Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Rancangan Tuhan

Yeremia 29:10-14

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. 

- Yeremia 29:11

Puji syukur kita dapat memasuki tahun yang baru. Doa dan harapan agar anugerah demi anugerah Allah senantiasa menolong kita untuk melangkah dan berjuang membangun kehidupan bersama komunitas di sekitar kita. Pengalaman hidup di masa lalu mungkin membuat kita khawatir dan takut karena ketidakpastian akan hari-hari ke depan. Kemajuan demi kemajuan mempermudah langkah kita, tetapi kita juga tidak dapat menghindari perubahan demi perubahan tak terduga yang terjadi. Terkadang yang tak terduga adalah suatu kesulitan. Namun, kesulitan itu jangan sampai menghentikan langkah kita untuk terus berkarya. Itulah yang Tuhan katakan kepada orang Israel yang sedang ada dalam pembuangan. 

Mereka berada di tempat yang tidak mereka inginkan. Kondisi bangsa Israel begitu memprihatinkan. Mereka ingin pulang, tetapi tidak bisa. Mereka mendapatkan perlakuan buruk dari bangsa Babel. Kota mereka dihancurkan, bait Allah dijarah, perekonomian dihancurkan, pemimpinnya disingkirkan, dan rakyatnya diperbudak. Hidup mereka berada di titik nol, bahkan minus. Banyak penderitaan dan kehilangan dialami. Orang Israel tidak bisa melihat masa depan, tetapi Tuhan mengatakan ada masa depan karena mereka ada dalam rancangan Tuhan yang penuh damai sejahtera (Yer. 29:10). Di sisi lain, Tuhan memerintahkan mereka untuk membangun hidup yang baik dengan dasar iman kepada-Nya. Tuhan pasti memiliki rancangan damai sejahtera dalam hidup umat-Nya maka kita harus merencanakan dengan baik masa depan kita.

Rancangan damai sejahtera dan masa depan penuh harapan dari Allah merupakan janji Tuhan yang pasti. Iman kita akan dikuatkan bagaikan memandang ke arah yang jauh dengan kepala terangkat seperti penjaga yang berdiri di atas menara yang memandang keindahan hidup. Kita memang tidak mengetahui masa depan dengan jelas, tetapi jelas tahu masa depan kita ada di dalam rancangan Tuhan. Milikilah keberanian untuk melihat dan bertindak, melibatkan diri dengan tujuan Tuhan, dengan pengharapan yang dibangun berdasarkan janji-janji Tuhan. Hidup penuh harapan berarti kita bersabar dan menunggu Tuhan untuk menepati janji-janji-Nya. Di tengah penantian, pintu akan dibukakan oleh Tuhan. Kita terus dituntut untuk memenuhi panggilan kita sebagai orang percaya, yaitu hidup sebagai orang Kristen yang benar dan membangun hati yang melayani Tuhan.

Refleksi Diri:

Apakah hati Anda berlimpah ucapan syukur dan hati yang mengasihi Tuhan di tahun yang baru ini, meskipun hari-hari lalu mungkin banyak kesulitan?
Apakah Anda masih hidup dalam semangat dan komitmen untuk melihat, bertindak, dan melibatkan diri dengan tujuan Allah?"
Share:

