Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Bukan Agama Lahiriah

Galatia 4:1-11

Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
- Galatia 4:10

Ada berbagai alasan orang pergi beribadah ke gereja. Beberapa orang mengatakan, “Gimana ya, kalau nggak ke gereja, rasanya hati nggak tenang.” Yang lain berpendapat, “Itu sudah kewajiban orang Kristen.” Ada lagi, “Saya kangen dengan teman-teman.”

Apa pun alasannya, kita harus memahami hakikat iman Kristen bukanlah melaksanakan ritus atau upacara keagamaan. Seolah kalau sudah melakukan ritus maka tugas kita kepada Tuhan selesai. Dalam kekristenan, sangat sedikit sekali perintah untuk melakukan ritus keagamaan karena hakikat iman adalah relasi hati kita dengan hati Tuhan. Ritus keagamaan hanyalah sebatas cara untuk mendekat kepada Tuhan.

Dalam Galatia 4, Rasul Paulus menegur jemaat Galatia yang percaya kepada Injil plus, yang tidak murni. Injil yang mewajibkan orang Kristen untuk menaati hukum Taurat dan ritus-ritus agama. Paulus menjelaskan bahwa status mereka sudah bukan lagi hamba hukum Taurat, tetapi anak Allah. “Kok mau-maunya kalian menghambakan diri kembali pada ‘roh-roh dunia yang lemah dan miskin’”? (bdk. Gal 4:9). Mengapa kalian mau turun derajat? Mengapa iman atau keyakinan kalian menjadi sekadar iman lahiriah? Mengapa kalian sibuk dengan “memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”? Apakah dengan berbuat seperti itu kalian merasa sudah beriman? Mengapa kalian tidak mengutamakan persekutuan yang intim, hangat, dan bebas seperti seorang anak dengan ayahnya?

Mari kita mengevaluasi kehidupan rohani kita. Apakah kita masih beribadah karena alasan kewajiban, kebiasaan atau tradisi? Kita berdoa karena sudah terbiasa sejak lama? Kita membaca Alkitab karena diharuskan orangtua ketika masih kecil? Kita memberi persembahan karena janji diberkati berkali lipat? Apakah dengan menunaikan semua kewajiban itu kita merasa sudah menjadi orang Kristen yang berkenan kepada Allah? Ibadah di gereja, membaca Alkitab, berdoa, memberi persembahan dan lainnya adalah hal yang baik dan bermanfaat tetapi hakikat iman Kristen bukan menunaikan kewajiban agama. Hakikat iman Kristen adalah persekutuan hangat dan erat dengan Tuhan Yesus. Tradisi hanyalah sarana untuk membawa kita pada persekutuan indah tersebut.

Refleksi Diri:

Apakah Anda setuju atau tidak dengan pernyataan ini: tradisi atau kewajiban agama adalah hal yang baik, tetapi bukan hakikat iman Kristen? Mengapa?
Bagaimana orang Kristen seharusnya bersikap terhadap tradisi atau kewajiban agama?"
Share:

Saat Sulit Mengambil Keputusan

Roma 12:1-2

…sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna,
- Roma 12:2b

Pengambilan keputusan selalu menjadi bagian di dalam hidup kita. Ada keputusan-keputusan sederhana yang bisa kita ambil tanpa ragu akan konsekuensi dari keputusan tersebut karena pengaruhnya tidaklah begitu besar terhadap diri kita, misalnya mau makan apa, pilih menu apa saja, pergi ke kantor pakai baju apa, pilih kegiatan tidur atau nonton TV, dll. Namun, ada juga keputusan-keputusan besar yang harus diambil yang memengaruhi masa depan kita, seperti kuliah dimana setelah lulus SMU, memilih profesi di antara banyak pilihan pekerjaan, menetapkan hati atas pasangan hidup atau memilih berjemaat di gereja mana, dll. Keputusan-keputusan seperti ini tidak diterangkan secara spesifik di dalam Alkitab bagaimana harus memutuskannya.

