Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"


selamat beraktifitas dan selalu pertahankan iman.
Share:

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"
Share:

Jubah Abu-abu

Kisah Para Rasul 4:8-12

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.- Kisah Para Rasul 4:12

Jochanan be Zaki, seorang rabbi Yahudi, pada saat sakit parah berpesan kepada murid-muridnya, “Bila aku mati, jangan kenakan aku jubah putih ataupun hitam, tetapi kenakanlah jubah abu-abu.” “Kenapa, Rabbi?” tanya murid-muridnya. “Bila aku memakai jubah putih, tetapi aku masuk neraka, aku akan malu. Sebaliknya, bila aku memakai jubah hitam, tetapi ternyata masuk surga maka semua orang akan menertawakan aku. Jadi, supaya aman biarlah aku memakai jubah abu-abu.”
Sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus seharusnya kita yakin akan keselamatan kita. Namun, dewasa ini begitu banyak orang Kristen yang masih “abu- abu” terkait keselamatan mereka. Jika bertanya kepada mereka mungkin kita masih akan mendapat jawaban, “Semoga”; “Tidak tahu”; “Entahlah”; atau bahkan “Tidak yakin.” Penting untuk dipahami bahwa kepastian keselamatan bukan berdasarkan penilaian manusia, tetapi berdasarkan pengorbanan Kristus yang dinyatakan di dalam Alkitab.
Firman Tuhan sangat jelas menyampaikan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang pasti, tetapi eksklusif. Pasti dalam arti ketika seseorang memiliki keselamatan, ia tidak akan kehilangan keselamatan (lih. Yoh. 10:28-29; Rm. 8:38-39). Namun, eksklusif karena hanya didapatkan melalui anugerah Allah dalam pengorbanan Kristus Yesus. Di luar Kristus bukan hanya kepastian keselamatan hilang, keselamatan tersebut juga tidak akan didapatkan oleh manusia. Keselamatan dan kepastian keselamatan kita peroleh hanya di dalam Yesus Kristus Tuhan. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” (Yoh. 14:6). Hanya melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita bisa sampai ke hadapan Allah pada saat meninggalkan dunia ini.
Apakah Anda yakin akan keselamatan Anda? Seringkali kita tidak yakin akan keselamatan karena menilai keselamatan berdasarkan perbuatan baik. Kita akan segera meragukan keselamatan ketika hidup jauh dari Tuhan, sebaliknya kita merasa yakin ketika rajin berdoa, beribadah, dan melakukan banyak kebaikan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang datang dan pergi sesuai dengan baik atau buruknya keadaan hidup. Keselamatan hanya didasarkan pada anugerah pengorbanan Kristus yang selalu sama sampai selama-lamanya. Letakkan keselamatan Anda pada kebenaran tersebut!
Refleksi Diri:
Apa kondisi yang membuat Anda ragu akan keselamatan Anda? Apakah Anda sudah menerima dan percaya Yesus Kristus di dalam hati Anda?
Apakah keselamatan bisa hilang jika Anda telah percaya Kristus? Mengapa?
"
selamat beraktifitas dan selamat berjalan bersama Kristus di pagi ini.Gbu.
Share:

Ingat Statusmu

Matius 21:33-46

Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.
- Matius 21:41

Setiap kita pasti sangat mengenal apa arti sebuah cerita. Hidup yang sedang kita jalani pun adalah sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita, kita juga dapat melihat bagaimana alur cerita akan mengarahkan pandangan kita untuk melihat ke mana cerita berakhir.
Akhir dari suatu cerita akan menyatakan suatu tujuan dan maksud tertentu. Matius 21 merupakan sebuah perumpamaan yang digunakan Yesus untuk menyampai- kan maksud tertentu dengan menggunakan cerita yang umum didengar oleh orang-orang pada masa itu. Dia bercerita tentang kebun anggur dan para penggarapnya, suatu profesi yang sering ditemukan dan dilihat oleh mereka. Yesus memakai cerita ini agar mudah dipahami oleh para pendengarnya.
Tujuan Yesus menyampaikan cerita adalah jelas, yaitu menyadarkan kembali status para imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka adalah kaum rohaniwan dan pemimpin agama, digambarkan sebagai para penggarap kebun anggur. Cerita ini merupakan sebuah teguran Yesus kepada para imam kepala dan orang Farisi yang melupakan status mereka yang seharusnya. Mereka adalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan, dalam hal ini Tuhan digambarkan sebagai pemilik kebun anggur, untuk menggarap dan mengolah kebun sehingga menghasilkan buah anggur yang baik, yaitu memperkenalkan dan mengajarkan kebenaran Tuhan. Namun, kepercayaan ini mereka salah gunakan. Mereka justru mengabaikan dan lalai mempraktikkan kebenaran firman. Ini terlihat jelas dari kehidupan mereka yang tidak lagi mencari kebenaran, melainkan terus menerus mengubah kebenaran menjadi pembenaran bagi diri mereka sendiri. Saat mereka ditegur oleh Tuhan, Sang pemilik kebun anggur, dengan mengirimkan hamba-hamba-Nya yang lain, mereka justru melawan bahkan sampai memukuli dan membunuh utusan tersebut. Mereka melupakan status yang sebenarnya yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.
Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Status kita jelas, yaitu pengikut Kristus dan hamba Tuhan (bukan hanya pendeta). Apakah kita sudah menjalani kehidupan kita sesuai dengan status kita? Status yang menyampaikan pesan kebenaran firman Tuhan dan menjalani hidup layaknya seorang murid Kristus. Hendaklah Tuhan mendapati kita sebagai hamba yang baik dan setia pada akhir hidup kita.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda selama ini menjalani status sebagai seorang pengikut Kristus dan hamba Tuhan?
Apa yang ingin Anda lakukan supaya di akhir hidup, Tuhan mendapati Anda sebagai hamba yang baik dan setia?"

sukses bersama Gusti Yesus.
Share:

Kejar Kebenaran, Kejar Kasih

Amsal 21

Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan.
- Amsal 21:21

Akhir tahun 2021, negara Jepang mendapatkan berita mengejutkan. Putri Mako, anak sulung pangeran Akishino, putra kaisar Jepang, mengumumkan bahwa dirinya akan melepaskan gelarnya sebagai bangsawan kerajaan. Menariknya, pelepasan gelarnya terjadi bukan karena ia melakukan kejahatan ataupun terlibat dengan kasus buruk. Putri Mako rela melepaskan gelarnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan hanya karena ingin menikahi calon suami yang merupakan rakyat biasa. Berbagai media berita pun menyampaikan kritik maupun pujian terhadap Putri Mako yang lebih memilih cinta daripada kehormatan sebagai keluarga kerajaan di kehidupannya.
Di dunia yang semakin berkembang, sedikit orang yang lebih memilih cinta daripada kehormatan. Banyak orang yang lebih memilih kehormatan daripada cinta. Tak jarang banyak keluarga yang mulai retak akibat orangtua ataupun anak lebih mengejar kehormatan dalam pekerjaan, daripada mengejar cinta dalam keluarga.
Penulis Amsal memberikan kita nasihat kehidupan yang bijak. Salah satu nasihatnya adalah mengejar kebenaran dan kasih. Bagi penulis Amsal, mengejar kebenaran dan kasih merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh umat Allah. Setiap manusia yang menyembah Kristus, sudah seharusnya mengejar kebenaran firman dan kasih Allah. Mengapa demikian? Karena kehidupan, kebenaran, dan kehormatan, diperoleh melalui kebenaran firman dan kasih Allah. Ini berarti di dalam pekerjaan yang kita lakukan, bukan kehormatan yang dikejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Di dalam pelayanan yang kita kerjakan, bukan berkat dan hidup yang lebih baik dari Tuhan yang kita kejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Apa pun yang dilakukan, kebenaran dan kasih Allah harus menjadi yang utama dalam pengejaran kita. Saat kita mengejar kebenaran dan kasih Allah, Dia akan menambahkan kepada kita kehidupan, kebenaran, dan kehormatan.
Ayo semua pembaca mulai sekarang marilah mengubah fokus hidup kita dengan mengejar kebenaran dan kasih Allah. Hendaklah kita bekerja bukan demi kehormatan, bukan juga demi kenyamanan hidup, melainkan demi kebenaran dan kasih Allah yang melimpah dalam hidup. Marilah mulai mengejar apa yang Allah kehendaki (kebenaran dan kasih) dan Allah akan memberikan apa yang Dia senangi (kehidupan, kebenaran, dan kehormatan).
Refleksi Diri:
Apa yang Anda kejar selama menjalani kehidupan ini?
Apa yang akan Anda lakukan agar dapat senantiasa mengejar kebenaran dan kasih Allah?"

