Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Relasi Dan Komunikasi


2 Samuel 5:17-25
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

Yohanes 14:15
Kunci utama dalam sebuah hubungan (relasi) adalah komunikasi, setidaknya demikianlah perkataan yang sering kita dengar. Relasi dengan pasangan, teman, saudara, orangtua dan anak, tidak mungkin dapat menjadi sebuah relasi sehat tanpa adanya komunikasi. Prinsip yang sama juga dapat kita terapkan dalam relasi kita dengan Tuhan. Relasi dan komunikasi yang baik dengan Tuhan akan membawa seseorang semakin peka dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Daud juga memiliki relasi yang baik dengan Allah. Daud baru saja diangkat menjadi raja Israel. Kabar tersebut sampai ke telinga orang-orang Filistin. Mereka berusaha untuk menangkap Daud sebelum ia memperluas kerajaannya. Daud sadar bahwa ia harus berperang melawan orang Filistin. Namun, sebelum pergi berperang Daud menyempatkan bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu.

Tindakan Daud bertanya kepada Tuhan mengandung makna penting. Biasanya ketika seseorang pergi berperang, ia akan memohon kemenangan kepada Tuhan. Daud tidak memaksa Tuhan untuk memberikan kemenangan, melainkan bertanya hal yang lebih penting, yaitu apakah Tuhan menghendaki ia maju berperang atau tidak. Ini menunjukkan adanya kepercayaan penuh kepada Tuhan.

Allah langsung menjawab pertanyaan Daud dan memberikan janji bahwa Dia akan menyerahkan orang Filistin ke tangan Daud (ay. 19). Kejadian ini bahkan berlangsung dua kali (bdk. ay. 22-24). Kita bisa melihat suatu pola, yaitu Daud bertanya, Allah menjawab, dan Daud taat kepada Allah sehingga memperoleh kemenangan. Kemenangan terjadi karena Daud percaya dan taat sepenuhnya kepada perintah Allah (ay. 25). Ketaatan mutlak Daud kepada Allah menunjukkan adanya relasi yang dekat dengan-Nya. Relasi yang dibangun sejak masa mudanya membuat Daud bisa tahu dengan pasti siapa Allah yang ia percayai sehingga memercayakan keseluruhan hidupnya di tangan Allah, bahkan di dalam masa-masa sulit sekalipun, seperti maju berperang.

Orang yang memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan Yesus akan memiliki pengenalan yang sejati kepada Allah. Pengenalan sejati membawa dirinya semakin mengenal siapa Allah yang ia percaya dan sembah. Kepercayaan tersebut akan membawa pada keyakinan yang besar bahkan di tengah keadaan sulit sekalipun bahwa Tuhan akan tetap mengasihi dan memelihara asalkan kita menuruti segala perintah-Nya. Jadilah anak Tuhan yang selalu bertanya melalui doa sebelum mengambil keputusan. Allah pasti menjawab asal kita mau taat kepada-Nya.

Refleksi Diri:

Bagaimana selama ini komunikasi Anda dengan Tuhan Yesus saat berada dalam kesulitan? Apakah Anda tetap berusaha membina relasi yang dekat?

Apa halangan yang membuat Anda sulit untuk taat kepada Tuhan? Bagaimana cara mengatasinya?"

Share:

Menjaga Kestabilan Relasi

Mazmur 145:14-21

TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
- Mazmur 145:18

Pada masa awal pandemi yang lalu, aktivitas kita sangat dibatasi. Kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah saja. Bekerja dan sekolah dilakukan dari tempat tinggal kita. Ini membuat orang-orang tak jarang mengeluhkan kondisi punggung maupun pinggang yang terganggu akibat kurang bergerak dan berolah raga. Banyak orang akhirnya mencari alternatif olahraga yang bisa dilakukan di rumah, seperti senam dengan mengikuti video di Youtube ataupun membeli alat olahraga statis. Tujuannya agar dapat menjaga kembali stabilitas dan keseimbangan postur tubuh.
Berbicara tentang stabilitas, memang tidak mudah bagi kita untuk selalu dapat menjaga stabilitas maupun keseimbangan dengan baik. Secara fisik, tidak semua orang bisa mengangkat satu kaki dan menjaga keseimbangan. Dalam kehidupan pun, tidak selalu kita bisa menjalani hidup yang seimbang. Ada kalanya kita menapak permukaan yang tidak rata, bergoncang, hingga akhirnya kita bisa terjatuh. Namun, sering kali juga kita menapak permukaan yang rata, mulus, stabil, hingga kita dapat berdiri kokoh. Itulah kehidupan.
Di tengah kehidupan yang tidak stabil, kita perlu menjaga stabilitas relasi kita dengan Allah. Dalam Mazmur yang kita baca, Daud mengungkapkan betapa pentingnya menjaga kesetiaan berelasi dengan Allah. Alasan utamanya adalah karena Allah dekat kepada setiap orang yang berseru kepada-Nya. Tidak hanya sekadar berseru, melainkan berseru dalam kesetiaan. Bahasa asli kata “kesetiaan” di ayat 18, bisa diartikan sebagai stabilitas. Dengan kata lain, pemazmur mengatakan Tuhan dekat terhadap orang-orang yang berseru kepada Allah dalam kestabilan. Stabil dalam berdoa, stabil dalam merenungkan firman Tuhan, stabil dalam beribadah, intinya stabil berelasi dengan Tuhan.
Mari kita bersama belajar menjaga kestabilan kerohanian kita, terutama dalam hal kesetiaan berelasi dengan Tuhan Yesus. Sekalipun hidup penuh tantangan, tidak stabil, dan mungkin dapat terjatuh, tapi biarlah kita terus menjaga relasi yang stabil dengan Tuhan. Dalam hidup yang tidak stabil, ada Allah yang stabil. Allah dekat kepada setiap kita yang tetap setia berseru kepada-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan setiap kita yang terus stabil berelasi dengan-Nya. Tidak perlu khawatir dan takut. Mari terus berjuang dan menjaga kestabilan hidup kita bersama dengan Allah karena Tuhan Yesus dekat dengan kita.
Refleksi Diri:
Apa goncangan dalam hidup Anda yang pernah/sedang membuat relasi Anda dengan Tuhan menjadi kendor?
Bagaimana Anda dapat terus menjaga kestabilan relasi dengan Tuhan Yesus?
"
Share:

Menjadi Saluran Berkat Tuhan

Rut 2:1-20
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

- Efesus 2:10

Apakah berbuat baik adalah sesuatu yang mudah? Mungkin bagi orang yang terbiasa melakukannya akan langsung menjawab, “Ya!” Namun, tidak demikian dengan orang yang mengalami berbagai kesusahan hidup sehingga muncul perkataan seperti ini, “Hidup sendiri saja susah, bagaimana mau menolong orang lain yang susah? Tambah susah deh hidup kita.” Apakah kita harus berbuat baik? Bagaimana jika kita merasa tidak ada sumber daya untuk melakukan kebaikan? Mari lihat prinsipnya dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini.

Tuhan sudah memercayakan kepada setiap umat-Nya sumber daya untuk mengerjakan sesuatu di atas bumi ini. Tuhan tidak memberikan sumber daya yang sama kepada setiap orang. Dia memberi sumber daya sesuai dengan kemampuan. Bahkan orang yang paling tidak berdaya di masyarakat, seperti Rut karena ia seorang janda dan orang asing pun tetap dapat melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Boas dan orang-orang upahannya juga menyadari hal ini sehingga mereka menjalankan peran mereka dengan penuh kesetiaan dan takut akan Tuhan. Sikap mereka tercermin dari bagaimana mereka saling menyapa. Boas mengatakan, “TUHAN kiranya menyertai kamu,” untuk mengakui bahwa Tuhan hadir bersama mereka di ladang. Orang-orang upahannya membalas, “TUHAN kiranya memberkati tuan!” mengakui bahwa Tuhan yang membuat kehidupan dan pekerjaannya berhasil (ay. 4). Baik tuan tanah sampai orang asing, semuanya sudah Tuhan percayakan sumber daya untuk mengerjakan sesuatu.

Tuhan ingin umat-Nya menyalurkan berkat dari-Nya kepada orang-orang di sekitar, sesuai dengan kapasitas yang Dia berikan. Jika Tuhan memberi kita kapasitas untuk taat dan bekerja seperti Rut, bekerjalah dengan setia. Kita dapat melihat bagaimana Rut menjadi saluran berkat Tuhan bagi Naomi. Demikian jika Tuhan menganugerahkan banyak, seperti kepada Boas. Tetaplah setia mengelola sumber daya dari Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang-orang lain. Terutama bagi kita yang sudah menerima anugerah terbesar dalam Tuhan Yesus Kristus, mari pergunakan hidup yang baru dalam-Nya untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain.

Refleksi Diri:

Apa berkat yang Tuhan percayakan kepada Anda yang tidak berbentuk materi?