Terkadang kita menemui kesulitan untuk mengambil keputusan dalam hidup. Tidak ada formula khusus yang bisa menuntun seseorang mengambil keputusan tanpa ada keraguan atau kesalahan. Sekalipun tidak dijelaskan secara detail bagaimana cara kita mengambil keputusan, tetapi yang harus kita pertimbangkan dalam pengambilan setiap keputusan adalah sesuai dengan rambu-rambu yang Tuhan sudah tetapkan. Salah satu hal yang membuat kita mengerti akan rambu tuntunan Tuhan adalah memiliki relasi dengan Tuhan.

Ayat emas menyampaikan supaya kita berubah oleh pembaharuan budi yang dihasilkan dari relasi dengan Tuhan. Saat pikiran kita diasah oleh firman Tuhan, kita akan semakin peka pada tuntunan Tuhan. Paulus juga mengatakan bahwa dengan berdoa, kita mengerti proses bimbingan dari Tuhan (Kol. 1:9-10). Inilah langkah paling awal, yaitu menjadikan Tuhan pusat hidup kita dalam menentukan setiap langkah hidup kita. Sekalipun kita tidak yakin 100% dengan keputusan yang diambil, tetapi percayalah di dalam semuanya ada Roh Kudus yang memberikan kita hikmat untuk membimbing kita dan Dia akan senantiasa menyertai kita. Yang patut dicermati, jangan melanggar rambu-rambu-Nya.

Ingatlah bahwa ketika Yesus memberikan diri-Nya untuk menyelamatkan kita, hidup kita sepenuhnya ada di dalam rencana-Nya (Rm. 8:28). Apa pun keputusan yang diambil, kita bisa lebih tenang karena Yesus campur tangan di dalam hidup kita. Saat-saat sulit mengambil keputusan adalah momen paling baik untuk bergumul sekaligus berelasi dengan Tuhan.

Refleksi Diri:
Apa keputusan sulit yang harus Anda ambil saat ini? Apakah Anda sudah mengujinya sesuai dengan rambu-rambu Tuhan?
Apa dasar paling penting bagi Anda sebagai orang percaya, saat mau mengambil keputusan?
"
Share:

Jerat Cinta Uang

1 Timotius 6:6-10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah, beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
-1 Timotius 6:10

Kita harus mengakui uang sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Dengan uang, manusia bisa menikmati makanan dan minuman, membeli pakaian, mencukupkan kebutuhan, dan meneruskan kelangsungan hidup. Uang juga memampukan kita membeli apa pun yang dikehendaki dan diingini. Tidaklah heran jika sebagian besar manusia, tujuan hidupnya adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Semuanya demi memuaskan kehendak dan keinginan pribadi.
 Alkitab tidak anti orang kaya. Alkitab juga tidak anti terhadap uang. Yang Alkitab peringatkan kepada setiap kita pengikut Kristus adalah jangan menghambakan diri kepada uang. Uang seharusnya tidak lebih daripada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan hidup manusia. Uang bukanlah tujuan akhir yang sebenarnya dari hidup manusia. Jangan diperbudak oleh uang.
 Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus bahwa cinta uang adalah hal yang sangat berbahaya dan bertentangan dengan gaya hidup orang-orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus. Paulus juga menyatakan bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. 
Bukankah karena uang, manusia sangat mungkin menyakiti orang lain dan melakukan kejahatan demi kejahatan terhadap sesama? Orang-orang yang sangat mencintai uang akan melakukan apa pun termasuk menipu, mencuri, ataupun merusak hanya untuk mendapatkan uang. Paulus menyatakan bahwa orang-orang yang mencintai uang, sangat mungkin dengan mudah menjual imannya demi uang. Cinta uang seperti jerat yang bisa membuat seseorang mengalami begitu banyak pencobaan yang menguji imannya di dalam Kristus dan akhirnya kehilangan tujuan hidup yang sebenarnya. Orang yang kehilangan tujuan hidup akan berakhir pada kedukaan dan kesusahan hidup.
 Saudaraku, berhati-hatilah jika kita sudah terjerat ke dalam sifat cinta uang. Cinta uang akan menggerogoti seluruh aspek kehidupan kita, seperti pekerjaan, pertemanan, ataupun kekerabatan kita. Dampak yang paling buruk adalah kita kehilangan tujuan hidup. Sebagai anak-anak T uhan, uang bukanlah tujuan akhir hidup kita. Namun, uang sangat bisa digunakan sebagai alat menemukan tujuan hidup kita di dalam Yesus Kristus. Ingatlah, tujuan utama hidup anak-anak T uhan adalah memuliakan nama-Nya.

