Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tidak Merasa Sedang Berkorban

Kejadian 29:1-30

Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.”
- Keluaran 29:12

Beberapa tahun belakangan ini, banyak orang gemar menonton sinetron percintaan atau drama Korea. Mereka betah berlama-lama menonton seri film tersebut karena melibatkan emosi dan perasaan yang mendalam. Tentunya romansa cinta yang menjadi daya tarik utama dari kisah perjalanan hidup di dalam film-film tersebut. Mengapa demikian? Karena manusia pada umumnya ingin dicintai dan ingin mencintai. Jadi, apakah arti sebenarnya cinta?
Alkitab memuat begitu banyak cerita. Beberapa cerita menampilkan kisah cinta yang sangat dipahami oleh manusia dalam suatu relasi. Salah satu kisah cinta yang sangat populer dalam Perjanjian Lama adalah kisah cinta Yakub dan Rahel. Dituliskan berulang kali betapa Yakub sangat mencintai Rahel dan karena cintanya, ia rela bekerja kepada Laban, ayah Rahel, tanpa diberi upah. Cinta Yakub mengajarkan satu prinsip yang sangat penting tentang arti cinta itu sendiri, yaitu tidak bisa dilepaskan dari kerelaan untuk berkorban.
Cinta dan pengorbanan menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mengikat dan melengkapi di dalam relasi manusia. Karena cinta, Yakub rela bekerja kepada Laban selama tujuh tahun tanpa dirasa olehnya sebagai waktu yang lama. Bahkan jika melihat sifat Laban yang memanfaatkan keuntungan dari Yakub sehingga menambahkan tujuh tahun lagi masa bekerja, Yakub tetap rela bekerja selama empat belas tahun demi mendapatkan kekasih hatinya, Rahel. Yakub berkorban, tapi tidak merasa sedang berkorban karena cintanya yang sangat besar kepada Rahel. Inilah prinsip cinta kasih yang diajarkan Tuhan di dalam 1 Korintus 13:7 (BIS), “Ia (kasih) tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimana pun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu.”
Apakah kita sudah mengasihi pasangan, anak-anak, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita yang Tuhan Yesus tempatkan saat ini, sama seperti cinta kasih Yakub kepada Rahel yang bertahan lama dan sabar menanggung segala sesuatu? Cinta kasih sejati haruslah sampai ke tahap rela berkorban, tetapi tidak merasa sedang berkoban karena terlalu mengasihi.
Refleksi Diri:
Apa hal-hal yang membuat Anda sulit bertahan dan sabar dalam mengasihi pasangan, anak-anak atau keluarga Anda?
Apakah Anda rela berkorban untuk orang-orang yang Anda cintai? Apa wujud pengorbanan yang sudah Anda berikan?
"
selamat pagi semuanya selamat bekerja, kiranya kasih dan anugerah Tuhan Yesus Kristus memenuhi hati dan pekerjaanMu.
Share:

Hidup Lebih Produktif

Amsal 6:6-11

Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.