Siapakah teman atau kerabat yang membutuhkan kehadiran Anda? Apa berkat yang Anda bisa salurkan kepada mereka?

"

Share:

Hidup Dipimpin Oleh Roh

Galatia 5:16-26
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
- Galatia 5:25

Ketika lahir baru, kita diberikan kehidupan baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Sejak saat itu, seluruh kehidupan kita dipimpin oleh Roh. Singkatnya, oleh karena kita dihidupkan oleh Roh maka sepanjang hidup kita dipimpin oleh Roh. Sesederhana itu, tetapi tidak semudah itu. Rasul Paulus menyinggung soal “keinginan daging” (ay. 16). Rupanya keinginan daging masih tersisa dalam diri kita setelah dilahirkan baru karena kita masih hidup dalam tubuh yang lama, yang sudah tercemar oleh dosa. Keinginan daging adalah lawan dari hidup dipimpin oleh Roh. Saling tarik-menarik ke arah yang berlawanan. Satu ke arah yang baik dan kudus, yang lain ke arah yang dosa. Keinginan daging adalah keinginan untuk hidup menurut kehendak sendiri. Keinginan daging adalah diri “aku” yang berusaha memuaskan diri dengan segala sesuatu yang bukan berasal dari Allah.
Untuk dapat memenangkan perang melawan keinginan daging maka tak ada cara lain kecuali hidup dipimpin oleh Roh. Ibarat lokomotif menarik gerbong-gerbong, demikianlah Roh adalah lokomotif dan kita adalah gerbong-gerbongnya. Gerbong mengikuti ke mana lokomotif menariknya, yaitu ke tujuan yang benar. Gerbong tidak punya kekuatan untuk bergerak, oleh karena itu ia harus terus terhubung dengan lokomotif. Demikianlah kehidupan orang Kristen. Kita hidup mengikuti pimpinan Roh, taat ke mana Roh membawa kita karena kita percaya jalan dan tujuan-Nya pasti benar dan baik. Kita tidak punya kekuatan untuk berjalan sendiri, oleh karena itu, kita harus terus terhubung dengan Roh Allah. Setiap saat.
Tak ada cara lain untuk bisa hidup dipimpin oleh Roh kecuali tinggal di dalam Allah dan mendengarkan isi hati-Nya setiap saat. Berhentilah mengisi kekosongan hati kita dengan serpihan dunia yang hampa dan biarlah jiwa kita berteduh pada Allah. George Müller, pendeta dan pengabar Injil, menemukan rahasia berjalan di dalam Roh: merenungkan kebenaran firman Allah yang berharga sampai hatimu bahagia di dalam Allah dan tinggal di dalam janji-janji-Nya.
Refleksi Diri:
Mengapa orang Kristen gagal dalam perang melawan keinginan daging?
Bagaimana cara agar hidup Anda dipimpin oleh Roh setiap saat?
Share:

Tidak Pernah Gagal

1 Samuel 29

TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?
- Yesaya 14:27

Apakah Anda pernah melihat bangunan setengah jadi yang tidak pernah rampung? Saya rasa sebagian kita pernah. Bangunan yang dirancang indah dan megah, tetapi gagal rampung karena berbagai faktor. Bangunan yang memiliki tujuan yang besar, berakhir jadi bangunan yang tidak jelas bentuknya. Tujuan hidup kita juga bisa berakhir dengan kegagalan, tetapi berbeda dengan tujuan Tuhan yang tidak pernah gagal. Situasi yang Daud hadapi seperti benang kusut. Awalnya ia pergi ke Filistin untuk melarikan diri dan mencari perlindungan, tetapi kemudian terjebak di sana. Daud tidak bisa mengelak untuk tidak ikut pergi berperang, tetapi Daud juga tidak bisa mengkhianati bangsanya sendiri (ay. 9-11). Jika Daud memerangi bangsanya sendiri, itu akan menjadi penghalang terbesarnya untuk diangkat sebagai raja Israel. Ia akan ditolak bangsanya. Semua itu jauh dari tujuan yang Allah tetapkan.
Sekalipun hidup Daud dalam posisi kritis, Allah tetap punya jalan keluar. Akhis, raja kota Gat, sangat memercayai Daud, sementara raja-raja Filistin yang lain kompak menaruh curiga kepadanya. Melalui Akhis, raja-raja Filistin justru dipakai Tuhan sebagai alat untuk menyelamatkan Daud. Mereka mengingat nyanyian kemenangan Daud yang tersohor (ay.5) sampai akhirnya Akhis memanggil Daud dan menyarankannya untuk melarikan diri. Ini adalah cara Tuhan memanggil kembali Daud kepada jalan yang seharusnya ia tempuh sampai nanti diangkat menjadi raja. Daud tahu semua terjadi karena campur tangan Tuhan. Tujuan Tuhan tidak pernah gagal.
Allah mampu menggunakan orang-orang yang bukan umat-Nya sendiri untuk menggenapi tujuan-Nya. Jika melihat kisah Tuhan Yesus, Dia disalibkan oleh orang-orang yang memusuhi-Nya. Yesus dihukum bagaikan penjahat. Semuanya tampak buruk di mata manusia, tetapi jalan Tuhan tidak pernah salah. Tujuan utama Yesus untuk menyelamatkan manusia tergenapi dan tidak pernah gagal.
Renungkanlah perjalanan hidup kita saat ini. Apakah saat ini sedang berjalan dalam tujuan yang Tuhan kehendaki? Mungkin Tuhan berulang kali memanggil kita untuk kembali kepada jalan-Nya, tetapi kita tidak mendengarkan. Jika kita sudah melenceng jauh dari jalan Tuhan, marilah kembali kepada panggilan-Nya. Percayalah kepada Tuhan, tujuan-Nya tidak pernah gagal di dalam hidup kita.
Refleksi Diri:
Apakah hidup Anda saat ini sedang mengikuti tujuan yang Tuhan kehendaki atau malah menjauh?
Apa langkah yang Anda mau ambil untuk tetap hidup dalam tujuannya Tuhan?
Share:

Hati Yang Panas, Muka Yang Muram


Kejadian 4:1-16
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

- Kejadian 4:5

Ayat di atas memberi pengertian sederhana mengenai iri hati. Orang yang iri hati biasanya hatinya memanas dan raut mukanya muram ketika melihat orang lain lebih baik, lebih sukses/kaya, lebih tampan/cantik, dan lebih lebih lainnya dibandingkan dirinya. Kondisi orang lain yang lebih ini membuat kita mengingini yang dimilikinya sehingga timbullah iri hati yang bisa membawa kita pada tindakan jahat, seperti mencuri, memfitnah, berbohong, bahkan sampai membunuh seperti yang dilakukan oleh Kain.

Kain dan Habel adalah kakak beradik anak-anak pertama dari Adam dan Hawa. Bagi saya pribadi, kisah Kain dan Habel termasuk cerita ironis karena seorang kakak yang seharusnya mengayomi dan mengasihi adiknya, justru akhirnya membunuhnya secara keji dan tidak manusiawi. Kain tidak berdaya mengontrol hatinya yang memanas. Ia membanding-bandingkan dirinya dengan sang adik. Kain tidak terima jika adiknya lebih daripada dirinya dan juga mendapatkan penghargaan yang lebih dari Allah. Pusat perhatian Kain hanyalah pada pemenuhan keinginan pribadi. Ia egois, hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

Yang menarik adalah ketika Kain hatinya memanas dan mukanya muram maka Tuhan bertanya kenapa ia marah dan mukanya muram, sekaligus memberikan peringatan bahwa dosa sedang mengintip jika Kain tidak mengontrol emosinya. (ay. 6-7). Namun, Kain tidak memedulikan suara Tuhan. Ia lebih memilih mengikuti suara hatinya, lalu membiarkan perasaan iri menguasai dirinya, dan akhirnya menghabisi nyawa adiknya sendiri.

Iri hati terjadi ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, tetapi sadarilah apa yang Anda sudah miliki, yang Tuhan anugerahkan. Mengucap syukurlah atas pemberian tersebut. Setiap orang diberikan kemampuan dan berkat yang berbeda dengan ukuran yang sesuai di mata Tuhan. Karena itu, sebelum hati memanas dan muka muram akibat perasaan iri, mari sejenak mendengar suara Tuhan Yesus dan melihat hal-hal yang telah Dia anugerahkan kepada kita selama ini. Niscaya iri hati akan sirna, hati tetap tenang dan kepala dingin, dan kita dimampukan oleh-Nya untuk mengendalikan ego dan emosi kita.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah terjebak dengan perasaan iri hati melihat kelebihan orang lain? Bagaimana Anda mengatasinya?

Apa berkat dan anugerah yang Tuhan Yesus sudah berikan yang ingin Anda syukuri?


Share:

Siapakah Yang Aku Layani?