Refleksi Diri:
Apakah Anda terjerat sifat cinta uang? Apa yang Anda akan lakukan agar lepas dari jerat ini?
Apa tujuan hidup Anda sekarang? Apakah Anda telah menggunakan uang sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup?
"
Share:

Orang Kaya Yang Miskin

Markus 10:17-27

“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”
- Markus 10: 21b
Kaya dalam harta tapi miskin dalam iman. Inilah kenyataan pahit yang dialami orang kaya di dalam perikop hari ini. Orang kaya ini datang menghampiri Yesus ketika Dia sedang dalam perjalanan bersama murid-murid-Nya. Ia digambarkan sebagai seorang yang masih muda, juga seorang pemimpin yang punya kuasa (Luk. 18:18). Muda, punya kuasa, dan kaya raya, inilah gambaran orang yang sedang berlutut di hadapan Yesus, mencari sesuatu dari diri-Nya. Ia sedang mencari cara untuk mendapatkan hidup yang kekal (ay. 17).
Pertanyaan yang diajukan orang kaya adalah sebuah pertanyaan luar biasa, yang bahkan tidak pernah dipertanyakan oleh para murid. Pria muda kaya ini bukanlah orang biasa. Beberapa tafsiran mengatakan bahwa ia rajin melayani dan beribadah di bait Allah karena ketika Yesus menantangnya untuk menjalankan hukum Taurat, ia menyatakan bahwa dirinya telah melakukan semua yang diajarkan oleh hukum Taurat. Orang kaya ini merasa hidup kekal sudah ada dalam genggamannya.
Mendengar jawaban orang kaya ini, Yesus malah menaruh belas kasihan lalu menyuruhnya untuk meninggalkan semua hartanya dan mengikut Dia (ay. 21). Alih-alih mengikut Yesus, ia malah membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Yesus. Orang muda kaya pergi dengan kekecewaan dan dukacita karena hartanya banyak. Terlalu berharga untuk ditinggalkan demi mengikut Yesus (ay. 22). Jawaban untuk hidup kekal sudah di depan mata, tetapi orang kaya ini menutup matanya.
Yesus tidak mengajarkan bahwa kekayaan itu jahat. Dia juga tidak mengajarkan bahwa kemiskinan lebih baik daripada kekayaan. Yesus mengajarkan bahwa menjadi seorang murid membutuhkan pengorbanan dan kekayaan terkadang menjadi sebuah halangan untuk mengikut Dia. Ada harga yang harus dibayar saat orang memutuskan untuk mengikut Yesus. Halangan apa pun yang menjadikan kita sulit untuk mengikut Dia bisa muncul karena Kristus tidak lagi menjadi yang terutama di dalam kehidupan kita. Jadikanlah Yesus prioritas pertama dan jangan biarkan diri Anda miskin secara iman.
Refleksi Diri:
Apakah Yesus Kristus telah menjadi yang terutama dalam hidup Anda? Apa buktinya?
Apa halangan terbesar Anda untuk mengikut Yesus secara total? Bagaimana cara Anda mengatasi halangan tersebut?
Share:

Penjara Diri

Keluaran 3:11-14, 4:10

Lalu kata Musa kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”
- Keluaran 4:10

Dua frasa yang sering diucapkan orang untuk menilai kemampuan dirinya, yaitu “tidak bisa” dan “tidak mampu”. Manusia terkadang menilai dirinya sendiri penuh dengan kekurangan dan sifat negatif, seolah-olah sedang memenjarakan dirinya di dalam suatu pemikiran yang membatasi kapasitas diri. Patut disayangkan manusia seringkali tidak sadar menjalani kehidupan yang mengotakkan dirinya dengan pemikiran yang sempit, padahal Tuhan menciptakan setiap manusia dengan kemampuan yang luar biasa.