Kasih Setia Tuhan Selalu Ada

Ratapan 3:18-26

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
- Ratapan 3:22-23

Apa yang terjadi jika kita bisa melihat masa depan? Bagi kita yang memiliki masa depan cerah, tentu akan bersemangat dan memiliki pengharapan karena tahu seperti apa kehidupan kita nanti. Namun, bagaimana jika kita tahu masa depan kita suram? Tentu kita akan menjadi putus asa dan mungkin berniat segera mengakhiri hidup. Kita berpikir, buat apa susah-susah berjuang kalau akhirnya tidak ada kesuksesan.
Untungnya, kita tidak bisa melihat masa depan. Kita “buta” dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Di dalam kondisi ini, kita tentunya masih bisa memiliki pengharapan akan masa depan. Sayangnya, terkadang ada orang yang pesimis dengan masa depannya karena melihat kondisi saat ini. Ia melihat masa depan tidak ada harapan karena kesulitan dan pergumulan masa kini.
Nabi Yeremia mengalami pergumulan yang dalam. Ia melihat kondisi bangsa Israel yang mengalami kehancuran dan pembuangan akibat dosa-dosa yang mereka lakukan. Ia meratap dan menangisi umat yang mengalami penderitaan. Meskipun berada di dalam situasi sulit, ia masih memiliki pengharapan. Yeremia tahu bahwa Allah sudah memilih bangsa Israel sebagai umat kesayangan-Nya sehingga takkan pernah meninggalkan mereka. Kasih setia-Nya selalu ada dan baru bagi bangsa Israel. Yeremia percaya bahwa Allah tetap memberikan masa depan yang indah bagi mereka.
Sebagai anak anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus dan diberikan jaminan kemenangan seiring dengan kebangkitan Tuhan Yesus, kita seharusnya percaya bahwa kita selalu mempunyai pengharapan. Bukan karena kita bisa menjamin masa depan kita sendiri dengan kepandaian, kekayaan atau kekuasaan kita, melainkan karena Allah yang telah memilih dan menjadikan kita umat-Nya adalah Allah yang setia.
Saudara-saudaraku, jika kita saat ini diizinkan mengalami pergumulan dan penderitaan, yakinlah bahwa Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Terlebih saat kita memasuki tahun baru ini, marilah menatap tahun baru di dalam pengharapan kepada Allah yang setia seperti yang Yeremia sampaikan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yer. 29:11).

Refleksi Diri:
Apa pergumulan yang pernah membuat Anda kehilangan pengharapan akan masa depan? Bagaimana respons Anda saat itu?
Bagaimana janji pengharapan pada kedua ayat di atas, dapat menguatkan dan menyakinkan Anda?"
selamat beribadah selamat meniati berkat sabat
Share:

Madu Yang Pahit

Amsal 5:1-6

Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak, tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua.
- Amsal 5:3-4

Kita tahu bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Ams. 9:10). Takut akan Tuhan berarti sangat mengagumi dan menghormati kuasa dan otoritas Tuhan. Takut akan Tuhan juga akan membawa kita kepada jenis ketakutan yang lain, yakni takut melakukan hal-hal yang melanggar firman Tuhan. Selain itu, kita juga takut meninggalkan atau keluar dari hikmat Tuhan.
Di dalam bagian bacaan Alkitab hari ini, kita melihat gambaran dari ketakutan tersebut. Bagian ini berisi peringatan tentang apa yang dapat terjadi kepada umat Tuhan yang melenceng dari jalan-Nya. Sebagai murid-murid Kristus, bibir kita seharusnya memelihara pengetahuan (ay. 2). Hal ini kontras dengan wanita jalang yang bibirnya menitikkan tetesan madu (ay. 3), tetapi pada akhirnya pahit seperti empedu (ay. 4) dan mengarah kepada kematian dan kesesatan (ay. 6).
Maksud penulis Amsal pada bagian ini adalah dosa memberikan janji palsu. Awalnya dosa terasa nikmat, tetapi pada akhirnya akan terbukti bahwa dosa adalah racun yang diselimuti dengan rasa manis. Pemazmur menggambarkan proses ini bagaikan seorang pria yang berselingkuh dengan seorang wanita jalang. Ketika seorang wanita jalang membisikkan, “Aku mengasihimu… Aku mau bersamamu…”, wanita ini melakukannya demi uang. Awalnya kata-katanya terdengar manis, tetapi pada akhirnya wanita itu akan pergi.
Begitu pula dengan dosa. Kita jatuh ke dalam dosa karena dosa begitu menarik dan memikat. Kita mulai melakukan dosa dengan menganggap bahwa dosa itu kecil dan tidak berbahaya. Kita mulai mengintip tontonan pornografi, mulai berjudi secara daring, mulai dekat dengan orang yang bukan pasangan kita, ataupun mulai melakukan hal-hal kecil lainnya yang tidak benar di mata Tuhan. Namun, setelah beberapa lama kita bisa kecanduan dan saat sudah terjebak di dalamnya, dosa akan menghancurkan hidup kita.
Tetaplah waspada terhadap jebakan dosa. Jangan lengah sedikit pun, pikatan dosa selalu dilancarkan oleh iblis bagaikan singa yang berjalan mengelilingi sambil mengaum-ngaum dan siap menerkam (1Ptr. 5:8). Bertumbuhlah dalam sikap takut akan Tuhan dan berpeganglah selalu pada firman-Nya.

