Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

SUNAT HATI YANG MEMULIAKAN TUHAN

Roma 2:17-29
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
(Rm. 2:29)
“Di dalam kehidupan ini kita dapat memilih antara hidup yang memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan.” Pernyataan ini tentunya mendorong kita untuk mempunyai hidup yang memuliakan Tuhan lewat hidup kita.
Paulus dengan tegas mengatakan kepada umat Kristen yang berlatar belakang Yahudi bahwa keselamatan dan hidup yang memuliakan Tuhan tidak berdasarkan etnis atau karena telah melaksanakan perintah Taurat termasuk sunat. Sunat yang benar bukanlah sunat lahiriah, melainkan sunat di dalam hati. Sunat di dalam hati adalah sebuah proses pembaruan hidup yang dilakukan dengan sungguh-sungguh di dalam Tuhan agar makin mempunyai hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagi Paulus, mereka yang telah sunat hati akan memperlihatkan tanda kehidupan sebagai berikut: Pertama, seorang yang dapat mengajar dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengajar orang lain (ay. 21-22). Kedua, seorang yang tidak hanya memberitakan kebenaran, tetapi sungguh menghidupi kebenaran tersebut (ay. 23-24). Ketiga, seorang yang tidak hanya beribadah secara lahiriah, tetapi juga dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Allah melalui sikap hidupnya sehari-hari (ay. 25-29).
Setiap pribadi yang telah mengalami pembaruan hidup akan memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan. Nyatakanlah kasih Tuhan dengan tepat melalui sikap hidup kita agar menjadi kesaksian yang hidup bagi sesama kita.
REFLEKSI:
Kita tidak akan menjadi terang kehidupan bagi
orang lain jika kita sendiri berada dalam kegelapan.

 selamat pagi selamat beraktifitas kiranya Allah Tritunggal yang menyertai.
Share:

Berani Berkata “CUKUP”

Filipi 4:11-13

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
- Filipi 4:11-12

Salah satu kunci sukacita hidup di dalam Kristus adalah kemampuan untuk berkata “cukup”. Berkata “cukup” itu berarti di dalam kondisi sekarang Anda menyadari bahwa Anda memiliki semua yang dibutuhkan. Selain itu, hidup berkecukupan berarti bahagia dengan apa pun yang Anda miliki dan alami pada saat ini.

Di dalam Filipi 4:11-12 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ia pernah merasakan kelimpahan maupun kekurangan, dan hal ini tidak memengaruhi sukacita di dalam hidupnya. Di dalam segala kondisi kehidupan, Paulus belajar mencukupkan diri. Kebahagiaannya tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang ia miliki ataupun seberapa nyaman hidupnya. Di sini Paulus hendak menasihatkan bahwa orang miskin maupun kaya perlu belajar untuk merasa puas atau berkecukupan. Memang benar bahwa kita bisa belajar tentang merasa cukup ketika berada dalam kondisi kekurangan, tetapi sering terjadi orang yang kaya secara materi justru malah tidak merasa cukup dan selalu ingin memiliki kekayaan yang lebih.
Melalui bagian ini kita belajar dari Paulus bahwa sukacitanya ditentukan oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar materi. Rahasianya adalah Yesus yang hidup di dalam hati Paulus. Paulus telah belajar bahwa kondisi hidup tidak akan pernah membuatnya puas, orang lain tidak akan pernah membuatnya puas, pengakuan dunia tidak akan pernah membuatnya puas, tetapi Yesus sanggup membuatnya puas. Hanya di dalam Kristus Paulus mengalami kekayaan rohani sejati yang memuaskan jiwanya, dan dari kondisi berkelimpahan inilah ia dimampukan untuk memiliki hati yang berkecukupan. Sebagai buktinya, ketika Paulus tidak memiliki apa-apa, dipenjara, disiksa, menderita, ia berani berkata, “cukup”. Inilah sikap hidup Paulus yang perlu kita teladani. Pertanyaan selanjutnya: apakah Anda berani berkata “cukup” dalam segala kondisi kehidupan yang dialami?

Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa cukup dengan semua yang Anda miliki dan alami pada saat ini? Apa alasan kuat yang membuat Anda berkata “cukup”?
Bagaimana cara Anda mendapatkan kekayaan rohani di dalam Kristus yang dapat mencukupkan kepuasan jiwa Anda?
"
selamat pagi selamat berkarya bagi Kristus
Share:

Gereja Dan Rumah Tangga

1 Timotius 3:1-7

Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
- 1 Timotius 3:5
Kepentingan dalam rumah tangga dan gereja seringkali bertabrakan hingga memunculkan situasi dimana seseorang harus lebih mendahulukan salah satu di antaranya. Tidak sedikit jemaat yang berpikir mengorbankan rumah tangga untuk fokus ke gereja adalah hal yang baik, tetapi ini bisa memunculkan banyak luka di dalam rumah tangga karena merasa ditelantarkan. Penting bagi kita untuk melihat posisi gereja dan rumah tangga di mata Tuhan Yesus dalam menyikapi permasalahan ini.
Rumah tangga merupakan tempat pembuktian karakter seseorang sebagai orang Kristen sebelum melayani di gereja. Tuhan Yesus melihat rumah tangga orang Kristen sama pentingnya dengan gereja dan keduanya saling terkait. Memang Yesus pernah mengatakan bahwa seorang murid harus siap meninggalkan keluarganya untuk mengikut-Nya (Mat. 10:34-39), tetapi yang dimaksud Yesus adalah memrioritaskan Allah daripada keluarga ketika konflik terjadi. Rumah tangga Kristen adalah tempat di mana seseorang berlatih setiap harinya untuk menghidupi Injil dan nilai-nilai kerajaan Allah dengan orang-orang yang dikenalnya paling dekat, yaitu anggota keluarganya (Ef. 5:22-33, 6:1-9).
Gereja merupakan rumah tangga Allah (lih. 1 Tim. 3:15) sehingga orang yang ditunjuk sebagai pemimpin gereja haruslah seorang kepala rumah tangga yang baik. Jabatan “penilik jemaat” merupakan posisi yang tinggi dalam pemerintahan gereja, mungkin pada zaman sekarang dapat disamakan dengan hamba Tuhan dan penatua. Menariknya, kualifikasi yang Paulus nyatakan adalah mengenai karakternya, yang harus teruji dalam keluarganya (ay. 5). Jadi, gereja dan rumah tangga (Kristen) bukanlah dua hal yang seharusnya bertentangan, malahan keduanya saling terkait. Hal ini seperti visi dari gereja GII Hok Im Tong, yaitu menggerejakan keluarga dan mengkeluargakan gereja.
Orang Kristen harusnya belajar untuk hidup sebagai anggota keluarga Allah di gereja dan di rumah tangganya. Panggilan menjadi orang Kristen tentunya mengundang kita untuk menjadi bagian rumah tangga Allah yang lebih luas, di mana kita diajar dan diperlengkapi untuk menjadi murid Kristus yang setia. Namun, panggilan orang Kristen juga untuk menjadi anggota keluarga yang lebih mengasihi Tuhan dan keluarga kita di rumah. Jika kita setia untuk menghidupi kebenaran Injil serta nilai-nilai kerajaan Allah di rumah tangga kita, tentunya kita juga akan dipakai menjadi berkat di gereja.
Refleksi Diri:
Apa pengaruh yang Anda, sebagai orang Kristen, sudah berikan di rumah tangga Anda?
Apakah Anda memiliki hati untuk melayani keluarga sebelum Anda melayani di gereja?
"
selamat pagi selamat berkarya.Gbu.
Share:

Bukan Injil Orisinal

Galatia 1:6-12

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
- Galatia 1:8

Di zaman sekarang ini, Anda dapat dengan mudah berpenampilan keren tanpa biaya mahal. Anda bisa tampil modis hanya bermodalkan uang tidak banyak. Caranya, memakai barang KW (akronim dari “kwalitas”). Hampir semua barang bermerek terkenal ada KW-nya. KW merujuk pada barang palsu atau imitasi yang mirip aslinya. Anda bahkan bisa memilih tingkatan kualitasnya, KW1, KW2 atau KW3, tergantung berapa uang yang Anda punyai.