Keluaran 3 dan 4 menceritakan percakapan negosiasi antara Musa kepada Tuhan. Musa secara sadar atau tidak sadar sedang memenjarakan dirinya ke dalam suatu pemikiran yang sempit dengan mengatakan bahwa ia tidak bisa dan tidak mampu. Musa terlalu melihat kekurangan dirinya sehingga melupakan siapa Tuhan yang ada di dalam dirinya. Ia lupa bahwa yang memanggil dirinya adalah Tuhan yang Mahakuasa. Tuhan bisa melakukan apa saja melalui diri Musa yang penuh dengan keterbatasan. Keadaan Musa pada waktu itu sepertinya sudah nyaman dan aman sehingga membuatnya melihat panggilan Tuhan seperti sebuah ajakan keluar dari zona nyamannya. Ia meragukan dan bahkan tidak memercayai Tuhan yang memanggilnya. Padahal ketika Tuhan memanggil, Dia mau Musa taat dan tidak mendebat-Nya. Tuhan telah memanggil Musa maka Dia akan mempertanggungjawabkan panggilan-Nya dan ketika Musa menjalankan panggilan Tuhan dengan setia, pasti akan ada penyertaan dan pemeliharaan dari Tuhan untuk kehidupan Musa.

Apakah Anda selama ini masih suka memenjarakan diri dengan berkata, “Aku tidak ahli melakukannya” atau “ahh, biar ia saja yang melayani. Ia lebih mampu”? Saudaraku, jika kita hanya melihat ke dalam diri sendiri maka kita melihat betapa lemah dan terbatasnya manusia. Jangan berhenti sampai di situ dengan hanya memandang diri. Pandanglah Allah dan ingatlah siapa Tuhan Yesus dalam hidup Anda yang memanggil Anda melakukan rencana-Nya. Yesus telah memanggil, Dia yang bertanggung jawab atas hidup Anda. Tuhan Yesus pasti akan menyertai dan memampukan Anda menjalani panggilan-Nya.

Refleksi Diri:

Apa hal yang membuat Anda sulit menerima panggilan Tuhan? Apakah Anda terjebak memenjarakan diri?
Bagaimana perenungan hari ini menguatkan Anda dalam menjalani panggilan Tuhan?"
Share:

Berkat Di Balik Musibah


Rut 1:1-22
Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.”

- Rut 4:15

Ada udang di balik batu. Sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia yang berarti ada maksud di balik sebuah perbuatan. Kebenaran dalam pepatah ini kelihatannya sudah dialami oleh sebagian besar atau bahkan semua orang. Namun, saya juga merasa pepatah ini benar dalam kondisi kehidupan orang Kristen karena di balik kehidupan kita yang terasa keras seperti batu, ada berkat Tuhan yang nikmat seperti udang.

Kisah kehidupan Naomi menggambarkan betapa pun keras kehidupan, tetap ada berkat Tuhan untuk menopang hidupnya. Kesusahan dalam hidup Naomi datang bertubi-tubi selama periode yang cukup lama. Pertama, keluarganya terpaksa harus keluar dari Tanah Perjanjian dan mengembara di tanah musuh orang Israel, Moab (lih. Bil. 22:1-25:9). Kedua, anak-anaknya tidak memiliki keturunan dan semua laki-laki dalam keluarganya meninggal (ay. 3-5). Ketiga, ia harus menjadi janda, yang notabene begitu rentan dan tergantung kepada orang lain pada masa itu. Sungguh kondisi kehidupan yang pahit, wajar jika ia tidak mau dipanggil Naomi (artinya menyenangkan) tetapi Mara (artinya pahit). Namun, Yang Mahakuasa, Allah dari Naomi memberinya berkat untuk melalui kondisi yang berat tersebut.

Berkat Tuhan dalam kehidupan Naomi adalah menantu perempuan yang setia menemani Naomi. Kisah Naomi dan Rut, menantunya, mengajarkan bahwa berkat dari Tuhan bukan melulu berbicara tentang harta, takhta, atau sukacita. Naomi tetap pulang sebagai janda yang miskin (ay. 21) dan menantunya pun membuat gempar kampung halamannya (ay. 19). Naomi pada saat itu juga tidak melihat kehadiran Rut sebagai berkat dari Tuhan, tetapi Rut-lah yang selalu menemani Naomi dan pada akhirnya memberikan keturunan untuk melanjutkan keluarga Naomi (Rut 4:14-17). Berkat Tuhan bagi Naomi hadir melalui sosok Rut, orang Moab yang setia menemani Naomi.

