Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pentingnya Mengenal Dosa

Yunus 4:5-11

supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
- Roma 5:21

Paham dosa di dunia sekuler mengalami pemudaran dan hal ini menimbulkan berbagai masalah. Seperti yang dikatakan mendiang Pdt. Daniel Lucas Lukito dalam bukunya Pudarnya Konsep Dosa (2021), “Jadi situasi dunia kekinian yang secara diam-diam atau terang-terangan menolak konsep dosa yang biblikal justru menjadi akar dari segala persoalan yang meluas dalam lingkup mental, moral, dan sosial.” Pudarnya konsep dosa juga menimbulkan masalah kepada orang-orang dalam kisah Yunus ini.

Pudarnya konsep dosa membuat orang Niniwe terus melakukan kejahatan. Sejarah mencatat Kerajaan Asyur (Niniwe adalah ibukota Asyur) sebagai salah satu kerajaan yang kejam. Mereka tega melakukan berbagai hal mengerikan terhadap tahanan perangnya. Ternyata, masalah mendasar mereka adalah tidak memiliki kompas moral, seperti yang dikatakan oleh Allah, “… kota yang besar itu, … yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri …” (ay. 11). Mereka seperti orang yang tersesat dan tidak memiliki kebenaran untuk dipegang. Karena itu, ketika Yunus memberitakan penghakiman mereka langsung bertobat (lih. Yun. 3:4).

Pudarnya konsep dosa juga membuat Yunus ingin melihat kehancuran Niniwe. Hal ini merupakan masalah karena keinginan tersebut muncul dari hati Yunus yang sombong. Ia merasa lebih benar dari “para penyembah berhala” (termasuk orang Niniwe, lih. Yun. 2:8-9), bahkan lebih benar dari keputusan Allah (Yun. 4:2-3). Yunus sebagai sorang nabi, gagal mengenal hati Allah dan sepenuh hati melakukan kehendak-Nya. Jika masalah orang Niniwe tidak memiliki kompas moral maka masalah Yunus adalah gagal mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang berdosa.

Pudarnya konsep dosa juga dapat membuat orang Kristen kehilangan arah hidup dan sukacita mengikut Tuhan Yesus. Identitas mendasar orang Kristen adalah orang berdosa yang tidak layak menerima anugerah keselamatan tetapi diselamatkan oleh Tuhan. Jika dosa sudah menjadi hal yang tidak serius bagi kita maka keselamatan dari Tuhan Yesus juga tidak akan dibutuhkan. Mari menjalani hidup dengan tetap awas terhadap dosa-dosa yang ada, sebelum dosa-dosa tersebut merenggut sukacita dan tenaga kita untuk hidup bagi Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

Bagaimana Anda memandang persoalan dosa di dalam diri atau keluarga Anda? Apakah Anda memandangnya dengan serius?
Apakah ada dosa-dosa tertentu yang masih Anda susah untuk lepaskan?"

selamat pagi selamat berkarya demi Kristus.
Share:

Kristus Hidup Di Dalam Aku

Galatia 2:16-21

namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
- Galatia 2:20

Film-film bertema zombie menggambarkan tentang manusia yang tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Zombie-zombie itu melakukan segala sesuatu menurut kehendak “roh” yang menguasai atau tinggal di dalam tubuh mereka. Mereka sesungguhnya mati meskipun tampak hidup.

Rasul Paulus tidak menyatakan bahwa ia seperti zombie ketika mengatakan bahwa hidupnya dikuasai Kristus: “Kristus hidup di dalam aku”. Ia tidak kehilangan kepribadiannya. Yang dimaksud Paulus adalah bahwa sejak ia percaya kepada Kristus, ia bersatu dengan-Nya. Persatuan dalam hal apa? Dalam kematian Kristus. “Aku telah disalibkan dengan Kristus” (ay. 19). Kristus disalibkan untuk menanggung dosa kita. Oleh iman, kita percaya bahwa kematian-Nya telah melunasi dosa kita. Persatuan dengan Kristus menjadikan kita manusia yang baru dalam arti terjadi tranformasi hidup. Sejak itu, kita memulai kehidupan yang baru. Apa ciri kehidupan baru? Kehidupan yang mati terhadap dosa. Tidak lagi dikuasai dosa. Seorang yang bersatu dengan Kristus tidak lagi suka berbuat dosa. Kecenderungan hatinya berubah. Hatinya sekarang seperti hati Kristus, menyenangi yang benar dan melakukan yang benar.