Ternyata pada masa Rasul Paulus, Injil pun sudah di-KW-kan. Ada injil yang palsu. Sama seperti barang KW yang dibuat karena mengikuti selera pasar, demikian pula pemberita injil KW memberitakan injil KW karena alasan yang sama, yaitu menyenangkan manusia (Gal. 1:10). Injil sejati diubah sehingga sesuai dengan keinginan orang yang mendengarnya. Sedangkan kebenaran sejati ditutupi atau dihilangkan. Paulus menolak keras hal ini. Injil sejati harus diberitakan meskipun tidak diterima dengan senang hati oleh pendengarnya. Kebenaran, meskipun pahit, tetaplah kebenaran yang harus diterima.
Banyak terjadi sekarang ini baik di kota dan di desa saat anak sekolah di luar daerah sering berkata dan bahkan melakukan ibadah yang sembarangan bahwa ia diajak temannya beribadah di satu gereja yang asing. Tak ada pendeta. Yang ada hanya penatua yang bergiliran berkhotbah atau mengajar. Gereja ini sudah menyebar ke mana-mana. Anak saya merasa tidak cocok dengan gaya dan ajaran gereja tersebut. Itulah kenyataan dunia sekarang ini. Ada banyak gereja, aliran, dan ajaran. Tidak semua benar. Banyak yang mengajarkan kesesatan. Gereja atau persekutuan semacam ini selalu mengklaim merekalah yang paling benar. Yang lain salah. Bahwa yang tidak mengikuti mereka akan masuk neraka dan akibat-akibat lainnya dari ajaran sesat menurut mereka.
Anda perlu waspada. Jangan mudah terima orang yang datang kepada Anda dengan dalih memberitakan Injil atau mengajarkan Alkitab. Dari luar, niat seperti itu kelihatannya baik dan pada permulaannya ajarannya pun tidak berbeda dengan ajaran yang benar. Namun, lambat-laun Anda akan tersesat. Hati-hati dengan ajaran Kristen yang KW-KW. Selalu cek kembali semua ajaran terhadap kebenaran firman Tuhan. Jika ragu, tanyakan kepada hamba Tuhan Anda di gereja.

Refleksi Diri:
Mengapa mengikuti ajaran sesat itu sangat berbahaya bagi iman?
Bagaimana cara Anda menangkal ajaran yang sesat atau palsu?

selamat pagi kasih dari Allah Tri Tunggal  menyertai pekerjaan dan aktifitasmu hari ini..GBU
Share:

Setiap Orang Kristen Pasti Bisa

Matius 10:40-42

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
- Matius 10:42

Kita bisa melihat ayat emas di atas dari dua sisi. Sisi pertama adalah setiap orang Kristen seharusnya bisa melakukan sesuatu yang baik kepada mereka yang membutuhkan karena pemberian satu cangkir air pun diperhitungkan Tuhan. Banyak orang merasa dirinya sebagai orang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia melihat dirinyalah yang harus selalu dibantu. Yang ada di pikirannya, saya perlu pertolongan. Anda yang seringkali berpikir seperti ini, perlu mengubah cara melihat diri Anda. Ingat ayat emas di atas, pemberian sekecil apa pun dihargai Tuhan. Yesus memakai kata “memberi” bukannya “menerima”. Setiap orang pasti punya sesuatu untuk diberikan, sesulit apa pun hidupnya. Jangan selalu memandang diri tidak bisa apa-apa, tetapi berdoa dan berpikirlah apa yang bisa saya berikan. Setiap orang Kristen bisa berbagian.

Di sisi yang lain, ada juga orang Kristen yang sangat senang dengan ayat ini sebab memberikan cukup yang paling minim saja, tetap dihargai Tuhan. Rasanya nilai segelas air dari zaman ke zaman tidaklah jauh berbeda. Yesus memang tinggal di daerah yang panas dan gersang, nilai air minum sangat berharga. Namun, Dia hanya meminta secangkir saja, bukan pemberian yang besar. Padahal ada orang-orang yang kapasitasnya tidak hanya memberikan secangkir air. Tuhan pasti punya maksud saat mengizinkan seseorang diberikan berkat lebih dari orang lain. Yesus berkata, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Luk. 12:48b). Karena itu, masing-masing kita bisa menjawabnya sendiri, apakah kita memang hanya bisa memberikan secangkir air saja?