Orang Kristen hendaknya tidak mengotak-ngotakkan berkat Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk materi. Memiliki banyak uang belum tentu berkat Tuhan, demikian juga dengan memiliki sedikit uang. Berkat Tuhan dapat hadir dalam kehadiran seorang rekan yang dapat berbagi hidup. Hidup kita pun juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, apalagi jika kasih Tuhan Yesus sudah memenuhi hati kita.

Refleksi Diri:
Apa berkat yang Tuhan berikan kepada Anda, yang tidak berbentuk materi?
Apakah ada teman atau kerabat yang membutuhkan kehadiran Anda?

Share:

Membawa Penghiburan

Ayub 16:1-6

“Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua! Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?
- Ayub 16:2-3

Pernahkah Anda memiliki seorang sahabat yang sedang melewati masa-masa yang sulit tetapi Anda tidak tahu bagaimana harus menghiburnya? Mungkin Anda mengatakan kepada sahabat Anda bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baginya seperti yang disampaikan firman Tuhan. Anda berpikir mungkin janji-janji penghiburan dan pemeliharaan Tuhan tersebut akan membuatnya merasa lebih baik.
Terkadang kita tidak tahan untuk tidak mengatakan sesuatu kepada orang-orang yang sedang menderita, terluka, atau kebingungan. Kita berkeinginan untuk menjelaskan kemungkinan mengapa mereka mengalami kejadian yang menyulitkan tersebut dan ingin memberikan kata-kata penghiburan. Kita juga mungkin berusaha menghubungi mereka setiap hari untuk melihat apakah situasi mereka membaik. Inilah yang dilakukan oleh sahabat-sahabat dari Ayub pada bacaan di kitab Ayub ini.
Sebagian besar kitab Ayub berisi penjelasan dari sahabat-sahabatnya mengenai mengapa anak-anaknya meninggal, mengapa seluruh ternaknya hilang, serta mengapa ia mengalami barah yang busuk di sekujur tubuhnya. Secara umum, kita akan setuju dengan penjelasan sahabat-sahabat Ayub. Namun sebenarnya, bukan karena alasan-alasan itulah Ayub mengalami berbagai macam penderitaan. Inilah yang menyebabkan kata-kata penghiburan sahabat-sahabat Ayub ini menjadi kata-kata yang membawa ketidaknyamanan dalam diri Ayub dan membuatnya justru menghardik mereka.
Terkadang Allah memang memakai kita untuk memberikan jawaban alkitabiah bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan. Namun, kadang kala ada kondisi-kondisi dimana kita tidak menyadari bahwa apa yang kita katakan tidaklah membawa penghiburan. Daripada hanya mengutarakan kata-kata yang terdengar religius di dalam situasi-situasi seperti ini, ada kalanya kita lebih baik menutup mulut dan mendengarkan apa yang menjadi ungkapan kesedihan dan kekhawatiran orang-orang tersebut. Terkadang penghiburan justru mereka alami ketika kita menjadi pendengar yang baik bagi keluh kesah mereka, bukan ketika kita mencoba menjelaskan atau menyelesaikan masalah-masalah mereka.
Mari sediakan telinga yang mau mendengar, hati yang mau memahami atau jika perlu pundak yang mau menjadi sandaran kesedihan mereka. Biarlah pelukan kasih Yesus mengalir melalui diri Anda sehingga mereka bisa dihiburkan dan dikuatkan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang mengalami penderitaan?
Bagaimana cara Anda menjadi seorang penghibur yang berhikmat (tahu kapan waktu yang tepat untuk mendengarkan dan kapan waktu yang tepat untuk berbicara)?
"
Share:

MENJADI SAUDARA YESUS

Matius 12:46–50
“Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah
saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
(Mat. 12:50)

