Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Injil Dan Kepedulian Sosial

Galatia 2:1-10

hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.
- Galatia 2:10

Di kalangan gereja Protestan, dikenal istilah Injil sosial yang merujuk gerakan keterlibatan gereja dalam isu-isu sosial, seperti ketidakmerataan ekonomi, kemiskinan, kecanduan, kejahatan, ketegangan rasial, lingkungan hidup, perdagangan manusia, dsb. Gerakan ini sangat populer di Amerika Serikat dan Kanada pada awal abad ke-20. Niat gerakan ini pada awalnya baik, tetapi kemudian membiaskan berita Injil dalam arti keselamatan di dalam Yesus menjadi keselamatan sebagai perwujudan keadilan sosial.
Dalam Galatia 2, diceritakan tentang pembagian tugas antara Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Fokus Petrus adalah memberitakan Injil kepada orang-orang bersunat, yaitu bangsa Yahudi, sedangkan Paulus kepada orang-orang yang belum bersunat, yaitu bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi (ay. 7). Pembagian tugas ini menyatakan bahwa pada masa itu sudah ada kesadaran bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan semua golongan manusia. Tak ada kalangan yang boleh terlewatkan.
Ayat 2 menegaskan kembali pentingnya Injil menjangkau semua orang, bahkan ditekankan juga dalam ayat emas di atas, tentang pentingnya menjangkau orang-orang miskin. Mereka juga perlu Injil. Namun, kebutuhan mereka bukan saja mendengar Injil, mereka juga butuh bantuan sosial. Injil akan kehilangan maknanya jika pemberita hanya menyampaikan berita keselamatan tetapi membiarkan mereka binasa karena kelaparan jasmani. Injil bukan saja mengenyangkan manusia yang lapar rohani tetapi juga harus memberi makan mereka yang lapar jasmani.
Gereja Kalam Kudus Tepas setiap bulan setiap mengumpulkan persembahan diakonia. Dana diakonia ini seratus persen digunakan untuk membantu jemaat yang kekurangan. Selain itu, dana penginjilan juga sebagian dialokasikan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat yang dilayani dalam berbagai bentuk proyek kemanusiaan. Semua ini dilakukan untuk menyatakan bahwa memberitakan Injil dan mengusahakan kesejahteraan sosial haruslah berjalan bersama-sama. Injil tanpa pelayanan sosial adalah iman tanpa perbuatan. Oleh karena itu, beritakanlah Injil dengan memerhatikan orang-orang yang hidup dalam kekurangan.
Refleksi Diri:
Apa hubungan antara pemberitaan Injil dengan membantu orang-orang kekurangan?
Bagaimana cara praktis yang Anda akan lakukan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar Anda sambil membantu mereka di dalam kekurangannya?"

mari jadikan hidup kita untuk berbagi bagi sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. 
demi untuk Injil dapat di dengar
Share:

Terlena Oh.. Terlena

Yosua 18:1-10

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan ke oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?
- Yosua 18:3

Sebuah artikel di surat kabar berbunyi demikian, Pengendara Diingatkan Jangan Terlena di Jalan Lurus. Rupanya ini sebuah peringatan bagi pengendara mobil di jalur tol. Jalanan yang sepi bebas hambatan, dapat membuat pengendara terlena kewaspadaannya sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan tunggal justru di jalan tol yang sedang kosong. Kita pun terkadang bisa dibuat terlena dengan hidup yang tampaknya lancar dan aman, padahal mungkin jalan hidup kita sudah menjauh dari Tuhan.

Salah satu hal yang sering terjadi dalam kehidupan orang Israel adalah terlena. Ketika keadaan sudah enak dan nyaman mereka tidak melakukan kehendak Tuhan. Mereka sudah lama menduduki tanah Kanaan, tetapi permasalahannya adalah masih ada tujuh suku yang belum mendapat milik pusaka. Tanah perjanjian sudah diberikan Tuhan kepada orang Israel, tetapi mereka tidak menyelesaikan pembagian yang sudah Tuhan perintahkan. Kata “bermalas-malas” pada ayat emas berasal dari kata raphah, yang bisa berarti menjadi lemah, mengendur, menganggur. Mereka seperti sudah melupakan tugas tersebut, menjalani kehidupan seolah-olah tidak ada yang mengganjal.