Refleksi Diri:
Apakah Anda sedang kecanduan suatu dosa atau melenceng dari jalan Tuhan?
Bagaimana agar Anda bisa kembali ke jalan Tuhan yang benar? Bagaimana Anda menumbuhkan rasa takut akan Tuhan?"
Share:

Mengapa Harus Khawatir?

Matius 6:25-34

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
- Matius 6:34

Di masa pandemi yang lalu, banyak orang hidup dalam kekhawatiran. Khawatir adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu masalah atau situasi. Kekhawatiran biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman dan cemas. Sikap ini menyebabkan seseorang menjadi terganggu, memusatkan pikiran pada kejadian negatif yang mungkin terjadi, serta dilanda ketakutan yang tidak masuk akal dan tidak berdasar. Ada berbagai faktor penyebab kekhawatiran, antara lain, stres berat yang berkepanjangan akibat tekanan batin, masalah keluarga, kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita akan masalah kekhawatiran, misalnya, khawatir akan kebutuhan hidup berupa sandang dan pangan. Dia juga memberikan jalan keluar untuk mengatasinya (ay. 25). Bagaimana mengatasi kekhawatiran? Pertama, janganlah khawatir mengenai kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, ini bukan larangan untuk membuat perencanaan masa depan. Kedua, percaya Tuhan yang setia akan memelihara kita. Kalimat “hai orang yang kurang percaya” (ay. 30), diulangi sebanyak empat kali dalam Injil Matius dan satu kali di Injil Lukas, sebagai dorongan dan teguran supaya kita tetap percaya kepada Tuhan.
Ingatlah, jika Tuhan setia memelihara burung di udara dan mendandani bunga di ladang, Dia pasti memelihara kita, anak-anak-Nya yang jauh lebih berharga daripada burung dan bunga, amin? Ketiga, ubah fokus kita. Jangan berfokus pada masalah yang belum pasti terjadi dan di luar jangkauan kita, tetapi berfokuslah dalam iman kepada Allah dan kebenaran-Nya (ay. 33).
Rasul Paulus menegaskan,“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Anda tidak bisa mengusir kehawatiran yang melanda hidup, tetapi Anda bisa memilih untuk tetap percaya dan berserah dalam doa kepada Tuhan yang setia memelihara. Jika Allah sumber segala kuasa dan berkat ada beserta Anda saat ini (Mat. 28:20), mengapa Anda harus khawatir?
Refleksi Diri:
Apa saja hal yang saat ini membuat Anda khawatir? Bagaimana respons Anda terhadap kekhawatiran akan hari besok?
Bagaimana Anda bisa terbebas dari rasa khawatir akan masa depan berdasar renungan di atas?
Share:

Merespons Panggilan Tuhan

Keluaran 3:11-13
Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?”
- Keluaran 3:11

Dalam kehidupan kekristenan tidak sedikit orang yang berusaha menolak panggilan Allah untuk melayani Tuhan dan orang lain. Padahal panggilan melayani adalah sebuah hak istimewa dan kesempatan emas untuk menjadi rekan kerja Allah dalam memberitakan Injil. Ada berbagai alasan orang menolak panggilan Tuhan, antara lain karena takut menghadapi tantangan atau merasa diri tidak memiliki kemampuan. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi rintangan dalam merespons panggilan Tuhan?

Konteks Keluaran pasal 2-4 adalah Tuhan memanggil Nabi Musa untuk menolong umat Israel yang menderita akibat perbudakan di Mesir. Musa awalnya menolak panggilan Tuhan dengan menyodorkan berbagai alasan. Musa sebenarnya selama kurung waktu empat puluh tahun sudah menyadari dirinya merupakan orang pilihan Tuhan yang ditunjuk untuk membebaskan umat Israel. Akan tetapi, pasca pelariannya karena membunuh orang Mesir saat Musa membela teman Ibraninya, ia kini memilih menjadi penggembala kambing domba milik mertuanya, Yitro, di Midian. Namun, Musa akhirnya berhasil membawa umat Israel keluar dari Mesir.