Kembali kepada ilustrasi di awal, bahwa Kristus hidup di dalam kita tidak sama dengan keadaan zombie. Zombie kehilangan kebebasannya sehingga sebenarnya tidak lagi patut disebut manusia. Orang percaya berbeda. Kita hidup dalam kebebasan, tetapi keinginan hati dan kehendak kita adalah keinginan dan kehendak yang tidak lagi menurut natur atau sifat kita yang lama, melainkan menurut Kristus. Kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (2Kor 5:17). Kita suka melakukan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana yang dikehendaki Kristus.

Saudara-saudaraku, sebagai orang-orang yang sudah percaya Kristus, marilah kita menunjukkan sifat dan perilaku yang berkarakter Kristus di dalam kehidupan keseharian kita. Kiranya orang lain yang belum percaya bisa melihat Kristus di dalam diri kita melalui perbuatan baik dan benar yang kita lakukan.

Refleksi Diri:

Mengapa orang percaya seharusnya gemar akan hal-hal yang baik dan benar berdasarkan Galatia 2:20?
Bagaimana membangun kecondongan hati agar gemar melakukan hal-hal yang baik dan benar?"

selamat beraktifitas dan selamat. berkarya di dalam Kristus gbu
Share:

Segenap, Segenap, Segenap

Ulangan 6:1-9

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
- Ulangan 6:5

Sebuah berita sempat gempar mengenai seorang atlet renang nasional dari Jepang yang diskors karena ketahuan berselingkuh, padahal ia sudah mempunyai istri dan dua orang putri. Atlet ini sebetulnya punya prestasi tidak main-main. Ia kapten tim renang Jepang untuk Olimpiade, juga pernah meraih beberapa medali emas dalam berbagai kejuaraan. Ternyata, ini bukan pertama kali atlet Jepang dihukum seperti ini, ada beberapa kasus lainnya yang serupa. Jadi, bagi orang Jepang bukan hanya prestasi yang penting, tetapi kehidupannya juga harus sama baiknya di dalam maupun di luar lapangan. Pandangan seperti ini sebenarnya juga Tuhan inginkan terhadap orang percaya, bahwa hidupnya tidak boleh dibagi-bagi. Hidup buat Tuhan haruslah sama ketika melakukan kegiatan agama maupun keseharian.
Tuhan mau orang Israel mengasihi Tuhan dengan memberikan seluruh kehidupan mereka kepada Tuhan. Namun, umat-Nya berulang kali gagal untuk mengasihi Tuhan. Mereka lebih mengasihi hidup mereka sendiri, hanya mencari kebahagiaannya pribadi bukan kehendak Tuhan. Perintah yang diberikan Tuhan pada ayat di atas berbicara tentang relasi. Tuhan sudah mengasihi umat Israel, membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Tuhan tidak setengah-setengah mengasihi mereka maka Dia mau umat membalas kasih-Nya dengan segenap hati.
Coba renungkan sejenak pertanyaan-pertanyaan berikut: apakah Anda mengasihi Tuhan? Seberapa sungguh Anda mengasihi-Nya? Apakah Anda mengasihi-Nya dengan setengah atau segenap hati, menyatakannya dalam ibadah saja atau di setiap saat? Mengasihi dengan sisa-sisa atau seluruh kekuatan?
Jika kita adalah orang-orang yang sudah menerima kasih Allah, seharusnya kita mengasihi Allah dengan segenap hidup kita, tanpa membaginya dengan apa pun atau siapa pun. Perintah yang sama juga Tuhan inginkan dari kita untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan. Artinya, Dia mau kita mempersembahkan hidup seluruhnya ke hadapan Tuhan, apa pun yang kita lakukan hari demi hari. Persembahan yang banyak, kesibukan pelayanan, tanpa memberikan seluruh hidup, bukanlah persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Hidup kita tidak bisa dibagi-bagi antara yang rohani dan bukan.
Dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, bahkan saat jalan-jalan, bermain, dll. kita harus hidup sama untuk Kristus. Hidup yang terbagi-bagi sama saja tidak mempersembahkan yang utuh kepada Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hidup Anda?
Apa hal-hal di dalam hidup yang biasanya tidak sepenuhnya Anda berikan untuk Tuhan? Bagaimana Anda akan memperbaikinya?"