MET bekerja dan beraktifitas, Tuhan yang akan menolong dan menyertai setiap hal yang ada. tetap fokus pada Kristus.Gbu
Share:

Ketika Allah Tidak Mendengar Doa

Keluaran 2:23-25
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata- kata doanya akan dikabulkan.
- Matius 6:7
Kitab Keluaran merupakan kitab yang menarik untuk dibaca karena berisi kisah pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Kitab ini juga berisi banyak peristiwa luar biasa seperti sepuluh tulah di Mesir, terbelahnya Laut Merah, Tuhan turun di Gunung Sinai, anak lembu emas, dan banyak lagi. Namun, di dalam aliran narasi yang luar biasa ini terdapat interupsi atau sebuah materi yang tampaknya diselipkan dalam kisah yang ada. Bagian Alkitab yang kita baca juga merupakan interupsi dalam kisah Musa (lih. Kel. 2:1-22; 3:1). Mengapa bagian ini diselipkan di dalam kitab Keluaran?
Bagian Alkitab ini menggambarkan pentingnya perjanjian dalam hubungan orang Israel dan Allah. Perjanjian antara Allah dan nenek moyang bangsa Israel tidak terpengaruh oleh situasi yang dialami oleh bangsa Israel. Pada saat itu mereka mengalami masa perbudakan yang begitu berat yang digambarkan dengan tiga ungkapan: mengeluh, berseru-seru, dan teriak minta tolong (ay. 23). Beban yang dialami begitu kronis, mereka mulai putus asa melihat situasi yang tidak berubah. Di manakah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang menjanjikan mereka menjadi bangsa yang besar?
Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya. Dia dapat terlihat diam tetapi sesungguhnya terus bekerja. Penulis kitab Keluaran menunjukkan Allah bekerja dengan menuliskan empat ungkapan: Ia mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan (ay.24-25). Ketika bangsa Israel berteriak-teriak karena beban yang mereka alami, Tuhan mempersiapkan pemimpin mereka keluar dari perbudakan, yaitu Musa. Ia memang sedang dalam pelarian dari kerajaan Mesir dan hidup sebagai penggembala domba di Midian, tetapi ini merupakan persiapan dari Tuhan baginya untuk menjadi pembebas bangsa Israel.
Kebenaran ini harusnya menjadi jaminan bagi orang Kristen untuk melangkah dengan yakin saat menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan. Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya dan orang Kristen sudah berada dalam perjanjian kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia pun menghendaki kita tetap berdoa dan hidup dengan iman kepada Allah Bapa di sorga, jangan hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah yang berpikir karena banyaknya kata-kata doa mereka akan dikabulkan (Mat. 6:7). Allah mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan umat-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa Tuhan seperti diam saja ketika mengalami pergumulan? Bagaimana respons Anda?
Apa bentuk perhatian Tuhan yang akhirnya Anda rasakan sebagai jawaban atas pergumulan tersebut"

mari kita kuduskan hari sabat dengan selalu menyisihkan hidup kita untuk menyembah Dan beribadah kepada Tuhan
Share:

Injil Dan Kepedulian Sosial

Galatia 2:1-10

hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.
- Galatia 2:10

Di kalangan gereja Protestan, dikenal istilah Injil sosial yang merujuk gerakan keterlibatan gereja dalam isu-isu sosial, seperti ketidakmerataan ekonomi, kemiskinan, kecanduan, kejahatan, ketegangan rasial, lingkungan hidup, perdagangan manusia, dsb. Gerakan ini sangat populer di Amerika Serikat dan Kanada pada awal abad ke-20. Niat gerakan ini pada awalnya baik, tetapi kemudian membiaskan berita Injil dalam arti keselamatan di dalam Yesus menjadi keselamatan sebagai perwujudan keadilan sosial.
Dalam Galatia 2, diceritakan tentang pembagian tugas antara Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Fokus Petrus adalah memberitakan Injil kepada orang-orang bersunat, yaitu bangsa Yahudi, sedangkan Paulus kepada orang-orang yang belum bersunat, yaitu bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi (ay. 7). Pembagian tugas ini menyatakan bahwa pada masa itu sudah ada kesadaran bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan semua golongan manusia. Tak ada kalangan yang boleh terlewatkan.
Ayat 2 menegaskan kembali pentingnya Injil menjangkau semua orang, bahkan ditekankan juga dalam ayat emas di atas, tentang pentingnya menjangkau orang-orang miskin. Mereka juga perlu Injil. Namun, kebutuhan mereka bukan saja mendengar Injil, mereka juga butuh bantuan sosial. Injil akan kehilangan maknanya jika pemberita hanya menyampaikan berita keselamatan tetapi membiarkan mereka binasa karena kelaparan jasmani. Injil bukan saja mengenyangkan manusia yang lapar rohani tetapi juga harus memberi makan mereka yang lapar jasmani.
Gereja Kalam Kudus Tepas setiap bulan setiap mengumpulkan persembahan diakonia. Dana diakonia ini seratus persen digunakan untuk membantu jemaat yang kekurangan. Selain itu, dana penginjilan juga sebagian dialokasikan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat yang dilayani dalam berbagai bentuk proyek kemanusiaan. Semua ini dilakukan untuk menyatakan bahwa memberitakan Injil dan mengusahakan kesejahteraan sosial haruslah berjalan bersama-sama. Injil tanpa pelayanan sosial adalah iman tanpa perbuatan. Oleh karena itu, beritakanlah Injil dengan memerhatikan orang-orang yang hidup dalam kekurangan.
Refleksi Diri:
Apa hubungan antara pemberitaan Injil dengan membantu orang-orang kekurangan?
Bagaimana cara praktis yang Anda akan lakukan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar Anda sambil membantu mereka di dalam kekurangannya?"

mari jadikan hidup kita untuk berbagi bagi sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. 
demi untuk Injil dapat di dengar
Share:

Terlena Oh.. Terlena

Yosua 18:1-10

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan ke oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?
- Yosua 18:3

Sebuah artikel di surat kabar berbunyi demikian, Pengendara Diingatkan Jangan Terlena di Jalan Lurus. Rupanya ini sebuah peringatan bagi pengendara mobil di jalur tol. Jalanan yang sepi bebas hambatan, dapat membuat pengendara terlena kewaspadaannya sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan tunggal justru di jalan tol yang sedang kosong. Kita pun terkadang bisa dibuat terlena dengan hidup yang tampaknya lancar dan aman, padahal mungkin jalan hidup kita sudah menjauh dari Tuhan.

Salah satu hal yang sering terjadi dalam kehidupan orang Israel adalah terlena. Ketika keadaan sudah enak dan nyaman mereka tidak melakukan kehendak Tuhan. Mereka sudah lama menduduki tanah Kanaan, tetapi permasalahannya adalah masih ada tujuh suku yang belum mendapat milik pusaka. Tanah perjanjian sudah diberikan Tuhan kepada orang Israel, tetapi mereka tidak menyelesaikan pembagian yang sudah Tuhan perintahkan. Kata “bermalas-malas” pada ayat emas berasal dari kata raphah, yang bisa berarti menjadi lemah, mengendur, menganggur. Mereka seperti sudah melupakan tugas tersebut, menjalani kehidupan seolah-olah tidak ada yang mengganjal.

Yosua lalu mengumpulkan mereka di Silo, membawa masalah ini di hadapan Tuhan, supaya mereka mengerti tugas yang merupakan kehendak Tuhan yang tidak boleh diabaikan. Ketika Yosua tahu orang Israel tidak berinisiatif selama bertahun-tahun, ia tidak terbawa arus di dalamnya ikut-ikutan malas, yang penting semuanya aman-aman saja. Yosua berinisiatif memulai kembali pergerakan dan menyelesaikan tugas tersebut.