Bagaimana Musa merespons panggilan Tuhan? Pertama, Musa percaya akan penyertaan Tuhan. Tuhan berfirman, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” (ay. 12). Dalam hal merespons panggilan Tuhan, kita harus percaya bahwa jika Tuhan yang memanggil maka Dia pasti akan memperlengkapi kita dengan semua sarana dan kuasa untuk melaksanakan tugas tersebut (2Kor 3:5-6). Kedua, Musa bersedia taat melakukan perintah Tuhan. Tuhan berkata, “Aku telah mengutus engkau:” (ay. 12). Musa merespons panggilan Tuhan dengan iman dan ketaatan. Ia bersama keluarganya segera meninggalkan Midian dan kembali ke Mesir untuk menemui tua-tua Israel, raja Firaun dan umat Israel (Kel. 4:18-30). Akhirnya Musa berhasil membawa umat Israel keluar dari Mesir.

Jadi, dalam merespons panggilan Tuhan, sangat penting bagi kita untuk keluar dari rasa tidak percaya diri yang melihat diri sendiri lemah dan tidak mampu memenuhi tugas panggilan-Nya. Ketika kita mengalihkan fokus pandangan dari diri kita sendiri kepada Allah dan memegang teguh janji penyertaan-Nya maka kita akan diberi keberanian dan kemampuan untuk melaksanakan semua tugas yang Dia percayakan.
Refleksi Diri:
Apa panggilan Tuhan bagi Anda dalam hal melayani? Bagaimana cara Tuhan meyakinkan Anda akan panggilan tersebut?
Apa hal-hal praktis yang dapat Anda teladani dari Musa dalam hal merespons panggilan Tuhan?"
Share:

Kehadiran Tuhan, Aturan Tuhan

Keluaran 25:10-22

Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel.”
- Keluaran 25:22

Dalam kehidupan ini kita sering bersentuhan dengan yang namanya aturan yang mengatur dari hal sederhana sampai yang kompleks. Contohnya, di masa pandemi muncul aturan penerbangan yang berbeda dengan saat sebelum pandemi. Kita tidak bisa sembarangan masuk pesawat, tanpa mengikuti aturan yang berlaku. Kita harus menaatinya kalau ingin ikut dalam penerbangan.
Hidup mengikut Tuhan tentu harus mengikuti aturan Tuhan. Orang Israel pun harus mengikuti aturan Tuhan ketika akan berhadapan dengan Tuhan. Kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya begitu penting. Kemah suci adalah tempat kehadiran Tuhan selama empat puluh tahun pengembaraan orang Israel di padang gurun dan ketika berada di Kanaan. Musa diberikan instruksi langsung dari Tuhan untuk membangun Kemah Suci sampai detail-detail bahan dan ukurannya. Satu kata yang sering diulang pada perikop ini adalah kata “harus”, menandakan tidak bisa ditawar, harus sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan (Kel. 25:8-9, 22). Standar Tuhan adalah standar yang terbaik, standar yang harus ditaati.
Kehadiran Tuhan yang Mahakudus, harus mengikuti rancangan Tuhan. Rancangan Tuhan dibuat bukan untuk menyusahkan orang Israel. Tuhan sudah mengatur sedemikian rupa ketika mereka keluar dari Mesir sehingga tidak keluar dengan tangan kosong. (Kel. 3:21-22) dan bahkan dengan berlimpah (Kel. 12:36). Jadi, mereka sudah memiliki bahan-bahannya dan apa yang Tuhan perintahkan bisa dilakukan oleh mereka. Kuncinya adalah relasi dengan Tuhan dan ketaatan. Aturan Tuhan tidak bisa dijalani dengan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.
Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah kehidupan manusia karena seluruh manusia tidak ada yang bisa memenuhi dengan sempurna apa yang Tuhan kehendaki. Tidak satu orang pun yang dapat masuk ke hadirat Allah yang Mahakudus. Hanya karena Kristus saja orang percaya dapat berelasi kembali dengan Allah dan berjalan di jalan yang Tuhan kehendaki.
Ingatlah status kita sebagai anak-anak Tuhan yang harus hidup berdasarkan identitas Kristus. Lakukan apa yang harus dilakukan menurut firman Tuhan dan jangan lakukan yang dilarang oleh firman Tuhan. Jangan tunda-tunda lagi untuk hidup taat pada firman-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah hidup Anda sebagai orang Kristen sudah mengikuti aturan yang Tuhan tetapkan?
Apa yang membuat Anda lalai mengikuti aturan-Nya? Apa komitmen yang ingin Anda ambil dalam hal ketaatan kepada Tuhan?"
Share:

Bertekunlah dalam doa

[Kolose 4:2]

Menarik untuk diperhatikan betapa besar bagian dari Kitab Suci yang berisi persoalan tentang doa, baik dalam contoh-contoh pelengkap, titah-titah untuk ditegakkan, maupun janji-janji yang dinyatakan. Kita tidak bisa dibilang sudah membuka Alkitab kalau belum membaca "Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN;" [Kejadian 4:26], dan tepat sebelum kita mengakhiri Alkitab, terdengarlah kata "Amin" dari sebuah permohonan yang serius di telinga kita. Ada banyak contoh. Kita temukan Yakub yang bergulat—Daniel yang berdoa tiga kali sehari—dan Daud yang dengan segenap hatinya memanggil Allah. Di gunung kita melihat Elia; di penjara bawah tanah ada Paulus dan Silas. Ada banyak perintah dan segudang janji. Apa yang hendak diajarkan pada kita, selain bahwa doa itu penting dan perlu dalam kesucian? Kita yakin bahwa apapun yang Allah tonjolkan dalam firman-Nya, dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang mencolok dalam hidup kita. Bila Ia banyak bicara mengenai doa, itu adalah karena Ia tahu betapa kita membutuhkan doa. Betapa dalamnya kebutuhan kita, sehingga kita tidak boleh berhenti berdoa selama kita belum berada di surga. Engkau tidak butuh doa apapun? Kalau begitu, saya khawatir engkau tidak tahu hal apa yang kurang padamu. Engkau tidak meminta belas kasih apapun dari Allah? Kalau begitu, semoga belas kasih Tuhan menunjukkan betapa malang dirimu! Jiwa yang tak berdoa adalah jiwa tanpa Kristus. Doa adalah celoteh bayi yang percaya, seruan orang percaya yang berperang, kidung penghiburan orang suci sekarat yang jatuh tertidur di dalam Yesus. Doa adalah nafas, semboyan, penghiburan, kekuatan, dan kehormatan seorang Kristen. Jika engkau seorang anak Allah, engkau akan mencari wajah Bapamu, dan tinggal di dalam kasih-Nya. Berdoalah di tahun ini engkau menjadi suci, rendah hati, tekun, dan sabar; memiliki persekutuan yang lebih dekat dengan Kristus, dan lebih sering masuk dalam rumah perjamuan kasih-Nya. Berdoa agar engkau menjadi contoh dan berkat bagi orang lain, dan supaya engkau hidup lebih memuliakan Tuanmu. Motto bagi tahun ini harus "Bertekunlah dalam doa."
Share:

Tinggal Di Dalam Kristus

Yohanes 15:1-8

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
- Yohanes 15:5

Jika berbicara tentang pertumbuhan maka tidak bisa dilepaskan dari adanya proses dan faktor-faktor pendukung terjadinya pertumbuhan itu sendiri. Sebuah tanaman dikatakan bertumbuh jika dalam proses pertumbuhannya, tanaman tersebut menjadi bertambah tinggi, daunnya bertambah lebat, dan menghasilkan banyak buah. Tanaman bisa bertumbuh baik, jika memiliki beberapa faktor yang mendukung, di antaranya memiliki akar yang menancap kuat ke dalam tanah untuk mengalirkan sari-sari makanan dari tanah ke seluruh bagian tanaman. Akar tanaman yang menjalar sampai kedalaman tertentu akan memungkinkan pertumbuhan tanaman terjadi.

