramalan apa pun yang mengatakan T uhan Yesus akan datang pada hari atau tanggal tertentu.
 Sebagai anak-anak T uhan, hal penting yang kita harus ingat dan lakukan senantiasa adalah sikap berjaga-jaga. Bagaikan seorang penjaga malam yang tidak tahu kapan maling atau rampok akan datang, ia diharapkan tidak lengah apalagi sampai tertidur. Ia harus selalu bersiap sedia. Memang jaga malam itu sangat melelahkan, apalagi jika udaranya dingin. 
Orang yang menjaga dalam kondisi tersebut akan cepat lelah dan ingin tidur. Akan tetapi, T uhan Yesus memerintahkan agar kita jangan lengah. Di saat kita paling lemah, bisa jadi Dia datang kembali. Alangkah malunya jika Dia mendapati kita tidak siap.
 Berjaga-jaga artinya kita menyiapkan diri untuk menyambut T uhan Yesus. Seperti pengantin wanita menyambut pengantin pria, ia akan berdandan cantik, ia tetap akan merias wajahnya, meskipun mungkin setengah wajahnya tertutup masker (pada masa pandemi Covid-19). Demikian pula kita menyiapkan diri menyambut T uhan Yesus dengan kehidupan yang indah, yang berkenan kepada-Nya. Hendaklah kita tetap setia dalam iman dan senantiasa memberikan teladan karakter Kristus kepada saudara-saudara seiman atau orang yang belum percaya kepada-Nya. Alangkah bangganya jika kelak Dia mendapati kita hidup dalam kekudusan, kebenaran, keadilan, dan kasih. Amin.
Refleksi Diri:
• Apakah Anda sudah menyiapkan diri menyambut kedatangan T uhan Yesus yang kedua kali?
• Apa yang Anda lakukan saat ini sebagai persiapan diri menyambut kedatangan-Nya?"
Share:

Nama Baik

Amsal 22:1-9
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
- Amsal 22:1

Saya pernah bertemu dengan orang yang berkata demikian, “Bapak itu lho orangnya baik, sederhana tetapi suka bantu orang lain,” tetapi saya juga ingat ada orang berkata tentang seorang ibu, “Wah ibu itu sih memang kaya, tetapi pelit banget lho orangnya.” Seseorang dikenal baik atau tidak bukan karena namanya bagus atau tidak, tetapi karena perilakunya. Apa yang dilakukan orang tersebut, itulah yang biasanya melekat pada dirinya. Ketika namanya disebut, orang lain punya pandangan seperti apa tentang dirinya.
Perbandingan nama baik dan kekayaan besar pada ayat di atas sangatlah menarik. Disebutkan kekayaan besar atau sangat kaya, bukan kekayaan yang biasa-biasa saja, kekayaan yang sepertinya bisa membeli apa pun. Namun, harta sebanyak apa pun tidak lebih berharga dibandingkan dengan nama baik. Apa yang menjadikan nama baik (bukan nama tenar) begitu berharga? Nama baik mempunyai nilai yang melampaui hidup. Nama baik tetap hidup, meskipun orang yang memiliki nama itu sudah tiada di dunia. Sebaliknya, kekayaan sebesar apa pun, tidak ada yang bisa dibawa saat meninggalkan dunia. Dalam kematian kekayaan seseorang tidak akan bisa dinikmatinya. Nama baik didapatkan secara alami, bukan sesuatu yang dibuat-buat. Nama baik ada karena kehidupan yang baik. Nama baik bukan dicanangkan oleh orang itu sendiri, melainkan hasil dari caranya hidup. Kekayaan bisa membeli banyak hal, tetapi kekayaan tidak pernah bisa membeli nama baik.
Lagu KPPK 319 berjudul, Kupuji Dia, mengatakan di bagian reffrain: Yesus.. Yesus.. nama terindah, menghibur hatiku tak henti kupuji Dia. Iya, Tuhan Yesus adalah nama terindah. Karena itu, kita berdoa di dalam nama Yesus, sebagai sebuah pengakuan bahwa kepada-Nya kita bergantung. Yesus-lah yang berkuasa karena Dia yang menyelamatkan kita. Nama kita yang tadinya buruk karena dosa-dosa kita di hadapan Allah, dipulihkan oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya dalam anugerah-Nya. Biarlah kita hidup bukan demi nama kita sendiri, tetapi sebagai anak-anak Tuhan mewakili nama Allah. Hidup bukan supaya nama kita masyhur di mana-mana, tetapi supaya kita memasyhurkan Tuhan. Marilah hidup dengan benar dan menjadi berkat, supaya nama baik kita menjadi kesaksian bahwa kita adalah anak- anak Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah nama Anda dikenal baik atau buruk oleh lingkungan? Apakah saat mendengar nama Anda, orang lain melihat nama Tuhan di dalam diri Anda?
Apa yang mau Anda lakukan agar sebagai anak-anak Tuhan mempunyai nama yang baik?
Share:

Tawar Hati

2 Korintus 4:1-6

Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

—2 Korintus 4:1

Tawar hati adalah sebuah istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan hati yang sudah tidak lagi merasakan antusias, gairah atau semangat akan sesuatu. Dalam istilah psikologi, tawar hati adalah kondisi yang sering diselaraskan dengan mati rasa atau kondisi yang mana seseorang merasa hampa dan kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang dirasakan. Tawar hati pada manusia dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor terbesarnya adalah tidak mendapatkan apa yang diharapkan atau dengan kata lain apa yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.
 Jika melihat perjalanan pelayanan Rasul Paulus, sangat mungkin ia mengalami tawar hati dalam menunaikan panggilan pelayanan-Nya. Segala penderitaan dan lika-liku pelayanan yang sulit harus dipikul Paulus ketika menjalani tugasnya sebagai seorang murid Kristus. Ia pernah disiksa, dipenjara, difitnah, dipukul, dan mendapat banyak perlakuan diskriminatif lainnya ketika memperkenalkan Pribadi yang mengubahkan jalan hidupnya, yaitu Kristus Yesus. Namun, kepada jemaat Korintus dengan yakin ia menyatakan perasaannya pada ayat emas di atas bahwa semua yang dialaminya adalah sebuah kemurahan dan anugerah dari T uhan Yesus. Paulus menegaskan bahwa dalam mengikut Yesus dan melayani-Nya, memang sangat mungkin dirinya mengalami tawar hati, tetapi ia memilih untuk tidak tawar hati. Menjadi tawar hati adalah sebuah pilihan yang tidak Paulus ambil, walaupun ia melihat banyak hal yang tidak sesuai dengan harapannya terjadi di dalam hidupnya.
 Mari kita melihat kembali perjalanan kehidupan pelayanan kita dalam mengikut Kristus selama ini. Saya tidak tahu sudah berapa lama Anda menjadi seorang Kristen, tetapi yang menjadi pertanyaan penting untuk direnungkan: apakah ada tawar hati Anda rasakan saat ini? 
Bagaimana sikap hati Anda saat perjalanan mengikut Kristus tidak sesuai dengan ekspektasi Anda? Apa yang Anda lakukan pada saat melayani T uhan dan ternyata pelayanan Anda tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi? Apakah Anda menjadi tawar hati? Menjadi tawar hati adalah sebuah pilihan yang bisa tidak kita ambil ketika kita mengarahkan kembali perspektif kita kepada T uhan yang memercayakan anugerah dan kemurahan-Nya dalam kehidupan kita.
Refleksi Diri:
• Apa hal-hal yang membuat Anda mudah untuk tawar hati ketika melayani T uhan Yesus?
• Mengapa Anda bersedia menanggung harga saat mengikuti dan melayani T uhan Yesus walaupun tidak sesuai dengan harapan Anda?
dan bukan menimbulkan rasa takut terhakimi. Perempuan ini akhirnya menerima anugerah Allah, kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan jalan keluar dari kegagalan hidupnya.
Share:

Gotong Royong Dalam Kristus

Galatia 6:1-10

Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
- Galatia 6:2

Indonesia merupakan negara dengan nilai gotong royong yang tinggi. Saya ingat sewaktu SD, sering kali diajarkan mengenai semangat gotong royong di tengah masyarakat. Awalnya saya mengira itu hanya pelajaran semata. Tak lama setelah pelajaran tersebut, saya melihat fakta yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya saat itu. Tenyata benar, gotong royong sudah mengakar di tengah masyarakat Indonesia. Selepas masa pandemi, semakin banyak kegiatan gotong royong dilakukan oleh masyarakat. Pandemi yang melanda dan menghancurkan perekonomian yang berjalan, membuat banyak masyarakat Indonesia bergotong royong untuk membangun dan membantu satu sama lain. Beberapa program galang dana yang diadakan secara daring pun semakin marak terjadi di negara kita. Sungguh
suatu nilai dan sikap yang sangat indah untuk dipertahankan.
Sikap gotong royong ternyata bukan hanya ajaran tradisi masyarakat di negara kita. Gotong royong juga merupakan suatu nilai yang Alkitab ajarkan. Rasul Paulus menyampaikannya melalui surat Galatia. Sebelum menutup suratnya, Paulus memberikan nasihat agar jemaat Galatia dapat saling membantu sama lain. Menariknya, Paulus bukan hanya menekankan sikap membantu secara materi, tetapi juga saling membantu dalam hal kerohanian. Pada saat itu banyak pengajaran sesat bermunculkan dan Paulus tahu, situasi tersebut mempersulit mereka yang belum dewasa secara rohani. Oleh karena itu, Paulus memerintahkan jemaat yang lebih dewasa secara rohani untuk membantu rekan-rekan yang belum bertumbuh kerohaniannya. Membantu bukan untuk pamer seorang lebih hebat daripada yang lain, melainkan untuk menabur apa yang baik, yang sesuai dengan kehendak Allah. Paulus menasihatkan jemaat untuk banyak menabur dalam Roh dan jangan menabur dalam daging (ay. 8) sebab apa yang ditabur, itulah yang akan mereka tuai.
Dalam komunitas rohani kita, tentu tidak semua orang berada dalam tingkat kerohanian yang sama. Ada yang sudah matang secara rohani, tetapi ada juga yang masih baru. Janganlah perbedaan kerohanian yang ada menjadi pemicu terjadinya konflik di tengah komunitas kita. Biarlah perbedaan tersebut membuat kita lebih semangat gotong royong bertumbuh dalam Kristus. Bukan masalah siapa lebih benar dan siapa yang salah, melainkan siapa yang terus menabur hal yang baik. Yuk, kita bergotong royong dalam Kristus!
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda sudah turut berbagian gotong royong dalam komunitas rohani Anda?
Apa yang dapat Anda lakukan untuk saling membantu rekan rohani Anda bertumbuh?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.