Hidup Dipimpin Oleh Roh
Tidak Pernah Gagal
Hati Yang Panas, Muka Yang Muram
- Kejadian 4:5
Ayat di atas memberi pengertian sederhana mengenai iri hati. Orang yang iri hati biasanya hatinya memanas dan raut mukanya muram ketika melihat orang lain lebih baik, lebih sukses/kaya, lebih tampan/cantik, dan lebih lebih lainnya dibandingkan dirinya. Kondisi orang lain yang lebih ini membuat kita mengingini yang dimilikinya sehingga timbullah iri hati yang bisa membawa kita pada tindakan jahat, seperti mencuri, memfitnah, berbohong, bahkan sampai membunuh seperti yang dilakukan oleh Kain.
Kain dan Habel adalah kakak beradik anak-anak pertama dari Adam dan Hawa. Bagi saya pribadi, kisah Kain dan Habel termasuk cerita ironis karena seorang kakak yang seharusnya mengayomi dan mengasihi adiknya, justru akhirnya membunuhnya secara keji dan tidak manusiawi. Kain tidak berdaya mengontrol hatinya yang memanas. Ia membanding-bandingkan dirinya dengan sang adik. Kain tidak terima jika adiknya lebih daripada dirinya dan juga mendapatkan penghargaan yang lebih dari Allah. Pusat perhatian Kain hanyalah pada pemenuhan keinginan pribadi. Ia egois, hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
Yang menarik adalah ketika Kain hatinya memanas dan mukanya muram maka Tuhan bertanya kenapa ia marah dan mukanya muram, sekaligus memberikan peringatan bahwa dosa sedang mengintip jika Kain tidak mengontrol emosinya. (ay. 6-7). Namun, Kain tidak memedulikan suara Tuhan. Ia lebih memilih mengikuti suara hatinya, lalu membiarkan perasaan iri menguasai dirinya, dan akhirnya menghabisi nyawa adiknya sendiri.
Iri hati terjadi ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, tetapi sadarilah apa yang Anda sudah miliki, yang Tuhan anugerahkan. Mengucap syukurlah atas pemberian tersebut. Setiap orang diberikan kemampuan dan berkat yang berbeda dengan ukuran yang sesuai di mata Tuhan. Karena itu, sebelum hati memanas dan muka muram akibat perasaan iri, mari sejenak mendengar suara Tuhan Yesus dan melihat hal-hal yang telah Dia anugerahkan kepada kita selama ini. Niscaya iri hati akan sirna, hati tetap tenang dan kepala dingin, dan kita dimampukan oleh-Nya untuk mengendalikan ego dan emosi kita.
Refleksi Diri:
Apa berkat dan anugerah yang Tuhan Yesus sudah berikan yang ingin Anda syukuri?
Siapakah Yang Aku Layani?
Iman Yang Teguh
Kejadian 6 menuliskan kisah Nabi Nuh yang mempunyai iman yang teguh dibandingkan orang-orang sezamannya. Dituliskan pada perikop bahwa dunia dipenuhi dengan kebobrokan akibat kejahatan yang manusia lakukan, tetapi Nuh hidup berbeda. Nuh memiliki iman yang benar di hadapan T uhan dan hidup tak bercacat (ay. 9). Ia selalu melibatkan T uhan dengan bergaul karib dengan-Nya. Nuh juga taat melaksanakan firman T uhan (Kej. 6:22).
Ketika Tuhan berencana mendatangkan air bah untuk memusnahkan manusia yang jahat, Nuh beriman dengan membuat bahtera sesuai ketentuan yang T uhan perintahkan. Selama pembangunan bahtera, Nuh dan keluarganya pastilah mendapat tertawaan dan gunjingan dari banyak orang sebab membangun kapal yang ukurannya begitu besar. Namun, Nuh tetap percaya atas rencana T uhan dan yakin Dia pasti akan menyelamatkan mereka. Nuh menaruh pengharapannya di dalam tangan T uhan.
Iman kepada Tuhan tidak hanya sampai pada memahami firman saja, melainkan harus sampai pada melaksanakan apa yang T uhan firmankan. Iman kepada Kristus juga harus diiringi keinginan untuk hidup menjauh dan menghindari dosa, bukannya menikmati dosa.
Karena iman, Nuh melakukan segala sesuatu yang belum pernah atau bisa ia lihat dengan ketaatan penuh. Ketaatan dan kepercayaan penuh Nuh membuat ia dinyatakan benar di hadapan T uhan dan karenanya ia diselamatkan (Ibr. 11:7).
Bagaimanakah iman yang Anda hidupi selama ini? Apakah Anda sudah sungguh beriman kepada Kristus dan berusaha hidup menjauhi dosa, serta melaksanakan firman-Nya? Bangun kepercayaan iman yang teguh di dalam Kristus. T etaplah percaya meskipun Anda belum melihat apa-apa, tetapi iman sanggup membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi nyata.