1 Samuel 18:6-26

Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

—Amsal 14:30
Kemenangan Daud melawan Goliat, membuatnya menjadi orang yang dipercaya untuk memimpin pasukan perang Saul. Kepercayaan ini merupakan suatu kehormatan bagi Daud. Namun, ternyata di sisi lain menjadi ancaman bagi Raja Saul. Mengapa Saul merasa sangat terancam hingga membangkitkan amarahnya?
 Dalam pikiran Saul, hanya satu yang layak dipuji, yaitu dirinya sendiri. Saul iri hati karena Daud mendapatkan pujian yang lebih dibandingkan dirinya. Iri hati memunculkan amarah yang begitu menguasai Saul sehingga apa yang ada di pikirannya hanyalah melenyapkan Daud. 
Saul membiarkan iri hati bertumbuh subur di dalam hatinya sehingga roh jahat menguasai dan memengaruhi dirinya. Berbagai siasat Saul lakukan demi menjatuhkan dan membunuh Daud. Ia bahkan rela menyerahkan anaknya hanya demi mewujudkan keinginannya (ay. 17, 21). Saul tampak tidak memedulikan hukuman T uhan yang pernah diberikan kepadanya melalui Nabi Samuel atas ketidaksetiaannya di masa lampau (1Sam. 15:26, 33). Ia tetap merasa dirinya adalah raja yang sah.
 Saul dalam perjalanan hidupnya telah jauh dari T uhan sehingga dirinya dikuasai oleh hati yang jahat. Kehidupannya sebagai raja tidak menunjukkan sikap hormat kepada Allah, meskipun telah ditegur dan diingatkan. Hidup menjauh dari T uhan hanya membuat seseorang terus mengejar apa yang dapat memuaskan dirinya sendiri. Hidup tanpa relasi yang dekat dengan Allah berarti membiarkan diri terus dikuasai oleh hati yang jahat yang bisa memunculkan perbuatan-perbuatan jahat.
 Kita sebagai orang percaya juga rentan untuk jatuh ke dalam dosa seperti Saul. Di dalam kehidupan pelayanan di gereja, sadar atau tidak sadar terkadang kita pun memiliki kecenderungan suka menerima pujian dari orang lain. Kita senang jika dianggap penting di dalam suatu komunitas. Lama kelamaan, kita menganggap diri sebagai pusat di dalam komunitas gereja. Saat ada orang lain kemudian masuk ke dalam komunitas yang menggeser keberadaan kita, kita merasa terganggu. Perhatian orang lain teralihkan dari diri kita. Pada saat itu, kita seharusnya sadar siapa yang seharusnya menjadi pusat penyembahan kita. Siapa yang sesungguhnya kita layani? Kiranya hanya T uhan Yesus Kristus saja yang kita layani.
Refleksi Diri:
• Apa yang menjadi motivasi utama Anda melayani? Siapa sesungguhnya yang Anda layani: diri sendiri atau T uhan Yesus?
• Bagaimana cara Anda terhindar dari rasa iri hati atas keberhasilan pelayanan/pekerjaan orang lain di komunitas Anda?
Share:

Iman Yang Teguh

Kejadian 6:9-22
Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Kejadian 6:9
Iman adalah hal yang sering didengungkan dan diajarkan oleh seluruh manusia di dunia dalam kaitannya dengan agama, tetapi menjadi hal yang sangat sulit dipraktikkan dalam kehidupan. Setiap manusia dengan agamanya masing-masing menyatakan iman sesuai pemikiran dan perspektifnya masing-masing. Bagaimana dengan pandangan iman menurut kaum Kristiani? Iman merupakan keyakinan dan pengharapan yang teguh akan penggenapan Allah pada janji-janji-Nya bagi kita di dalam T uhan Yesus Kristus meskipun saat ini kita belum bisa melihat penggenapan tersebut.

Kejadian 6 menuliskan kisah Nabi Nuh yang mempunyai iman yang teguh dibandingkan orang-orang sezamannya. Dituliskan pada perikop bahwa dunia dipenuhi dengan kebobrokan akibat kejahatan yang manusia lakukan, tetapi Nuh hidup berbeda. Nuh memiliki iman yang benar di hadapan T uhan dan hidup tak bercacat (ay. 9). Ia selalu melibatkan T uhan dengan bergaul karib dengan-Nya. Nuh juga taat melaksanakan firman T uhan (Kej. 6:22). 