Yohanes pasal 15 adalah sebuah perumpamaan dari Tuhan Yesus yang menggambarkan diri-Nya sendiri sebagai pokok anggur yang benar. Tanaman anggur adalah tumbuhan yang sangat dikenal di daerah Israel karena pada masa itu banyak penduduk yang berprofesi sebagai pemilik atau pekerja kebun anggur. Tanaman anggur yang bertumbuh pastilah mengeluarkan ranting yang lebat dari cabang-cabang pohonnya. Ranting harus menempel kepada pokok dari tanaman anggur tersebut agar bisa terus hidup dan menghasilkan buah.
Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur berarti tinggal di dalam Kristus. Tinggal di dalam Tuhan Yesus berarti hidup bergaul dekat dengan diri-Nya dan menghidupi firman Tuhan di dalam keseharian. Orang-orang yang tinggal di dalam Tuhan Yesus pasti akan berbuah lebat. Sama seperti buah pada pohon yang memberi manfaat bagi manusia yang memakan dan menikmatinya, maka panggilan seorang Kristen adalah menghasilkan buah, yaitu buah-buah Roh (Gal. 5:22-23) yang tentunya bermanfaat bagi sesama. Seorang Kristen yang terus menempel kepada Tuhan pasti benar-benar akan menghasilkan buah dan dapat memuliakan Tuhan melalui buah-buah karya yang dihasilkannya.
Saudaraku, apakah Anda sudah bergaul karib dengan Tuhan sehingga mampu memberikan manfaat bagi sesama ataupun bagi kerajaan Allah? Jika Anda rindu hidup Anda menghasilkan karya-karya yang menyenangkan hati Tuhan hendaklah terus bertumbuh di dalam Tuhan Yesus. Dia akan memampukan Anda untuk terus menghasilkan buah-buah dalam kehidupan Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah tinggal tetap di dalam Kristus dengan terus bergaul akrab melalui perenungan dan doa-doa Anda?
Apa manfaat yang sudah Anda berikan kepada sesama dan bagi kerajaan Allah?"
Share:

Jangan Jadi Orang Kristen Pelit

2 Korintus 8:1-15
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.

- 2 Korintus 8:14

Apakah Anda mengenal orang Kristen yang dijuluki si pelit dan tidak peduli dengan orang lain? Sungguh sayang kalau ada orang seperti itu. Hal paling mendasar mengapa orang Kristen jangan menjadi orang pelit, melainkan murah hati yang mau memberikan bantuan adalah ayat 9 berikut, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”

Tuhan Yesus pemilik segalanya rela menjadi manusia untuk menanggung hukuman dosa yang menjijikkan dan terkutuk supaya kita yang miskin, kotor, tidak memiliki apa-apa untuk bisa menyelamatkan diri, dijadikan kaya dan memiliki warisan kekal tak ternilai di surga nan mulia. Orang-orang yang sudah merasakan kekayaan anugerah Kristus seharusnya kaya akan kemurahan. Orang Kristen dipanggil bukan sekadar memberi, tetapi juga tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami saudara seiman.

Rasul Paulus berkata, “Aku mau menguji keikhlasan kasih kamu” (ay. 8). Memberi harus dengan kasih yang ikhlas, bukan karena perintah, tetapi lahir dari hati yang mengasihi. Memberi hendaklah tanpa mengharapkan apa-apa. Keikhlasan memberi karena hanya mau membantu, bukan mengharapkan nama kita yang melambung. Kasih adalah dasar sebuah pemberian, bukan semata-mata kelebihan atau kekayaan. Kita seharusnya tidak menahan- nahan untuk mereka yang memang harus dibantu. Semakin menunda, semakin enggan dan gagal akhirnya kita untuk memberi.

Memberi juga bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi memang jika kita mampu maka bantulah (ay. 12). Jemaat Korintus juga tidak diminta untuk melakukan sesuatu di luar jangkauan, tetapi melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Jika kita dipercayakan berkat Tuhan, berdoalah kepada-Nya untuk diberikan hikmat, siapakah yang bisa kita bantu. Tuhan pasti akan tunjukkan.

Mampu itu bukan soal berkelebihan, tetapi bisa mengambil bagian dalam berbagian. Ketika kita berbagian maka sesuai firman Tuhan kita mendapatkan keseimbangan (ay. 14). Yang lebih mencukupkan yang kekurangan, yang berkekurangan tidak kekurangan. Itulah tubuh Kristus, saling melengkapi satu sama lain. Kalau posisi kita diberkati, kita bukan ditempatkan Tuhan untuk menikmatinya sendiri, tetapi justru untuk bisa melihat lebih banyak kebutuhan yang Tuhan bukakan.

Refleksi Diri:

Mengapa kita sebagai anak Tuhan dipanggil untuk tidak pelit?

Apa yang mau Anda lakukan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain?"

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.