selamat beribadah di baitnya yang Kudus, MET berkarya dan bersamanya dalam anugerahnya di tiap pagi hari ini.
Share:

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"


selamat beraktifitas dan selalu pertahankan iman.
Share:

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"
Share:

Jubah Abu-abu

Kisah Para Rasul 4:8-12

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.- Kisah Para Rasul 4:12

Jochanan be Zaki, seorang rabbi Yahudi, pada saat sakit parah berpesan kepada murid-muridnya, “Bila aku mati, jangan kenakan aku jubah putih ataupun hitam, tetapi kenakanlah jubah abu-abu.” “Kenapa, Rabbi?” tanya murid-muridnya. “Bila aku memakai jubah putih, tetapi aku masuk neraka, aku akan malu. Sebaliknya, bila aku memakai jubah hitam, tetapi ternyata masuk surga maka semua orang akan menertawakan aku. Jadi, supaya aman biarlah aku memakai jubah abu-abu.”
Sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus seharusnya kita yakin akan keselamatan kita. Namun, dewasa ini begitu banyak orang Kristen yang masih “abu- abu” terkait keselamatan mereka. Jika bertanya kepada mereka mungkin kita masih akan mendapat jawaban, “Semoga”; “Tidak tahu”; “Entahlah”; atau bahkan “Tidak yakin.” Penting untuk dipahami bahwa kepastian keselamatan bukan berdasarkan penilaian manusia, tetapi berdasarkan pengorbanan Kristus yang dinyatakan di dalam Alkitab.
Firman Tuhan sangat jelas menyampaikan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang pasti, tetapi eksklusif. Pasti dalam arti ketika seseorang memiliki keselamatan, ia tidak akan kehilangan keselamatan (lih. Yoh. 10:28-29; Rm. 8:38-39). Namun, eksklusif karena hanya didapatkan melalui anugerah Allah dalam pengorbanan Kristus Yesus. Di luar Kristus bukan hanya kepastian keselamatan hilang, keselamatan tersebut juga tidak akan didapatkan oleh manusia. Keselamatan dan kepastian keselamatan kita peroleh hanya di dalam Yesus Kristus Tuhan. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” (Yoh. 14:6). Hanya melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita bisa sampai ke hadapan Allah pada saat meninggalkan dunia ini.
Apakah Anda yakin akan keselamatan Anda? Seringkali kita tidak yakin akan keselamatan karena menilai keselamatan berdasarkan perbuatan baik. Kita akan segera meragukan keselamatan ketika hidup jauh dari Tuhan, sebaliknya kita merasa yakin ketika rajin berdoa, beribadah, dan melakukan banyak kebaikan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang datang dan pergi sesuai dengan baik atau buruknya keadaan hidup. Keselamatan hanya didasarkan pada anugerah pengorbanan Kristus yang selalu sama sampai selama-lamanya. Letakkan keselamatan Anda pada kebenaran tersebut!
Refleksi Diri:
Apa kondisi yang membuat Anda ragu akan keselamatan Anda? Apakah Anda sudah menerima dan percaya Yesus Kristus di dalam hati Anda?
Apakah keselamatan bisa hilang jika Anda telah percaya Kristus? Mengapa?
"
selamat beraktifitas dan selamat berjalan bersama Kristus di pagi ini.Gbu.
Share:

Ingat Statusmu

Matius 21:33-46

Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.
- Matius 21:41

Setiap kita pasti sangat mengenal apa arti sebuah cerita. Hidup yang sedang kita jalani pun adalah sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita, kita juga dapat melihat bagaimana alur cerita akan mengarahkan pandangan kita untuk melihat ke mana cerita berakhir.
Akhir dari suatu cerita akan menyatakan suatu tujuan dan maksud tertentu. Matius 21 merupakan sebuah perumpamaan yang digunakan Yesus untuk menyampai- kan maksud tertentu dengan menggunakan cerita yang umum didengar oleh orang-orang pada masa itu. Dia bercerita tentang kebun anggur dan para penggarapnya, suatu profesi yang sering ditemukan dan dilihat oleh mereka. Yesus memakai cerita ini agar mudah dipahami oleh para pendengarnya.
Tujuan Yesus menyampaikan cerita adalah jelas, yaitu menyadarkan kembali status para imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka adalah kaum rohaniwan dan pemimpin agama, digambarkan sebagai para penggarap kebun anggur. Cerita ini merupakan sebuah teguran Yesus kepada para imam kepala dan orang Farisi yang melupakan status mereka yang seharusnya. Mereka adalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan, dalam hal ini Tuhan digambarkan sebagai pemilik kebun anggur, untuk menggarap dan mengolah kebun sehingga menghasilkan buah anggur yang baik, yaitu memperkenalkan dan mengajarkan kebenaran Tuhan. Namun, kepercayaan ini mereka salah gunakan. Mereka justru mengabaikan dan lalai mempraktikkan kebenaran firman. Ini terlihat jelas dari kehidupan mereka yang tidak lagi mencari kebenaran, melainkan terus menerus mengubah kebenaran menjadi pembenaran bagi diri mereka sendiri. Saat mereka ditegur oleh Tuhan, Sang pemilik kebun anggur, dengan mengirimkan hamba-hamba-Nya yang lain, mereka justru melawan bahkan sampai memukuli dan membunuh utusan tersebut. Mereka melupakan status yang sebenarnya yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.
Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Status kita jelas, yaitu pengikut Kristus dan hamba Tuhan (bukan hanya pendeta). Apakah kita sudah menjalani kehidupan kita sesuai dengan status kita? Status yang menyampaikan pesan kebenaran firman Tuhan dan menjalani hidup layaknya seorang murid Kristus. Hendaklah Tuhan mendapati kita sebagai hamba yang baik dan setia pada akhir hidup kita.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda selama ini menjalani status sebagai seorang pengikut Kristus dan hamba Tuhan?
Apa yang ingin Anda lakukan supaya di akhir hidup, Tuhan mendapati Anda sebagai hamba yang baik dan setia?"

sukses bersama Gusti Yesus.
Share:

Kejar Kebenaran, Kejar Kasih

Amsal 21

Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan.
- Amsal 21:21

Akhir tahun 2021, negara Jepang mendapatkan berita mengejutkan. Putri Mako, anak sulung pangeran Akishino, putra kaisar Jepang, mengumumkan bahwa dirinya akan melepaskan gelarnya sebagai bangsawan kerajaan. Menariknya, pelepasan gelarnya terjadi bukan karena ia melakukan kejahatan ataupun terlibat dengan kasus buruk. Putri Mako rela melepaskan gelarnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan hanya karena ingin menikahi calon suami yang merupakan rakyat biasa. Berbagai media berita pun menyampaikan kritik maupun pujian terhadap Putri Mako yang lebih memilih cinta daripada kehormatan sebagai keluarga kerajaan di kehidupannya.
Di dunia yang semakin berkembang, sedikit orang yang lebih memilih cinta daripada kehormatan. Banyak orang yang lebih memilih kehormatan daripada cinta. Tak jarang banyak keluarga yang mulai retak akibat orangtua ataupun anak lebih mengejar kehormatan dalam pekerjaan, daripada mengejar cinta dalam keluarga.
Penulis Amsal memberikan kita nasihat kehidupan yang bijak. Salah satu nasihatnya adalah mengejar kebenaran dan kasih. Bagi penulis Amsal, mengejar kebenaran dan kasih merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh umat Allah. Setiap manusia yang menyembah Kristus, sudah seharusnya mengejar kebenaran firman dan kasih Allah. Mengapa demikian? Karena kehidupan, kebenaran, dan kehormatan, diperoleh melalui kebenaran firman dan kasih Allah. Ini berarti di dalam pekerjaan yang kita lakukan, bukan kehormatan yang dikejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Di dalam pelayanan yang kita kerjakan, bukan berkat dan hidup yang lebih baik dari Tuhan yang kita kejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Apa pun yang dilakukan, kebenaran dan kasih Allah harus menjadi yang utama dalam pengejaran kita. Saat kita mengejar kebenaran dan kasih Allah, Dia akan menambahkan kepada kita kehidupan, kebenaran, dan kehormatan.
Ayo semua pembaca mulai sekarang marilah mengubah fokus hidup kita dengan mengejar kebenaran dan kasih Allah. Hendaklah kita bekerja bukan demi kehormatan, bukan juga demi kenyamanan hidup, melainkan demi kebenaran dan kasih Allah yang melimpah dalam hidup. Marilah mulai mengejar apa yang Allah kehendaki (kebenaran dan kasih) dan Allah akan memberikan apa yang Dia senangi (kehidupan, kebenaran, dan kehormatan).
Refleksi Diri:
Apa yang Anda kejar selama menjalani kehidupan ini?
Apa yang akan Anda lakukan agar dapat senantiasa mengejar kebenaran dan kasih Allah?"