Orang umumnya mudah berbagi kepada teman-teman yang dianggapnya cocok, selevel, sepemikiran, dan yang sudah memberikan keuntungan, misalnya keuntungan bisnis. Secara tidak langsung, kita melihat hubungan timbal balik. Namun, apakah Anda mau belajar memberi kepada mereka yang tidak pernah memberikan apa-apa kepada Anda? Bahkan kepada orang-orang yang tidak pernah bisa membalas bantuan Anda? Seperti Yesus yang memberikan nyawa-Nya untuk menebus setiap orang yang percaya, bukan berdasarkan sesuatu pada diri orang tersebut.

Refleksi Diri:

Apakah ada anggota keluarga/kerabat Anda yang membutuhkan bantuan saat ini?
Apa tindakan kecil nyata yang Anda bisa berikan untuk membantu mereka?
"
selamat pagi selamat beraktifitas kasih karunia Allah dan kasih sayang Tuhan Yesus serta pertolongan dan penyertaan Roh Kudus menyertai.
Share:

Tidak Merasa Sedang Berkorban

Kejadian 29:1-30

Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.”
- Keluaran 29:12

Beberapa tahun belakangan ini, banyak orang gemar menonton sinetron percintaan atau drama Korea. Mereka betah berlama-lama menonton seri film tersebut karena melibatkan emosi dan perasaan yang mendalam. Tentunya romansa cinta yang menjadi daya tarik utama dari kisah perjalanan hidup di dalam film-film tersebut. Mengapa demikian? Karena manusia pada umumnya ingin dicintai dan ingin mencintai. Jadi, apakah arti sebenarnya cinta?
Alkitab memuat begitu banyak cerita. Beberapa cerita menampilkan kisah cinta yang sangat dipahami oleh manusia dalam suatu relasi. Salah satu kisah cinta yang sangat populer dalam Perjanjian Lama adalah kisah cinta Yakub dan Rahel. Dituliskan berulang kali betapa Yakub sangat mencintai Rahel dan karena cintanya, ia rela bekerja kepada Laban, ayah Rahel, tanpa diberi upah. Cinta Yakub mengajarkan satu prinsip yang sangat penting tentang arti cinta itu sendiri, yaitu tidak bisa dilepaskan dari kerelaan untuk berkorban.
Cinta dan pengorbanan menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mengikat dan melengkapi di dalam relasi manusia. Karena cinta, Yakub rela bekerja kepada Laban selama tujuh tahun tanpa dirasa olehnya sebagai waktu yang lama. Bahkan jika melihat sifat Laban yang memanfaatkan keuntungan dari Yakub sehingga menambahkan tujuh tahun lagi masa bekerja, Yakub tetap rela bekerja selama empat belas tahun demi mendapatkan kekasih hatinya, Rahel. Yakub berkorban, tapi tidak merasa sedang berkorban karena cintanya yang sangat besar kepada Rahel. Inilah prinsip cinta kasih yang diajarkan Tuhan di dalam 1 Korintus 13:7 (BIS), “Ia (kasih) tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimana pun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu.”
Apakah kita sudah mengasihi pasangan, anak-anak, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita yang Tuhan Yesus tempatkan saat ini, sama seperti cinta kasih Yakub kepada Rahel yang bertahan lama dan sabar menanggung segala sesuatu? Cinta kasih sejati haruslah sampai ke tahap rela berkorban, tetapi tidak merasa sedang berkoban karena terlalu mengasihi.
Refleksi Diri:
Apa hal-hal yang membuat Anda sulit bertahan dan sabar dalam mengasihi pasangan, anak-anak atau keluarga Anda?
Apakah Anda rela berkorban untuk orang-orang yang Anda cintai? Apa wujud pengorbanan yang sudah Anda berikan?
"
selamat pagi semuanya selamat bekerja, kiranya kasih dan anugerah Tuhan Yesus Kristus memenuhi hati dan pekerjaanMu.
Share:

Hidup Lebih Produktif

Amsal 6:6-11

Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.