Tuhan Yesus menyelesaikan kehendak Bapa di kayu salib, supaya kita pun dapat melakukan kehendak Bapa di dalam Kristus yang sudah menyelamatkan kita. Seperti yang dikatakan di Roma 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Setiap kita harus mengingat panggilan penting Tuhan di dalam hidup kita. Jangan terlena dengan kehidupan yang nyaman di dunia hingga kita mengabaikan panggilan Tuhan. Lakukan setiap hal dengan sebuah antusias untuk Tuhan, di dalam pekerjaan, pelayanan, keluarga, pendidikan, dll. Segera selesaikan panggilan Anda, jangan menunda, penuhilah janji-janji Anda kepada Tuhan. Anda selalu bisa memilih: malas-malasan atau berinisiatif. Jadilah inisiator yang menghadirkan perubahan mulai dari hal-hal yang sederhana dengan hidup berintegritas.
Refleksi Diri:
Apakah pengaturan waktu dan kerja Anda sudah efektif saat ini dalam rangka menunaikan panggilan Tuhan?
Apa komitmen Anda untuk melakukan panggilan Tuhan yang tertunda sampai hari ini?"

mari berkarya untuk kemuliaannya.
Share:

Bukan Sekadar Mengetahui

Yohanes 3:1-18

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Ada perbedaan yang sangat jelas di antara kata “mengetahui” dan “mengenal”. Mengetahui sesuatu tidak mempunyai unsur kedalaman dan kedekatan, sedangkan mengenal selalu berbicara tentang suatu relasi yang mendalam dan bukan sekadar mengetahui. Orang yang mengetahui belum tentu mengenal secara terperinci dan sungguh- sungguh akan sesuatu dalam hidupnya.
Nikodemus adalah pemimpin agama Yahudi dan seorang Farisi yang dipandang dan dihormati oleh masyarakat Yahudi pada masa itu. Nikodemus yang dikenal terpandang karena jabatannya, mendatangi Yesus untuk lebih mengenal-Nya. Nikodemus selama ini sudah sering mendengar tentang Yesus sebagai salah seorang guru agama Yahudi. Nikodemus mengetahui dengan baik siapakah Yesus, terlihat ketika mendatangi Yesus, ia menyatakan bahwa Yesus adalah Rabi, guru yang diutus Allah dan dapat mengadakan tanda-tanda yang luar biasa (ay. 2).
Pengetahuan Nikodemus tentang Yesus adalah baik dan benar, tetapi tidak lengkap dan mendalam. Kita dapat melihat dalam percakapan mereka berdua di perikop ini, Yesus mengajak Nikodemus untuk mengenalnya lebih dalam. Yesus memperkenalkan dirinya bukan hanya sebagai seorang guru Yahudi atau seseorang yang dapat mengadakan tanda-tanda mukjizat, tetapi terlebih lagi diri-Nya adalah Allah yang mengasihi manusia berdosa dan yang telah memberikan anugerah keselamatan bagi semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya (ay.16). Setiap orang yang percaya Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat hidupnya akan beroleh hidup yang kekal (ay.17).
Bagian firman hari ini mengajak kita untuk merenungkan bersama, apakah kita sudah mengenal Yesus Kristus secara mendalam? Atau apakah selama ini kita hanya mengenal Dia sebagai sumber pemberi berkat yang memenuhi semua keinginan kita? Atau mungkin kita mengenal Dia sebagai sang penyembuh yang dapat menyembuhkan segala penyakit kita? Hendaklah kita mengenal Yesus Kristus sebagai Pribadi yang menyelamatkan, bukan sekadar mengetahui sebagai penyedia dan pemberi jawaban atas permasalahan hidup kita. Yesus adalah Allah yang mengasihi kita yang tidak layak untuk dikasihi. Dia datang untuk menyelamatkan kita.

Refleksi Diri:
Bagaimana pengenalan Anda terhadap Yesus Kristus selama ini? Apakah Anda sudah mengenal-Nya secara mendalam?
Apakah Anda sudah percaya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi Anda?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.