— Amsal 6:6

Pada awal masa pandemi, semua kegiatan kita menjadi terhenti sesaat. Berbagai kegiatan harus dilakukan dari dalam rumah. Work from home, school from home, church from home, shopping from home, dan sebagainya. Akibatnya, produktivitas kita pun menjadi turun dibandingkan sebelum masa pandemi. Saat ini kita patut bersyukur karena semua aktivitas sudah mulai kembali berjalan normal. Kegiatan yang tadinya banyak di rumah, sekarang sudah dapat dilakukan di luar rumah. Namun sayangnya, kenyamanan berkegiatan di rumah memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas kita saat ini.
 Jujur saja, kalau disuruh memilih kerja dari rumah atau kantor, pasti kita lebih memilih kerja dari rumah. Begitu pula halnya dengan beribadah. Cukup banyak orang yang akhirnya lebih nyaman beribadah secara daring dibandingkan datang ke rumah T uhan. Apakah ini produktivitas yang T uhan inginkan?
 Dalam Amsal, penulis memberikan berbagai nasihat bagi pembacanya. Salah satu nasihat yang disampaikan adalah menghindari kemalasan. Penulis Amsal memberikan contoh perilaku semut yang terus bekerja mengumpulkan makanan, meskipun tidak ada yang mengawasi mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Secara alami, mereka akan terus bekerja mencari makanan. Inilah sikap yang penulis Amsal ingin kita pelajari, yaitu tetap bekerja keras atas kesadaran diri sendiri, bukan karena berada di bawah pengawasan orang lain. Penulis Amsal ingin para pembacanya menjauhi kemalasan karena kemalasan dapat mendatangkan tindakan kejahatan. T entu kejahatan bukanlah tindakan yang T uhan inginkan. Karena itu, bagi penulis Amsal sangatlah penting untuk umat manusia menjalani hidup yang lepas dari kemalasan. Artinya, kita tidak lagi bersikap malas dalam bekerja, dalam beribadah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
 Memiliki hidup yang produktif merupakan bentuk syukur kita terhadap waktu yang T uhan berikan. Pekerjaan adalah pemberian dari T uhan. Waktu adalah anugerah dari T uhan. Kita tidak akan bisa memutar waktu kembali, tetapi bisa memakai waktu dengan sebaik mungkin. Selama masih diberikan kesempatan, marilah kita berusaha untuk terus mempunyai hidup yang lebih produktif. Jalani hari-hari dengan penuh semangat dan serahkan kepada T uhan setiap permasalahan ataupun kesibukan yang kita hadapi. Tangan T uhan akan menolong kita, asalkan kita sungguh bersandar kepada-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa faktor-faktor penghambat yang dapat membuat Anda menjadi tidak produktif?
• Bagaimana Anda akan membuat hidup Anda lebih produkitf bagi T uhan? Apa komitmen Anda dalam menggunakan waktu sebaik mungkin?

"
selamat pagi dan selamat beribadah Tuhan Memberkati
Share:

Kesembuhan Rohani

Lukas 17:11-19

Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.
— Lukas 17:19b
Injil Lukas 17:11-19 mencatat perjalanan Yesus menuju Yerusalem saat melewati perbatasan Samaria. Yesus disambut dengan teriakan meminta belas kasihan dari sepuluh orang kusta. 
Respons Yesus ketika melihat sepuluh orang kusta tersebut adalah memandang dan menanggapi permohonan mereka.
 Kita tahu orang-orang kusta tersebut akhirnya disembuhkan oleh Yesus. Yesus berkata kepada mereka, “Perlihatkanlah dirimu kepada para imam.” Orang-orang sakit kusta cukup berani untuk mulai berjalan masuk ke desa padahal mereka masih belum pasti sembuh dan punya risiko dilempari batu oleh penduduk desa. Namun, mereka memercayai kata-kata Yesus dan menuruti perintah-Nya. Di tengah perjalanan, mereka akhirnya sembuh.
 Cerita berlanjut. Seorang dari kesepuluh orang kusta yang sembuh kembali menemui Yesus. Ia seorang Samaria, musuh bebuyutan orang Yahudi. Orang Samaria adalah penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur dari Babilonia dan daerah-daerah lainnya, yang ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang telah dipindahkan ke pembuangan (2Raj. 17:24; Ezr. 4:2, 9-10). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan mengadaptasi sebagian agama Yahudi. Bagi kaum Yahudi yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme mereka, hal ini menjadi sebuah pelecehan. Orang Samaria dianggap sebagai sebuah kenajisan bagi kaum Yahudi. Mereka dianggap sebagai etnis rendahan dan pelanggar hukum Musa.
 Melihat latar belakang orang Samaria, kita akan memahami mengapa orang tersebut kembali kepada Yesus. Bagi orang Samaria yang sakit kusta, kesembuhan merupakan sesuatu yang mustahil, apalagi didapatkan dari seorang Yahudi seperti T uhan Yesus. Di antara kesembilan temannya yang lain, ia yang merasa paling tidak pantas menerima kesembuhan dari T uhan. Perasaan ketidaklayakkan ini yang membuatnya kembali kepada Yesus untuk mengucap syukur sambil tersungkur di kaki-Nya.
 Kita pun sebetulnya tidak layak di hadapan T uhan untuk mendapatkan kesembuhan rohani, apalagi anugerah keselamatan dari-Nya. Namun, T uhan Yesus datang dan menghampiri, dengan bilur luka dan tetesan darah di kayu salib, Dia berkata, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sama seperti orang Samaria yang mengalami kesembuhan fisik dan juga kesembuhan rohani, Yesus juga memberikan kesembuhan rohani bagi setiap kita. Kita yang dahulu sakit secara rohani telah dipulihkan oleh-Nya. Mengucap syukurlah kepada T uhan.

