Bertekunlah dalam doa
Tinggal Di Dalam Kristus
Jangan Jadi Orang Kristen Pelit
- 2 Korintus 8:14
Apakah Anda mengenal orang Kristen yang dijuluki si pelit dan tidak peduli dengan orang lain? Sungguh sayang kalau ada orang seperti itu. Hal paling mendasar mengapa orang Kristen jangan menjadi orang pelit, melainkan murah hati yang mau memberikan bantuan adalah ayat 9 berikut, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”
Tuhan Yesus pemilik segalanya rela menjadi manusia untuk menanggung hukuman dosa yang menjijikkan dan terkutuk supaya kita yang miskin, kotor, tidak memiliki apa-apa untuk bisa menyelamatkan diri, dijadikan kaya dan memiliki warisan kekal tak ternilai di surga nan mulia. Orang-orang yang sudah merasakan kekayaan anugerah Kristus seharusnya kaya akan kemurahan. Orang Kristen dipanggil bukan sekadar memberi, tetapi juga tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami saudara seiman.
Rasul Paulus berkata, “Aku mau menguji keikhlasan kasih kamu” (ay. 8). Memberi harus dengan kasih yang ikhlas, bukan karena perintah, tetapi lahir dari hati yang mengasihi. Memberi hendaklah tanpa mengharapkan apa-apa. Keikhlasan memberi karena hanya mau membantu, bukan mengharapkan nama kita yang melambung. Kasih adalah dasar sebuah pemberian, bukan semata-mata kelebihan atau kekayaan. Kita seharusnya tidak menahan- nahan untuk mereka yang memang harus dibantu. Semakin menunda, semakin enggan dan gagal akhirnya kita untuk memberi.
Memberi juga bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi memang jika kita mampu maka bantulah (ay. 12). Jemaat Korintus juga tidak diminta untuk melakukan sesuatu di luar jangkauan, tetapi melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Jika kita dipercayakan berkat Tuhan, berdoalah kepada-Nya untuk diberikan hikmat, siapakah yang bisa kita bantu. Tuhan pasti akan tunjukkan.
Mampu itu bukan soal berkelebihan, tetapi bisa mengambil bagian dalam berbagian. Ketika kita berbagian maka sesuai firman Tuhan kita mendapatkan keseimbangan (ay. 14). Yang lebih mencukupkan yang kekurangan, yang berkekurangan tidak kekurangan. Itulah tubuh Kristus, saling melengkapi satu sama lain. Kalau posisi kita diberkati, kita bukan ditempatkan Tuhan untuk menikmatinya sendiri, tetapi justru untuk bisa melihat lebih banyak kebutuhan yang Tuhan bukakan.
Refleksi Diri:
Mengapa kita sebagai anak Tuhan dipanggil untuk tidak pelit?
Apa yang mau Anda lakukan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain?"
Orang Baik Atau Orang Setia?
Amsal 20
- Amsal 20:6
Selama hidup sampai hari ini, harus saya akui bahwa orang yang setia tidak mudah ditemukan di dunia ini. Orang yang baik mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan karena tingkah laku ataupun perbuatan yang dilakukannya nyata, yang membuat kita berpendapat bahwa orang itu baik. Namun, jika berbicara tentang kesetiaan untuk membuktikannya haruslah diuji oleh waktu. Kesetiaan pada hakikatnya harus dibuktikan dengan melakukan sesuatu dan memerlukan waktu untuk menjalaninya. Orang yang baik banyak ditemukan, tetapi orang yang setia lebih sulit ditemukan.
Didalam bacaan di atas tadi diungkapkan oleh penulis kitab Amsal ketika dalam pengalaman perjalanan kehidupannya, ia menemukan bahwa kesetiaan jarang ditemukan di dunia ini. Kata “menyebut diri” dalam ayat emas di atas bisa diterjemahkan sebagai memproklamasikan atau membuat pernyataan di depan publik sehingga makna ini bukan hanya sekadar tentang perasaan atau penilaian orang lain terhadap dirinya, tetapi merupakan perasaan atau penilaian yang diungkapkan di depan orang lain. Mengucapkan sumpah setia adalah satu hal, tetapi melakukannya adalah hal yang berbeda. Pengakuan di mulut dengan perbuatan nyata seringkali tidak sama. Janji dan realisasi seringkali tidak berteman. Mengucapkan sebuah janji memang mudah, membuktikannya adalah perkara yang tidak mudah.
Yang menarik dari perikop ini adalah penulis Amsal dengan jelas menyadari keterbatasan manusia untuk bisa setia sehingga Allah mempraktikkan melalui Yesus Kristus untuk menunjukkan apa arti kesetiaan yang sesungguhnya. Allah tidak hanya menuntut kesetiaan melalui firman-Nya, tetapi juga menuntun melalui wujud nyata kesetiaan. Ia tidak hanya memberikan perintah dan didikan, tetapi juga melakukan dan membuktikannya.
Pengorbanan Yesus Kristus seharusnya menjadi contoh yang sangat konkret untuk mendefinisikan apa arti kesetiaan. Perjalanan kesetiaan yang ditunjukkan Yesus menuju kayu salib dan menyelesaikan misi Allah untuk manusia dengan tuntas, harusnya menjadi contoh teladan bagi kita sebagai pengikut Kristus untuk belajar setia kepada-Nya. Berapa banyak janji setia yang sudah pernah diucapkan mulut kita? Berapa banyak yang sudah kita realisasikan? Kesetiaan bukan hanya ucapan belaka, melainkan dihidupi sampai kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan.
Refleksi Diri:
Apa faktor yang membuat Anda sulit menjadi setia, baik terhadap sesama maupun terhadap suatu hal yang Tuhan percayakan kepada Anda?
Apa bentuk kesetiaan yang ingin Anda lakukan dan akan terus dilakukan sepanjang hidup?"