— Amsal 6:6

Pada awal masa pandemi, semua kegiatan kita menjadi terhenti sesaat. Berbagai kegiatan harus dilakukan dari dalam rumah. Work from home, school from home, church from home, shopping from home, dan sebagainya. Akibatnya, produktivitas kita pun menjadi turun dibandingkan sebelum masa pandemi. Saat ini kita patut bersyukur karena semua aktivitas sudah mulai kembali berjalan normal. Kegiatan yang tadinya banyak di rumah, sekarang sudah dapat dilakukan di luar rumah. Namun sayangnya, kenyamanan berkegiatan di rumah memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas kita saat ini.
 Jujur saja, kalau disuruh memilih kerja dari rumah atau kantor, pasti kita lebih memilih kerja dari rumah. Begitu pula halnya dengan beribadah. Cukup banyak orang yang akhirnya lebih nyaman beribadah secara daring dibandingkan datang ke rumah T uhan. Apakah ini produktivitas yang T uhan inginkan?
 Dalam Amsal, penulis memberikan berbagai nasihat bagi pembacanya. Salah satu nasihat yang disampaikan adalah menghindari kemalasan. Penulis Amsal memberikan contoh perilaku semut yang terus bekerja mengumpulkan makanan, meskipun tidak ada yang mengawasi mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Secara alami, mereka akan terus bekerja mencari makanan. Inilah sikap yang penulis Amsal ingin kita pelajari, yaitu tetap bekerja keras atas kesadaran diri sendiri, bukan karena berada di bawah pengawasan orang lain. Penulis Amsal ingin para pembacanya menjauhi kemalasan karena kemalasan dapat mendatangkan tindakan kejahatan. T entu kejahatan bukanlah tindakan yang T uhan inginkan. Karena itu, bagi penulis Amsal sangatlah penting untuk umat manusia menjalani hidup yang lepas dari kemalasan. Artinya, kita tidak lagi bersikap malas dalam bekerja, dalam beribadah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
 Memiliki hidup yang produktif merupakan bentuk syukur kita terhadap waktu yang T uhan berikan. Pekerjaan adalah pemberian dari T uhan. Waktu adalah anugerah dari T uhan. Kita tidak akan bisa memutar waktu kembali, tetapi bisa memakai waktu dengan sebaik mungkin. Selama masih diberikan kesempatan, marilah kita berusaha untuk terus mempunyai hidup yang lebih produktif. Jalani hari-hari dengan penuh semangat dan serahkan kepada T uhan setiap permasalahan ataupun kesibukan yang kita hadapi. Tangan T uhan akan menolong kita, asalkan kita sungguh bersandar kepada-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa faktor-faktor penghambat yang dapat membuat Anda menjadi tidak produktif?
• Bagaimana Anda akan membuat hidup Anda lebih produkitf bagi T uhan? Apa komitmen Anda dalam menggunakan waktu sebaik mungkin?

"
selamat pagi dan selamat beribadah Tuhan Memberkati
Share:

Kesembuhan Rohani

Lukas 17:11-19

Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.
— Lukas 17:19b
Injil Lukas 17:11-19 mencatat perjalanan Yesus menuju Yerusalem saat melewati perbatasan Samaria. Yesus disambut dengan teriakan meminta belas kasihan dari sepuluh orang kusta. 
Respons Yesus ketika melihat sepuluh orang kusta tersebut adalah memandang dan menanggapi permohonan mereka.
 Kita tahu orang-orang kusta tersebut akhirnya disembuhkan oleh Yesus. Yesus berkata kepada mereka, “Perlihatkanlah dirimu kepada para imam.” Orang-orang sakit kusta cukup berani untuk mulai berjalan masuk ke desa padahal mereka masih belum pasti sembuh dan punya risiko dilempari batu oleh penduduk desa. Namun, mereka memercayai kata-kata Yesus dan menuruti perintah-Nya. Di tengah perjalanan, mereka akhirnya sembuh.
 Cerita berlanjut. Seorang dari kesepuluh orang kusta yang sembuh kembali menemui Yesus. Ia seorang Samaria, musuh bebuyutan orang Yahudi. Orang Samaria adalah penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur dari Babilonia dan daerah-daerah lainnya, yang ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang telah dipindahkan ke pembuangan (2Raj. 17:24; Ezr. 4:2, 9-10). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan mengadaptasi sebagian agama Yahudi. Bagi kaum Yahudi yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme mereka, hal ini menjadi sebuah pelecehan. Orang Samaria dianggap sebagai sebuah kenajisan bagi kaum Yahudi. Mereka dianggap sebagai etnis rendahan dan pelanggar hukum Musa.
 Melihat latar belakang orang Samaria, kita akan memahami mengapa orang tersebut kembali kepada Yesus. Bagi orang Samaria yang sakit kusta, kesembuhan merupakan sesuatu yang mustahil, apalagi didapatkan dari seorang Yahudi seperti T uhan Yesus. Di antara kesembilan temannya yang lain, ia yang merasa paling tidak pantas menerima kesembuhan dari T uhan. Perasaan ketidaklayakkan ini yang membuatnya kembali kepada Yesus untuk mengucap syukur sambil tersungkur di kaki-Nya.
 Kita pun sebetulnya tidak layak di hadapan T uhan untuk mendapatkan kesembuhan rohani, apalagi anugerah keselamatan dari-Nya. Namun, T uhan Yesus datang dan menghampiri, dengan bilur luka dan tetesan darah di kayu salib, Dia berkata, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sama seperti orang Samaria yang mengalami kesembuhan fisik dan juga kesembuhan rohani, Yesus juga memberikan kesembuhan rohani bagi setiap kita. Kita yang dahulu sakit secara rohani telah dipulihkan oleh-Nya. Mengucap syukurlah kepada T uhan.