Refleksi Diri:
• Bagaimana sikap hati Anda meresponi kesembuhan rohani dan anugerah keselamatan yang telah Allah berikan?
• Apa komitmen yang mau Anda ambil dalam meresponi anugerah Allah tersebut?

"
selamat pagi dan selamat berkarya untuk kemuliaannya
Share:

Keinginan Mata

1 Yohanes 2:15-17

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 

— 1 Yohanes 2:16
Anda pasti pernah melihat iklan makanan merek tertentu yang mendorong Anda untuk pergi membeli makanan tersebut. Namun, ketika Anda memesan makanan, disajikan dan mencobanya, ternyata kenyataannya tidak semenarik atau selezat seperti yang diiklankan. Apa yang terlihat indah oleh mata memang terkadang berbeda dengan kenyataan
Di dalam perikop Alkitab yang dibaca hari ini, Rasul Yohanes memberikan peringatan tentang keinginan mata yang bisa menarik kita jatuh ke dalam dosa. Godaan mata awalnya seakan memberikan kenikmatan, tapi pada akhirnya bisa membawa pada sebuah situasi yang jauh dari nikmat.
 Alkitab menceritakan banyak contoh bagaimana keinginan mata bisa menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa. Dalam kisah penciptaan, Hawa “melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya” (Kej. 3:6). Hawa kemudian mengambil dan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat tersebut. Akibat keinginan mata, yang membuat hati tergoda, berakhir pada sebuah peristiwa yang menjadi awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita juga bisa mengingat kisah Raja Daud yang terpikat oleh keelokan rupa Batsyeba sehingga nafsunya bangkit atas istri Uria tersebut. Melalui dua kisah ini kita belajar bahwa sesuatu yang cantik, indah atau memikat mata, tidak serta-merta menjadi sesuatu yang baik bagi kita. Sebaliknya, hal-hal yang secara penampilan fisik dan bagian luar memesona, bisa membawa kita terjerumus ke dalam dosa sehingga terus-menerus menjauh dari T uhan.
 Yohanes mengingatkan kita untuk waspada akan kecenderungan mata kita yang seringkali terpikat atau tertawan oleh penampilan luar manusia ataupun hal-hal yang disajikan dunia ini. Berurusan dengan dosa memang sulit karena dosa hadir dengan kemasan yang menarik dan memikat. Untuk melawan godaan mata, kita perlu lebih sering berpaling dan melihat pada keindahan Allah di dalam Firman-Nya. Firman Allah akan berfungsi sebagai pagar pembatas yang akan menahan kita untuk keluar dari batasan kehendak Allah. Mari fokuskan hati dan pandangan kita hanya kepada firman yang hidup, yaitu Yesus Kristus.

Refleksi Diri:
• Apa hal-hal memikat mata yang bisa membuat Anda jatuh ke dalam dosa saat melihatnya?
• Bagaimana strategi Anda agar tidak jatuh ke dalam dosa ketika melihat hal-hal tersebut?

selamat pagi dan selamat bekerja karena Kristus yang memberikan kekuatan dalam hidupmu.penyertaan kasih sayang dari Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus menyertai saat ini n
Share:

Penetapan Tuhan Dalam Kehidupan

Yunus 4:5-11

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
- Roma 8:28

Konsep penetapan Allah dalam kehidupan manusia bukan selalu menjadi kabar baik bagi semua orang. Para pemeluk paham kehendak bebas (freewill) akan menentang konsep tersebut karena merasa manusia seperti robot yang dikontrol oleh Allah. Sedangkan, orang yang percaya pada nasib (fatalisme) akan mempertanyakan konsep penetapan Allah karena menurut mereka, setiap kejadian ditentukan oleh nasib atau kesempatan, bukan oleh Allah. Lalu, bagaimana seharusnya pandangan kristiani terhadap konsep penetapan Allah?

Allah yang menetapkan kehidupan manusia adalah Allah yang penuh kasih, hikmat, serta adil. Kisah Yunus menunjukkan dengan jelas bahwa Allah memegang kendali penuh atas dunia dan kendali tersebut mencerminkan pribadi-Nya. Dia menetapkan Yunus untuk mengabarkan hukuman atas Niniwe agar mereka bertobat. Allah juga menetapkan tanaman untuk menghibur hati Yunus, meskipun hidup tanaman tersebut hanya sehari agar Yunus memahami hati-Nya (ay. 6-7). Ia memberikan kesempatan bagi Yunus maupun orang Niniwe untuk bertobat, serta mengalami kasih dan rencana-Nya.