Yosua lalu mengumpulkan mereka di Silo, membawa masalah ini di hadapan Tuhan, supaya mereka mengerti tugas yang merupakan kehendak Tuhan yang tidak boleh diabaikan. Ketika Yosua tahu orang Israel tidak berinisiatif selama bertahun-tahun, ia tidak terbawa arus di dalamnya ikut-ikutan malas, yang penting semuanya aman-aman saja. Yosua berinisiatif memulai kembali pergerakan dan menyelesaikan tugas tersebut.

Tuhan Yesus menyelesaikan kehendak Bapa di kayu salib, supaya kita pun dapat melakukan kehendak Bapa di dalam Kristus yang sudah menyelamatkan kita. Seperti yang dikatakan di Roma 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Setiap kita harus mengingat panggilan penting Tuhan di dalam hidup kita. Jangan terlena dengan kehidupan yang nyaman di dunia hingga kita mengabaikan panggilan Tuhan. Lakukan setiap hal dengan sebuah antusias untuk Tuhan, di dalam pekerjaan, pelayanan, keluarga, pendidikan, dll. Segera selesaikan panggilan Anda, jangan menunda, penuhilah janji-janji Anda kepada Tuhan. Anda selalu bisa memilih: malas-malasan atau berinisiatif. Jadilah inisiator yang menghadirkan perubahan mulai dari hal-hal yang sederhana dengan hidup berintegritas.
Refleksi Diri:
Apakah pengaturan waktu dan kerja Anda sudah efektif saat ini dalam rangka menunaikan panggilan Tuhan?
Apa komitmen Anda untuk melakukan panggilan Tuhan yang tertunda sampai hari ini?"

mari berkarya untuk kemuliaannya.
Share:

Bukan Sekadar Mengetahui

Yohanes 3:1-18

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Ada perbedaan yang sangat jelas di antara kata “mengetahui” dan “mengenal”. Mengetahui sesuatu tidak mempunyai unsur kedalaman dan kedekatan, sedangkan mengenal selalu berbicara tentang suatu relasi yang mendalam dan bukan sekadar mengetahui. Orang yang mengetahui belum tentu mengenal secara terperinci dan sungguh- sungguh akan sesuatu dalam hidupnya.
Nikodemus adalah pemimpin agama Yahudi dan seorang Farisi yang dipandang dan dihormati oleh masyarakat Yahudi pada masa itu. Nikodemus yang dikenal terpandang karena jabatannya, mendatangi Yesus untuk lebih mengenal-Nya. Nikodemus selama ini sudah sering mendengar tentang Yesus sebagai salah seorang guru agama Yahudi. Nikodemus mengetahui dengan baik siapakah Yesus, terlihat ketika mendatangi Yesus, ia menyatakan bahwa Yesus adalah Rabi, guru yang diutus Allah dan dapat mengadakan tanda-tanda yang luar biasa (ay. 2).
Pengetahuan Nikodemus tentang Yesus adalah baik dan benar, tetapi tidak lengkap dan mendalam. Kita dapat melihat dalam percakapan mereka berdua di perikop ini, Yesus mengajak Nikodemus untuk mengenalnya lebih dalam. Yesus memperkenalkan dirinya bukan hanya sebagai seorang guru Yahudi atau seseorang yang dapat mengadakan tanda-tanda mukjizat, tetapi terlebih lagi diri-Nya adalah Allah yang mengasihi manusia berdosa dan yang telah memberikan anugerah keselamatan bagi semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya (ay.16). Setiap orang yang percaya Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat hidupnya akan beroleh hidup yang kekal (ay.17).
Bagian firman hari ini mengajak kita untuk merenungkan bersama, apakah kita sudah mengenal Yesus Kristus secara mendalam? Atau apakah selama ini kita hanya mengenal Dia sebagai sumber pemberi berkat yang memenuhi semua keinginan kita? Atau mungkin kita mengenal Dia sebagai sang penyembuh yang dapat menyembuhkan segala penyakit kita? Hendaklah kita mengenal Yesus Kristus sebagai Pribadi yang menyelamatkan, bukan sekadar mengetahui sebagai penyedia dan pemberi jawaban atas permasalahan hidup kita. Yesus adalah Allah yang mengasihi kita yang tidak layak untuk dikasihi. Dia datang untuk menyelamatkan kita.