Refleksi Diri:
• Bagaimana sikap hati Anda meresponi kesembuhan rohani dan anugerah keselamatan yang telah Allah berikan?
• Apa komitmen yang mau Anda ambil dalam meresponi anugerah Allah tersebut?

"
selamat pagi dan selamat berkarya untuk kemuliaannya
Share:

Keinginan Mata

1 Yohanes 2:15-17

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 

— 1 Yohanes 2:16
Anda pasti pernah melihat iklan makanan merek tertentu yang mendorong Anda untuk pergi membeli makanan tersebut. Namun, ketika Anda memesan makanan, disajikan dan mencobanya, ternyata kenyataannya tidak semenarik atau selezat seperti yang diiklankan. Apa yang terlihat indah oleh mata memang terkadang berbeda dengan kenyataan
Di dalam perikop Alkitab yang dibaca hari ini, Rasul Yohanes memberikan peringatan tentang keinginan mata yang bisa menarik kita jatuh ke dalam dosa. Godaan mata awalnya seakan memberikan kenikmatan, tapi pada akhirnya bisa membawa pada sebuah situasi yang jauh dari nikmat.
 Alkitab menceritakan banyak contoh bagaimana keinginan mata bisa menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa. Dalam kisah penciptaan, Hawa “melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya” (Kej. 3:6). Hawa kemudian mengambil dan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat tersebut. Akibat keinginan mata, yang membuat hati tergoda, berakhir pada sebuah peristiwa yang menjadi awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita juga bisa mengingat kisah Raja Daud yang terpikat oleh keelokan rupa Batsyeba sehingga nafsunya bangkit atas istri Uria tersebut. Melalui dua kisah ini kita belajar bahwa sesuatu yang cantik, indah atau memikat mata, tidak serta-merta menjadi sesuatu yang baik bagi kita. Sebaliknya, hal-hal yang secara penampilan fisik dan bagian luar memesona, bisa membawa kita terjerumus ke dalam dosa sehingga terus-menerus menjauh dari T uhan.
 Yohanes mengingatkan kita untuk waspada akan kecenderungan mata kita yang seringkali terpikat atau tertawan oleh penampilan luar manusia ataupun hal-hal yang disajikan dunia ini. Berurusan dengan dosa memang sulit karena dosa hadir dengan kemasan yang menarik dan memikat. Untuk melawan godaan mata, kita perlu lebih sering berpaling dan melihat pada keindahan Allah di dalam Firman-Nya. Firman Allah akan berfungsi sebagai pagar pembatas yang akan menahan kita untuk keluar dari batasan kehendak Allah. Mari fokuskan hati dan pandangan kita hanya kepada firman yang hidup, yaitu Yesus Kristus.

Refleksi Diri:
• Apa hal-hal memikat mata yang bisa membuat Anda jatuh ke dalam dosa saat melihatnya?
• Bagaimana strategi Anda agar tidak jatuh ke dalam dosa ketika melihat hal-hal tersebut?

selamat pagi dan selamat bekerja karena Kristus yang memberikan kekuatan dalam hidupmu.penyertaan kasih sayang dari Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus menyertai saat ini n
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.