Penetapan Allah pun dapat mencakup hal baik maupun buruk dalam kehidupan manusia, tetapi tidak terlepas dari rencana-Nya yang terbaik. Allah menetapkan hal baik terjadi dalam hidup Yunus, yaitu tumbuh sebatang pohon menaunginya dari panas (ay. 6). Demikian juga dengan hal buruk, ada ulat yang membuat layu pohon tersebut (ay. 7) dan angin panas yang membuat Yunus lesu (ay. 8). Namun, ketiga hal tersebut terjadi atas hikmat serta kasih Allah yang luar biasa untuk mendidik nabi-Nya dan itu merupakan hal terbaik bagi Yunus untuk memahami hati-Nya (ay. 10-11).

Orang Kristen seharusnya merasa tenang atas adanya penetapan Allah dalam hidupnya. Kejadian buruk maupun baik dapat terjadi dalam setiap kehidupan manusia, tetapi jika kita mengenal Siapa yang pegang kendali tentunya hidup akan lebih bermakna. Selain itu, setiap peristiwa dalam kehidupan harusnya membawa kita lebih mengenal Tuhan yang menetapkan-Nya. Tuhan Yesus pun tetap taat atas penetapan Allah dalam hidup-Nya. Mari setiap kita yang mengaku pengikut Yesus belajar untuk mengenal, serta setia mengikuti rencana dan penetapan Allah dalam hidup kita.

Refleksi Diri:

Apa karakter Allah yang tercermin dalam penetapan dan rencana-Nya di dalam hidup Anda?
Bagaimana mengetahui bahwa sesuatu yang terjadi adalah penetapan dari Allah?
"
selamat Pagi.selamat beraktifitas .kasih karunia Rahnat dan kasih Sayang dan cinta Kasih Tuhan Yesus Kristus pernyataan pemeliharaan Roh Kudus senantiasa tinggal dalam hidup Mu.Amin
Share:

Keselamatan Di Dunia Ini

Galatia 1:1-5

kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.
- Galatia 1:3-4

Sebagai orang Kristen, apa yang segera terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “keselamatan”? Saya duga, Anda memikirkan keselamatan dalam arti kehidupan kekal atau masuk surga. Anda tidak keliru, tetapi pemahaman ini tidak lengkap. Pemahaman separuh inilah yang membuat banyak orang merasa percaya Yesus itu urusan orang yang sudah tua atau sakit berat.
Dalam ayat emas di atas, Rasul Paulus mengajarkan tentang keselamatan dalam dimensi kekinian dan di dunia ini. Perhatikan frasa “Tuhan Yesus Kristus … melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini”. Saya ingin Anda memerhatikan kata “sekarang ini”. Tuhan Yesus menyelamatkan kita dari dunia jahat yang sekarang ini. Artinya, keselamatan dimulai dari sekarang ini dan terjadi di dunia ini. Memang, kesempurnaan keselamatan itu terjadi pada saat kita berjumpa dengan Tuhan di surga, tetapi kita sudah mengalami keselamatan sekarang ini dan di dunia ini. Dengan demikian, iman Kristen bukan iman pada sesuatu yang belum terjadi tetapi pada sesuatu yang sudah dan sedang terjadi dan menuju kesempurnaan nanti.
Apa keselamatan yang dimaksud Rasul Paulus? Ada keterangan “dunia yang jahat” pada bagian kalimat tersebut. Kita hidup dalam dunia yang setiap saat ingin menjatuhkan atau menyeret kita ke dalam dosa. Dari dunia seperti inilah Tuhan Yesus menyelamatkan kita. Dia membawa kita dari kehidupan sia-sia dan mendatangkan murka Allah kepada kehidupan yang bermakna dan berkenan kepada-Nya. Jadi, sekarang Anda mengerti ‘kan, bahwa keselamatan bukan saja tentang status atau nasib kita nanti setelah meninggal dunia tetapi tentang transformasi hidup kita di dunia dan sekarang ini. Dari keberdosaan kepada kebenaran. Dari kesia-siaan kepada kebermaknaan. Dari kehampaan kepada kepenuhan.
Marilah kita isi keselamatan yang telah kita peroleh sekarang ini dengan melakukan hal-hal yang bermakna dan berkenan di hadapan Tuhan Yesus. Jangan berpangku tangan saja mengetahui bahwa kita telah memperoleh keselamatan kekal. Isilah hidup Anda dengan melakukan kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda memahami konsep “keselamatan” selama ini?
Mengapa kita harus memberi perhatian penting pada keselamatan di dunia ini?
"
selamat berkarya buat Keluarga serta jadi berkat buat yang lain. kerja keras kerja cerdas.GBu
Share:

Perjumpaan Yang Mengubahkan

Lukas 19:1-10

Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:9-10

Berubah merupakan sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit untuk dijalani dan dilakukan di dalam kehidupan. Pada dasarnya, manusia tidak suka melakukan perubahan, apalagi ketika sudah mengalami kondisi “nyaman” dalam hidupnya. Kondisi nyaman seringkali membuat manusia terlena akibat terlalu menikmati kemudahan dan keamanan yang saat ini didapat. Namun, suka atau tidak suka kita harus mengalami perubahan dalam hidup. Perubahan menjadi bagian yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan manusia.
Zakheus adalah salah satu orang yang dituliskan di dalam Alkitab yang mengalami perubahan yang drastis ketika berjumpa dengan Kristus. Pada waktu itu, Zakheus dianggap “sampah masyarakat” karena profesinya yang dibenci oleh masyarakat Yahudi, yaitu memungut cukai atau pajak di masa kini. Ia sebetulnya seorang Yahudi, tetapi dipakai oleh bangsa Romawi untuk memeras bangsanya sendiri. Namun, justru orang seperti inilah yang mengalami perubahan yang sangat drastis dalam hidupnya ketika berjumpa dengan Kristus.
Perjumpaan dengan Kristus menjadi titik awal perubahan hidup Zakheus. Sejak Yesus memanggilnya dan menyatakan niat untuk menumpang di rumahnya (ay. 5), Zakheus mengalami perubahan yang sangat berbanding terbalik dari kehidupan sebelumya. Ia yang awalnya mengumpulkan harta hasil perasan rakyat kecil, berubah ingin memberikan sebagian kekayaannya kepada orang miskin. Ia juga berkomitmen mengembalikan uang yang pernah diperasnya sebanyak empat kali lipat (ay. 8). Zakheus bahkan tidak hanya mengalami perubahan karakter, tetapi juga memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus (disebutkan pada ayat 9 menjadi anak Abraham).
Saya tidak tahu sudah berapa lama Anda mengenal Tuhan Yesus dan menjadi seorang pengikut Kristus. Namun, pertanyaan yang patut direnungkan lebih dalam: apakah perjumpaan dengan Kristus sudah benar-benar mengubahkan Anda? Atau justru tidak ada perubahan ketika sebelum Anda mengenal Kristus sampai sekarang sudah mengenal-Nya? Jika jawabannya tidak, marilah meminta Tuhan Yesus menjumpai hati Anda dengan mengundang Dia masuk ke dalam hati Anda. Niscaya Dia akan mengubahkan Anda semakin serupa dengan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa kenyamanan-kenyamanan yang membuat Anda sulit untuk berubah? Apakah Anda sudah meminta kekuatan Yesus untuk berani pindah dari kenyamanan tersebut?
Apa tindakan konkret yang ingin Anda lakukan dalam hal perubahan yang semakin serupa dengan Kristus?
"
selamat pagi dan selamat beraktifitas.gusti kang tansah mberkahi.
Share:

Warisan Iman

2 Timotius 1:1-10

Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
- 2 Timotius 1:5

Dalam buku, Chicken Soup for the Christian Soul, dicatat kisah seorang wanita bernama Rebecca. Ia menderita kanker payudara di usia 32. Rebecca memiliki seorang suami dengan tiga orang putri berusia enam, empat, dan dua tahun. Selama delapan belas bulan menjalani kemoterapi, Rebecca memutuskan untuk membuat rekaman kaset yang akan diwariskan kepada anak-anaknya. Isi rekaman-rekaman tersebut dapat digunakan anak-anaknya untuk menghadapi berbagai peristiwa penting dalam hidup mereka. Beberapa judul rekaman yang dibuat Rebecca di antaranya: Hari Pertama Masuk Sekolah, Pacaran Pertama, Ciuman Pertama, dst. Sebelum meninggal Rebecca berpesan kepada sang suami untuk memperdengarkan rekaman kaset ini di saat peristiwa-peristiwa penting kehidupan putri-putri mereka.
Satu-satunya catatan Alkitab tentang Lois yang patut diingat adalah saat ia disebut telah mewariskan imannya kepada putri dan cucunya. Pencatatan pada ayat di atas minim informasi, tetapi berarti segalanya. Lois telah melakukan bagi keturunannya apa yang paling dibutuhkan oleh seorang percaya, yaitu menjamin bahwa generasi penerus akan hidup dituntun oleh iman kepada Tuhan yang benar. Hal ini terbukti pada cucu Lois, yaitu Timotius yang dikenal sebagai seorang saleh. Timotius semenjak muda sudah melayani Tuhan bersama Rasul Paulus. Ia juga menemani Paulus dalam perjalanan misi kedua dan ketiga. Paulus bahkan sampai mengirim Timotius ke lima jemaat Kristus karena kepercayaannya akan iman dan kesetiaan Timotius dalam melayani Tuhan. Paulus sangat terkesan dengan iman yang ia dapati dalam kehidupan Timotius. Tidak hanya teguh, iman Timotius dideskripsikan satu-satunya dalam keseluruhan Alkitab sebagai iman yang tulus iklas, tanpa kepalsuan seperti disebutkan pada ayat emas.
Warisan termiskin yang bisa orangtua berikan kepada anak adalah warisan materiil. Sayangnya seringkali usaha kita meninggalkan warisan rohani tidak segiat dan sekeras usaha meninggalkan harta materi bagi anak-anak kita. Persiapkan kepada anak cucu kita warisan iman dan kesaksian hidup melalui teladan iman kita kepada Kristus. Warisan terbaik yang tidak lekang oleh waktu dan bernilai kekal bagi mereka.
Refleksi Diri:

Mengapa warisan rohani lebih penting dibandingkan dengan warisan materi?
Apa usaha yang telah Anda lakukan untuk mewariskan iman kepada anak cucu Anda?
"
selamat beribadah berhari sabat, , selamat menyembah dengan hati yang ikhlas.Tuhan Yesus memberkati.
Share:

HADIAH SURGAWI

Filipi 3:13-4:1
… dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
(Flp. 3:14)
Setiap orang senang apabila memperoleh hadiah. Makna “hadiah” dalam konteks ini adalah terjemahan dari kata brabeion yang artinya penghargaan kepada seorang pemenang. Keselamatan di dalam Kristus memiliki 2 dimensi, yaitu: keselamatan yang telah dianugerahkan secara cuma-cuma, dan respons iman dengan memelihara keselamatan sampai pada akhirnya.
Dalam teologi keselamatan Gereja Reformasi, Allah di dalam penebusan Kristus membenarkan manusia dan memanggil manusia dalam pengudusan. Umat percaya dibenarkan karena iman (justification) dan dikuduskan (sanctification). Dalam praktik hidup ternyata banyak orang hanya menghayati pembenaran oleh penebusan Kristus, tetapi mereka tidak hidup dalam pengudusan. Mereka tetap hidup dalam kecemaran hawa nafsu. Pikiran mereka semata-mata perkara yang duniawi (Flp. 3:19). Kondisi ini menempatkan diri mereka sebagai “seteru salib Kristus” (Flp. 3:18).
Pembenaran karena penebusan Kristus merupakan anugerah Ilahi yang memulihkan kita dari kutuk dosa. Pengudusan merupakan buah (aktualisasi) iman yang harus diperjuangkan dengan setia sampai pada akhirnya. Kepada mereka yang menang akan memperoleh hadiah surgawi, yaitu tubuh insani kita kelak akan diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia. Upaya memperjuangkan hidup yang suci sebagai hadiah surgawi membutuhkan karunia Roh Kudus, dan kesediaan diri untuk senantiasa menyangkal diri.
DOA:
Ya Roh Kudus, mampukanlah kami merespons pembenaran karena penebusan
Kristus dengan hidup kudus sampai pada akhirnya. Amin.

 

selamat pagi dan selamat beraktifitas gbu
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.