Refleksi Diri:
Bagaimana pengenalan Anda terhadap Yesus Kristus selama ini? Apakah Anda sudah mengenal-Nya secara mendalam?
Apakah Anda sudah percaya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi Anda?"
Share:

Tuhan Adalah Setia

2 Tesalonika 3:1-5
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
- 2 Tesalonika 3:3

Kesetiaan merupakan kunci utama relasi antar manusia. Banyak orang ingin mendapatkan kesetiaan dari orang lain. Para pimpinan ingin karyawannya setia terhadap perusahaan. Para karyawan ingin pimpinannya setia memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaannya. Para suami ingin istrinya setia kepada dirinya, begitu juga sebaliknya. Kesetiaan seseorang dapat dinilai lewat perjalanan waktu ataupun ketahanan dalam menghadapi masalah. Tak jarang, ada saja orang yang hilang kesetiaannya setelah melewati waktu tertentu ataupun ketika menghadapi masalah yang berat.
Rasul Paulus tetap setia mengikut Tuhan hingga akhir hidupnya, padahal perjalanan hidup pelayanannya bukanlah perjalanan yang mudah. Sebelum menutup surat Tesalonika, Paulus meminta jemaat untuk berdoa bagi dirinya dan rekan sepelayanannya agar selamat dari orang-orang jahat. Paulus sadar bahwa perjalanan pelayanan yang mereka jalani bukanlah perjalanan mudah. Banyak orang jahat di sekitar mereka yang berusaha untuk menghambat dan menjatuhkan. Mereka akan terus berusaha membuat Paulus dan rekan-rekannya menderita. Namun, kesulitan tersebut tidak membuat Paulus mundur dari pelayanannya. Ia hanya memohon dukungan doa dari jemaat Tesalonika.
Alasan kuat yang membuat Paulus tetap setia menjalani pelayanannya adalah karena Tuhan setia. Paulus tahu bahwa kesulitan penderitaan yang ia alami, tidak akan menghilangkan kesetiaan Tuhan mengiringi pelayanannya. Paulus yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya di tengah kesulitan yang terjadi. Keyakinan inilah yang membuatnya tetap terus berjuang menghadapi tantangan yang ada, bahkan Paulus juga menyampaikan agar kesaksiannya menjadi kekuatan bagi jemaat Tesalonika.
Tuhan adalah setia. Dalam setiap kesulitan, penderitaan, dan keraguan, Tuhan tetap setia menyertai kita. Mungkin kondisi sekitar tidak seperti yang kita inginkan, mungkin ada orang-orang di sekeliling yang berusaha menjatuhkan kita, atau mungkin kita ragu dan takut menghadapi hari-hari pelayananan kita. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ada Tuhan yang setia. Tuhan Yesus akan menguatkan hati kita. Dia akan memelihara kita menghadapi perkara yang sulit. Mari kita terus menghadapi hidup yang penuh misteri dan tantangan dengan berpegang teguh pada tangan Allah yang setia.
Refleksi Diri:
Apa kesulitan-kesulitan dalam pelayanan yang saat ini sedang Anda hadapi?
Apakah Anda sudah menyerahkan segala kesulitan tersebut kepada Allah yang setia? Apakah Anda sudah berdoa meminta penyertaan-Nya?"
Share:

Penjala Uang Menjadi Penjala Manusia

Matius 9:9-13

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
- Matius 9:9

Perubahan merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia. Seorang psikolog, Daniel Gilbert, berkata, “Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup kita adalah perubahan.” Matius 9:9-13 mengisahkan sebuah perubahan hidup yang dialami Matius ketika Yesus memanggilnya menjadi seorang murid Kristus. Yesus mendatangi Matius di rumah cukai. Dia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” (akolouqei moi). Perkataan Yesus ini dalam bahasa aslinya menggunakan present tense yang berarti ada sebuah tindakan yang terus menerus. Yesus sedang meminta Matius untuk meninggalkan pekerjaan lamanya dan mengikuti Dia terus menerus, bukan hanya untuk sementara waktu.
Matius merespons dengan sangat baik ajakan Yesus. Tidak perlu berpikir panjang, ia langsung mengiyakan tawaran Yesus (ay. 9). Padahal respons spontan Matius ini setidaknya memiliki dua risiko besar yang harus diterimanya. Pertama, ia harus rela kehilangan penghasilan yang sangat besar sebagai pemungut cukai. Kedua, berbeda dengan murid-murid Yesus lainnya yang notabene adalah nelayan yang bisa kembali melaut kapan saja, jabatan sebagai pemungut cukai tidaklah demikian. Ketika seorang meninggalkan jabatan sebagai pemungut cukai, sangat kecil kemungkinannya ia bisa kembali pada pekerjaannya karena posisi mereka akan langsung diisi oleh orang lain. Ia juga akan kesulitan mendapatkan pekerjaan jenis lainnya karena tidak ada orang yang mau mempekerjakan mantan pemungut cukai yang dianggap sebagai musuh bagi orang Yahudi.
Respons Matius terhadap panggilan Yesus ini membawa perubahan besar dalam kehidupan Matius. Ia rela melepaskan jabatan, kenyamanan, bahkan masa depannya demi menjadi seorang pengikut Kristus. Bagi Matius, mengikut Yesus adalah hal yang jauh lebih berharga daripada seluruh harta yang dimilikinya. Matius rela melakukan perubahan besar dalam hidupnya dari seorang penjala uang menjadi penjala manusia.

Marilah meresponi panggilan Tuhan yang begitu indah dengan terus menerus setia mengikut Dia. Seorang murid Kristus juga rela melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, berani meninggalkan zona nyaman, dan totalitas dalam melakukan pekerjaan-Nya. Siapkah Anda dipanggil dan menjadi murid Kristus?

Refleksi Diri:

Bagaimana panggilan Yesus untuk mengikut Dia telah mengubah kehidupan Anda?
Apa komitmen yang ingin Anda ambil agar terus menerus bisa mengikut Kristus?"

selamat berkarya bagi Yesus, dan selalu dalam penyertaanNya setiap hari. Gusti sing maringi berkat LAN berkah Soho ugi barokah . h
Share:

Tuhan Adalah Setia

2 Tesalonika 3:1-5
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
- 2 Tesalonika 3:3
Kesetiaan merupakan kunci utama relasi antar manusia. Banyak orang ingin mendapatkan kesetiaan dari orang lain. Para pimpinan ingin karyawannya setia terhadap perusahaan. Para karyawan ingin pimpinannya setia memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaannya. Para suami ingin istrinya setia kepada dirinya, begitu juga sebaliknya. Kesetiaan seseorang dapat dinilai lewat perjalanan waktu ataupun ketahanan dalam menghadapi masalah. Tak jarang, ada saja orang yang hilang kesetiaannya setelah melewati waktu tertentu ataupun ketika menghadapi masalah yang berat.
Rasul Paulus tetap setia mengikut Tuhan hingga akhir hidupnya, padahal perjalanan hidup pelayanannya bukanlah perjalanan yang mudah. Sebelum menutup surat Tesalonika, Paulus meminta jemaat untuk berdoa bagi dirinya dan rekan sepelayanannya agar selamat dari orang-orang jahat. Paulus sadar bahwa perjalanan pelayanan yang mereka jalani bukanlah perjalanan mudah. Banyak orang jahat di sekitar mereka yang berusaha untuk menghambat dan menjatuhkan. Mereka akan terus berusaha membuat Paulus dan rekan-rekannya menderita. Namun, kesulitan tersebut tidak membuat Paulus mundur dari pelayanannya. Ia hanya memohon dukungan doa dari jemaat Tesalonika.
Alasan kuat yang membuat Paulus tetap setia menjalani pelayanannya adalah karena Tuhan setia. Paulus tahu bahwa kesulitan penderitaan yang ia alami, tidak akan menghilangkan kesetiaan Tuhan mengiringi pelayanannya. Paulus yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya di tengah kesulitan yang terjadi. Keyakinan inilah yang membuatnya tetap terus berjuang menghadapi tantangan yang ada, bahkan Paulus juga menyampaikan agar kesaksiannya menjadi kekuatan bagi jemaat Tesalonika.
Tuhan adalah setia. Dalam setiap kesulitan, penderitaan, dan keraguan, Tuhan tetap setia menyertai kita. Mungkin kondisi sekitar tidak seperti yang kita inginkan, mungkin ada orang-orang di sekeliling yang berusaha menjatuhkan kita, atau mungkin kita ragu dan takut menghadapi hari-hari pelayananan kita. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ada Tuhan yang setia. Tuhan Yesus akan menguatkan hati kita. Dia akan memelihara kita menghadapi perkara yang sulit. Mari kita terus menghadapi hidup yang penuh misteri dan tantangan dengan berpegang teguh pada tangan Allah yang setia.
Refleksi Diri:
Apa kesulitan-kesulitan dalam pelayanan yang saat ini sedang Anda hadapi?
Apakah Anda sudah menyerahkan segala kesulitan tersebut kepada Allah yang setia? Apakah Anda sudah berdoa meminta penyertaan-Nya?
Share:

Berani Berkata “CUKUP”

Filipi 4:11-13

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
- Filipi 4:11-12

Salah satu kunci sukacita hidup di dalam Kristus adalah kemampuan untuk berkata “cukup”. Berkata “cukup” itu berarti di dalam kondisi sekarang Anda menyadari bahwa Anda memiliki semua yang dibutuhkan. Selain itu, hidup berkecukupan berarti bahagia dengan apa pun yang Anda miliki dan alami pada saat ini.

Di dalam Filipi 4:11-12 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ia pernah merasakan kelimpahan maupun kekurangan, dan hal ini tidak memengaruhi sukacita di dalam hidupnya. Di dalam segala kondisi kehidupan, Paulus belajar mencukupkan diri. Kebahagiaannya tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang ia miliki ataupun seberapa nyaman hidupnya. Di sini Paulus hendak menasihatkan bahwa orang miskin maupun kaya perlu belajar untuk merasa puas atau berkecukupan. Memang benar bahwa kita bisa belajar tentang merasa cukup ketika berada dalam kondisi kekurangan, tetapi sering terjadi orang yang kaya secara materi justru malah tidak merasa cukup dan selalu ingin memiliki kekayaan yang lebih.
Melalui bagian ini kita belajar dari Paulus bahwa sukacitanya ditentukan oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar materi. Rahasianya adalah Yesus yang hidup di dalam hati Paulus. Paulus telah belajar bahwa kondisi hidup tidak akan pernah membuatnya puas, orang lain tidak akan pernah membuatnya puas, pengakuan dunia tidak akan pernah membuatnya puas, tetapi Yesus sanggup membuatnya puas. Hanya di dalam Kristus Paulus mengalami kekayaan rohani sejati yang memuaskan jiwanya, dan dari kondisi berkelimpahan inilah ia dimampukan untuk memiliki hati yang berkecukupan. Sebagai buktinya, ketika Paulus tidak memiliki apa-apa, dipenjara, disiksa, menderita, ia berani berkata, “cukup”. Inilah sikap hidup Paulus yang perlu kita teladani. Pertanyaan selanjutnya: apakah Anda berani berkata “cukup” dalam segala kondisi kehidupan yang dialami?

Refleksi Diri:

Apakah Anda merasa cukup dengan semua yang Anda miliki dan alami pada saat ini? Apa alasan kuat yang membuat Anda berkata “cukup”?
Bagaimana cara Anda mendapatkan kekayaan rohani di dalam Kristus yang dapat mencukupkan kepuasan jiwa Anda?"
selamat pagi dan selamat menikmati sabat bersama Tuhan
Share:

SUNAT HATI YANG MEMULIAKAN TUHAN

Roma 2:17-29
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
(Rm. 2:29)
“Di dalam kehidupan ini kita dapat memilih antara hidup yang memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan.” Pernyataan ini tentunya mendorong kita untuk mempunyai hidup yang memuliakan Tuhan lewat hidup kita.
Paulus dengan tegas mengatakan kepada umat Kristen yang berlatar belakang Yahudi bahwa keselamatan dan hidup yang memuliakan Tuhan tidak berdasarkan etnis atau karena telah melaksanakan perintah Taurat termasuk sunat. Sunat yang benar bukanlah sunat lahiriah, melainkan sunat di dalam hati. Sunat di dalam hati adalah sebuah proses pembaruan hidup yang dilakukan dengan sungguh-sungguh di dalam Tuhan agar makin mempunyai hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagi Paulus, mereka yang telah sunat hati akan memperlihatkan tanda kehidupan sebagai berikut: Pertama, seorang yang dapat mengajar dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengajar orang lain (ay. 21-22). Kedua, seorang yang tidak hanya memberitakan kebenaran, tetapi sungguh menghidupi kebenaran tersebut (ay. 23-24). Ketiga, seorang yang tidak hanya beribadah secara lahiriah, tetapi juga dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Allah melalui sikap hidupnya sehari-hari (ay. 25-29).
Setiap pribadi yang telah mengalami pembaruan hidup akan memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan. Nyatakanlah kasih Tuhan dengan tepat melalui sikap hidup kita agar menjadi kesaksian yang hidup bagi sesama kita.
REFLEKSI:
Kita tidak akan menjadi terang kehidupan bagi
orang lain jika kita sendiri berada dalam kegelapan.

 selamat pagi selamat beraktifitas kiranya Allah Tritunggal yang menyertai.
Share:

Berani Berkata “CUKUP”

Filipi 4:11-13

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
- Filipi 4:11-12

Salah satu kunci sukacita hidup di dalam Kristus adalah kemampuan untuk berkata “cukup”. Berkata “cukup” itu berarti di dalam kondisi sekarang Anda menyadari bahwa Anda memiliki semua yang dibutuhkan. Selain itu, hidup berkecukupan berarti bahagia dengan apa pun yang Anda miliki dan alami pada saat ini.

Di dalam Filipi 4:11-12 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ia pernah merasakan kelimpahan maupun kekurangan, dan hal ini tidak memengaruhi sukacita di dalam hidupnya. Di dalam segala kondisi kehidupan, Paulus belajar mencukupkan diri. Kebahagiaannya tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang ia miliki ataupun seberapa nyaman hidupnya. Di sini Paulus hendak menasihatkan bahwa orang miskin maupun kaya perlu belajar untuk merasa puas atau berkecukupan. Memang benar bahwa kita bisa belajar tentang merasa cukup ketika berada dalam kondisi kekurangan, tetapi sering terjadi orang yang kaya secara materi justru malah tidak merasa cukup dan selalu ingin memiliki kekayaan yang lebih.
Melalui bagian ini kita belajar dari Paulus bahwa sukacitanya ditentukan oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar materi. Rahasianya adalah Yesus yang hidup di dalam hati Paulus. Paulus telah belajar bahwa kondisi hidup tidak akan pernah membuatnya puas, orang lain tidak akan pernah membuatnya puas, pengakuan dunia tidak akan pernah membuatnya puas, tetapi Yesus sanggup membuatnya puas. Hanya di dalam Kristus Paulus mengalami kekayaan rohani sejati yang memuaskan jiwanya, dan dari kondisi berkelimpahan inilah ia dimampukan untuk memiliki hati yang berkecukupan. Sebagai buktinya, ketika Paulus tidak memiliki apa-apa, dipenjara, disiksa, menderita, ia berani berkata, “cukup”. Inilah sikap hidup Paulus yang perlu kita teladani. Pertanyaan selanjutnya: apakah Anda berani berkata “cukup” dalam segala kondisi kehidupan yang dialami?

Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa cukup dengan semua yang Anda miliki dan alami pada saat ini? Apa alasan kuat yang membuat Anda berkata “cukup”?
Bagaimana cara Anda mendapatkan kekayaan rohani di dalam Kristus yang dapat mencukupkan kepuasan jiwa Anda?
"
selamat pagi selamat berkarya bagi Kristus
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.