Kita menyebut seseorang sebagai saudara karena mempunyai hubungan darah atau keluarga. Sebutan keluarga dapat juga dikenakan kepada mereka yang relasinya sudah sangat dekat dengan kita. Atau mereka yang telah banyak berjasa dalam kehidupan kita. Dalam Injil hari ini Yesus juga berbicara tentang makna keluarga, tetapi dalam pemahaman yang baru.
Ketika sedang mengajar di Kapernaum, Yesus diberi tahu bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ingin bertemu dengan-Nya. Jawaban Yesus sangat mengejutkan. Di luar dugaan, Yesus mengatakan: “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibuku”. Kata “saudara” yang dipakai pada ayat 50 ini berasal dari kata Yunani adelphos yang berarti saudara dalam persekutuan atau saudara seiman. Jawaban Yesus ini memberi penekanan penting sekaligus perluasan penjelasan status siapakah saudara atau ibu-Nya. Bagi Yesus, makna kata saudara tidak sebatas hubungan darah atau ikatan keluarga, tetapi lebih dari itu, yaitu dalam ikatan spiritual. Dengan demikian, setiap orang dapat menjadi saudara dan ibu Yesus ketika mendengarkan dan melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.
Bagaimana dengan kita? Menjadi pengikut Yesus adalah menjadi pelaku firman dalam kehidupan sehingga kita layak menjadi saudara-saudari-Nya. Apakah kita sudah layak disebut sebagai saudara-saudara Yesus?
REFLEKSI:
Kita mengasihi Allah yang tidak kelihatan dengan mengasihi sesama yang
terlihat. Dengan demikian, kita telah menjadi saudara Yesus.

 
Share:

Berkat Di Balik Musibah

Rut 1:1-22

Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.”

- Rut 4:15

Ada udang di balik batu. Sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia yang berarti ada maksud di balik sebuah perbuatan. Kebenaran dalam pepatah ini kelihatannya sudah dialami oleh sebagian besar atau bahkan semua orang. Namun, saya juga merasa pepatah ini benar dalam kondisi kehidupan orang Kristen karena di balik kehidupan kita yang terasa keras seperti batu, ada berkat Tuhan yang nikmat seperti udang.

Kisah kehidupan Naomi menggambarkan betapa pun keras kehidupan, tetap ada berkat Tuhan untuk menopang hidupnya. Kesusahan dalam hidup Naomi datang bertubi-tubi selama periode yang cukup lama. Pertama, keluarganya terpaksa harus keluar dari Tanah Perjanjian dan mengembara di tanah musuh orang Israel, Moab (lih. Bil. 22:1-25:9). Kedua, anak-anaknya tidak memiliki keturunan dan semua laki-laki dalam keluarganya meninggal (ay. 3-5). Ketiga, ia harus menjadi janda, yang notabene begitu rentan dan tergantung kepada orang lain pada masa itu. Sungguh kondisi kehidupan yang pahit, wajar jika ia tidak mau dipanggil Naomi (artinya menyenangkan) tetapi Mara (artinya pahit). Namun, Yang Mahakuasa, Allah dari Naomi memberinya berkat untuk melalui kondisi yang berat tersebut.

Berkat Tuhan dalam kehidupan Naomi adalah menantu perempuan yang setia menemani Naomi. Kisah Naomi dan Rut, menantunya, mengajarkan bahwa berkat dari Tuhan bukan melulu berbicara tentang harta, takhta, atau sukacita. Naomi tetap pulang sebagai janda yang miskin (ay. 21) dan menantunya pun membuat gempar kampung halamannya (ay. 19). Naomi pada saat itu juga tidak melihat kehadiran Rut sebagai berkat dari Tuhan, tetapi Rut-lah yang selalu menemani Naomi dan pada akhirnya memberikan keturunan untuk melanjutkan keluarga Naomi (Rut 4:14-17). Berkat Tuhan bagi Naomi hadir melalui sosok Rut, orang Moab yang setia menemani Naomi.

Orang Kristen hendaknya tidak mengotak-ngotakkan berkat Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk materi. Memiliki banyak uang belum tentu berkat Tuhan, demikian juga dengan memiliki sedikit uang. Berkat Tuhan dapat hadir dalam kehadiran seorang rekan yang dapat berbagi hidup. Hidup kita pun juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, apalagi jika kasih Tuhan Yesus sudah memenuhi hati kita.

Refleksi Diri:
Apa berkat yang Tuhan berikan kepada Anda, yang tidak berbentuk materi?
Apakah ada teman atau kerabat yang membutuhkan kehadiran Anda?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.