MET bekerja dan beraktifitas, Tuhan yang akan menolong dan menyertai setiap hal yang ada. tetap fokus pada Kristus.Gbu
Share:

Ketika Allah Tidak Mendengar Doa

Keluaran 2:23-25
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata- kata doanya akan dikabulkan.
- Matius 6:7
Kitab Keluaran merupakan kitab yang menarik untuk dibaca karena berisi kisah pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Kitab ini juga berisi banyak peristiwa luar biasa seperti sepuluh tulah di Mesir, terbelahnya Laut Merah, Tuhan turun di Gunung Sinai, anak lembu emas, dan banyak lagi. Namun, di dalam aliran narasi yang luar biasa ini terdapat interupsi atau sebuah materi yang tampaknya diselipkan dalam kisah yang ada. Bagian Alkitab yang kita baca juga merupakan interupsi dalam kisah Musa (lih. Kel. 2:1-22; 3:1). Mengapa bagian ini diselipkan di dalam kitab Keluaran?
Bagian Alkitab ini menggambarkan pentingnya perjanjian dalam hubungan orang Israel dan Allah. Perjanjian antara Allah dan nenek moyang bangsa Israel tidak terpengaruh oleh situasi yang dialami oleh bangsa Israel. Pada saat itu mereka mengalami masa perbudakan yang begitu berat yang digambarkan dengan tiga ungkapan: mengeluh, berseru-seru, dan teriak minta tolong (ay. 23). Beban yang dialami begitu kronis, mereka mulai putus asa melihat situasi yang tidak berubah. Di manakah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang menjanjikan mereka menjadi bangsa yang besar?
Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya. Dia dapat terlihat diam tetapi sesungguhnya terus bekerja. Penulis kitab Keluaran menunjukkan Allah bekerja dengan menuliskan empat ungkapan: Ia mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan (ay.24-25). Ketika bangsa Israel berteriak-teriak karena beban yang mereka alami, Tuhan mempersiapkan pemimpin mereka keluar dari perbudakan, yaitu Musa. Ia memang sedang dalam pelarian dari kerajaan Mesir dan hidup sebagai penggembala domba di Midian, tetapi ini merupakan persiapan dari Tuhan baginya untuk menjadi pembebas bangsa Israel.
Kebenaran ini harusnya menjadi jaminan bagi orang Kristen untuk melangkah dengan yakin saat menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan. Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya dan orang Kristen sudah berada dalam perjanjian kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia pun menghendaki kita tetap berdoa dan hidup dengan iman kepada Allah Bapa di sorga, jangan hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah yang berpikir karena banyaknya kata-kata doa mereka akan dikabulkan (Mat. 6:7). Allah mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan umat-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa Tuhan seperti diam saja ketika mengalami pergumulan? Bagaimana respons Anda?
Apa bentuk perhatian Tuhan yang akhirnya Anda rasakan sebagai jawaban atas pergumulan tersebut"

mari kita kuduskan hari sabat dengan selalu menyisihkan hidup kita untuk menyembah Dan beribadah kepada Tuhan
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.