Ketika Tuhan berencana mendatangkan air bah untuk memusnahkan manusia yang jahat, Nuh beriman dengan membuat bahtera sesuai ketentuan yang T uhan perintahkan. Selama pembangunan bahtera, Nuh dan keluarganya pastilah mendapat tertawaan dan gunjingan dari banyak orang sebab membangun kapal yang ukurannya begitu besar. Namun, Nuh tetap percaya atas rencana T uhan dan yakin Dia pasti akan menyelamatkan mereka. Nuh menaruh pengharapannya di dalam tangan T uhan.

 Iman kepada Tuhan tidak hanya sampai pada memahami firman saja, melainkan harus sampai pada melaksanakan apa yang T uhan firmankan. Iman kepada Kristus juga harus diiringi keinginan untuk hidup menjauh dan menghindari dosa, bukannya menikmati dosa. 

Karena iman, Nuh melakukan segala sesuatu yang belum pernah atau bisa ia lihat dengan ketaatan penuh. Ketaatan dan kepercayaan penuh Nuh membuat ia dinyatakan benar di hadapan T uhan dan karenanya ia diselamatkan (Ibr. 11:7).

 Bagaimanakah iman yang Anda hidupi selama ini? Apakah Anda sudah sungguh beriman kepada Kristus dan berusaha hidup menjauhi dosa, serta melaksanakan firman-Nya? Bangun kepercayaan iman yang teguh di dalam Kristus. T etaplah percaya meskipun Anda belum melihat apa-apa, tetapi iman sanggup membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi nyata.

Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah beriman teguh kepada Kristus meskipun saat ini Anda belum melihat penggenapan janji-janji-Nya?
Bagaimana Anda akan membangun iman Anda di dalam Kristus?


Share:

Cermin Karakter Allah

Rut 2:1-17, 20-22
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
- Matius 4:16
Keputusan seorang pemimpin negara dalam menjalankan negaranya menggambarkan kepribadian serta karakternya. Jika pemimpin tersebut adalah seseorang yang korup maka keputusan yang diambilnya akan menguntungkan dirinya atau orang-orang dekatnya tanpa peduli dengan keadilan. Berbeda dengan pemimpin yang memikirkan kepentingan masyarakat. Keputusan-keputusan yang dibuatnya tentu akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat. Kejadian yang Rut alami dalam bagian Alkitab ini merupakan bagian dari peraturan yang Tuhan tetapkan bagi orang Israel. Apa karakter Tuhan yang tercermin dalam bagian ini?
Salah satu karakter Tuhan yang terlihat jelas adalah peduli terhadap orang-orang yang lemah dalam komunitas. Status Naomi dan Rut sebagai janda dalam suatu komunitas membuat mereka rentan menerima perlakuan semena-mena dari orang lain, apalagi ditambah status Rut sebagai orang Moab (musuh orang Israel). Namun, dalam perikop bacaan hari ini terlihat Rut diizinkan untuk memungut jelai yang tersisa di ladang milik Boas. Rut dapat melakukannya karena Tuhan telah mengatur agar hidup orang miskin dan orang asing agar tetap terpelihara (lih. Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19). Boas, sebagai pemilik ladang, bahkan menunjukkan kebaikan yang lebih dari yang ditentukan oleh Tuhan (ay. 8-9, 14-17). Sungguh sebuah komunitas yang mencerminkan kasih Allah.
Orang-orang yang ditebus oleh Tuhan Yesus pun memiliki panggilan untuk mencerminkan Injil-Nya dalam kehidupan. Tuhan Yesus mengatakan murid-murid-Nya adalah garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Murid Yesus sebagai garam memberikan pengaruh yang dapat terasa bagi orang sekitarnya dan sebagai terang untuk menunjukkan perbuatan yang baik sehingga Bapa di surga dimuliakan. Kehidupan yang berpengaruh dan memuliakan Bapa terlihat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem (Kis. 2:41-47). Kehidupan mereka saling berbagi dan mengasihi sehingga dicatat “… Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka …” (ay. 47).
Panggilan Tuhan Yesus kepada orang Kristen masa kini tidak berubah, Ia rindu hidup orang Kristen memuliakan Bapa di surga. Yesus tidak meminta untuk melakukan hal yang di luar kekuatan kita, tetapi hal yang dapat dilakukan sehari-hari. Mari belajar untuk melakukan dengan setia cara hidup yang mencerminkan kasih Yesus yang memuliakan Bapa di surga.

Refleksi Diri:
Apa karakter Anda yang mencerminkan karakter Allah dalam keseharian Anda?
Apa komitmen yang mau Anda lakukan untuk mencerminkan kasih Yesus dalam kehidupan?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.