Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Panggilan Yang Mengejutkan

Kejadian 12:1-9

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 

- Kejadian 12:1-2
Kita pasti pernah menemui kejutan di dalam kehidupan, kejadian-kejadian yang tidak pernah diduga. Bagaimana jika kita dipanggil Tuhan untuk sesuatu yang mengejutkan, yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, tetapi harus dilakukan? Apakah kita akan taat pada panggilan-Nya?
Abraham tiba-tiba mendapatkan panggilan dari Tuhan. Panggilannya tidak main-main, ia harus pergi meninggalkan apa yang selama ini menjadi kehidupannya (ay. 1). Sebuah panggilan untuk meninggalkan rumahnya, daerahnya, dan tidak kembali lagi. Hidupnya harus berubah seketika. Ia pasti tidak pernah membayangkan harus mendadak pergi, apalagi kehidupannya di sana sudah baik. Ada banyak pertimbangan matang untuk memulai sesuatu yang baru. Abraham bisa berkata kepada Tuhan, “Tuhan kasih saya waktu yah, saya pikir-pikir dulu. 
Saya diskusi dulu sama Sarai yah Tuhan.” Bukan saja mengejutkan, tetapi juga disertai janji yang luar biasa (ay. 2). Janji yang membuat Abraham bertanya-tanya. Pada saat itu, Abraham berusia 75 tahun dan Sara 65 tahun. Mereka belum memiliki satu anak pun karena Sara mandul (Kej. 11:30). Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi bangsa yang besar? Selain itu, dijanjikan akan membuat nama Abraham masyhur. Artinya, akan ada banyak orang mengenal namanya. Abraham akan go internasional, tampak mengagumkan sekali, bukan? Namun, lagi-lagi bagaimana mungkin itu terjadi? Apa yang harus dilakukan Abraham supaya dikenal dan menjadi berkat? Pada masa itu, belum ada gawai canggih, apalagi sosial media, bagaimana mungkin orang-orang mengenalnya?
Panggilan Abraham bukanlah panggilan biasa, perhatikan penekanannya: panggilan Tuhan adalah supaya Abraham menjadi berkat. Tuhan Yesus telah menebus dan menetapkan kita untuk berjalan dalam panggilan-Nya. Panggilan-Nya bagi kita adalah sama: untuk menjadi berkat. Namun, seringkali banyak anak Tuhan juga berpikir hal tersebut mustahil dilakukan. Akhirnya mereka tidak melakukan apa pun karena memandang diri tidak bisa apa-apa. Panggilan dari Tuhan terkadang mengejutkan karena kita harus memulai sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tetap jalani panggilan Tuhan dengan setia sekalipun tampak mustahil sebab panggilan Tuhan tidak pernah salah.

Refleksi Diri:
Mengapa panggilan Tuhan dalam hidup harus diresponi dengan benar?
Bagaimana sekarang Tuhan menginginkan Anda menjadi berkat? Apa langkah praktis yang Anda lakukan untuk mewujudkannya?
Share:

Makanan Rohani

Matius 4:1-11

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

-Matius 4:4

Manusia tidak pernah lepas dari makanan. Kita memerlukan makanan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas. Kita makan rata-rata tiga kali sehari: pagi, siang, dan malam untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika cukup makan maka saat melakukan pekerjaan, kita akan tetap kuat dan sehat.
Demikian pula dalam hal rohani. Rohani kita memerlukan makanan. Mengapa? Karena rohani kita lemah. Ada banyak perkara di dalam hidup yang bisa membuat kita jauh dari Tuhan. Iman kita pun bisa goyah karena banyak godaan yang dihadapi selama menjalani hidup.
Ayat di atas adalah jawaban Tuhan Yesus tatkala Dia digoda oleh Iblis untuk mengubah batu menjadi roti. Di tengah kelaparan yang sangat karena Yesus sudah berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, roti menjadi godaan terbesar. Jawaban atas kelaparan Yesus hanya satu, yaitu makan. Tidak ada pilihan lain. Jika manusia yang mengalami hal serupa, ia bisa berbuat jahat karena rasa lapar dan keinginan untuk makan yang sangat besar.
Namun, Tuhan Yesus menegaskan bahwa hidup ini bukan sekadar hal jasmani. Ketaatan pada firman Tuhan adalah hal yang terpenting. Jika taat kepada firman, berarti kita juga taat kepada Allah dan Dia akan menyertai serta memberkati kita. Selain itu, Yesus memang tidak mau tunduk terhadap apa yang diperintahkan Iblis. Walaupun saat itu makan adalah hal yang paling masuk akal dan roti menjadi jawaban akan kebutuhan Yesus, tetapi kalau menaati permintaan Iblis, Dia sudah kalah.
Setiap hari kita menghadapi berbagai godaan dan pencobaan. Iblis tidak tinggal diam. Ia tahu kelemahan kita dan tahu kapan kita sedang goyah. Iblis akan menyodorkan jalan keluar atas permasalahan kita yang tampaknya benar, tetapi sesungguhnya, jika kita taat kepadanya maka kita sudah kalah.
Mari menguatkan hidup kita dengan firman Tuhan. Firman akan meneguhkan tatkala kita goyah. Rutinlah membaca dan merenungkan firman seperti kita rutin makan makanan jasmani. Jangan biarkan rohani kita kelaparan karena jika tidak, iman kita mudah goyah. 
Tatkala rutin membaca dan merenungkan firman maka kita akan taat kepada Allah dan percaya akan pemeliharaan-Nya yang ajaib di dalam kehidupan kita.

Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah memberi makan kerohanian Anda dengan cukup?
Apa komitmen yang ingin Anda lakukan dalam hal memberi makanan rohani agar bisa taat kepada Allah?

selamat pagi dan selamat berpesta Rakyat dengan pergi ke TPS untuk Memilih Presiden .sukses sukses go
Share:

Devosi Mendengar

Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” — 1 Samuel 3:10

Sudahkah Anda mendengar suara Allah hari ini? Atau, hanya pada saat-saat tertentu saja? Apa rahasianya? Apa yang menjadi kendala atau rintangannya? Chambers menekankan aspek devosi dalam mendengar (devotion of hearing). Devosi adalah tindakan kasih dengan pengorbanan waktu dan tenaga.

Devosi Mendengar

Hanya karena telah mendengarkan dengan cermat dan sungguh-sungguh kepada satu hal dari Allah bukan berarti bahwa saya mendengarkan semua hal yang diucapkan-Nya. Saya memperlihatkan kepada Allah kurangnya kasih dan hormat saya kepada-Nya dengan ketidakpekaan hati dan pikiran saya pada apa yang dikatakan oleh-Nya. Jika saya mengasihi sahabat saya, secara naluri saya akan memahami apa yang diinginkannya. Yesus berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku ...” (Yohanes 15:14).

Apakah saya tidak menuruti perintah Tuhan minggu ini? Jika saya menyadari bahwa itu perintah Yesus, saya tidak akan dengan sengaja tidak mengindahkannya. Akan tetapi, kebanyakan di antara kita sungguh menunjukkan rasa tidak hormat kepada Allah karena nyatanya kita sama sekali tidak mendengarkan Dia. Seolah-olah Dia tidak pernah berbicara kepada kita.

Sasaran dari kehidupan rohani saya adalah keserupaan (identifikasi) sedemikian rupa dengan Yesus Kristus sehingga saya selalu mau mendengarkan Allah dan mengetahui bahwa Allah selalu mendengarkan saya (lihat Yohanes 11:41).

Jika saya dipersatukan dengan Yesus Kristus, saya mendengarkan Allah sepanjang waktu melalui devosi mendengar (tindakan kasih dan pengorbanan dengan waktu dan tenaga untuk mendengar Allah). Sekuntum bunga, sebuah pohon atau seorang hamba Allah mungkin menyampaikan pesan Allah kepada saya.

Hal yang merintangi pendengaran saya adalah perhatian saya yang tertuju pada hal-hal lain. Bukannya saya tidak ingin mendengar Allah, tetapi saya tidak “devoted” dalam segi-segi yang tepat dari hidup saya. Saya memperhatikan hal-hal lain dan bahkan pada pelayanan dan keyakinan saya sendiri. Allah boleh jadi berbicara hal-hal yang dikehendaki-Nya, tetapi saya tidak mendengarkan Dia. Sikap seorang anak Allah seharusnya selalu, “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar”.

Jika saya tidak mengembangkan dan memupuk devosi mendengar ini, saya hanya dapat mendengar suara Allah pada waktu tertentu saja. Pada saat yang lain saya menjadi tuli terhadap suara-Nya karena perhatian saya tertuju kepada hal-hal lain, yaitu hal-hal yang menurut pendapat saya harus saya lakukan.

Hal ini bukanlah kehidupan seorang anak Allah. Sudahkah Anda mendengar suara Allah hari ini?
Share:

Saudara Bukan Musuh

Mazmur 133

Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! 

- Mazmur 133:1

Konflik di dalam gereja adalah sesuatu yang tak terhindarkan karena satu orang berbeda dengan yang lain. Patut disayangkan jika konflik tidak terselesaikan dan berakhir dengan perpecahan, tidak saling berbicara, bahkan yang terparah menganggap saudara seiman sebagai musuh. Ini terjadi karena seseorang menganggap dirinya lebih penting dari yang lain. Ia merasa ide-ide dan dirinya harus lebih diterima daripada orang lain. Saat kesatuan orang percaya dikorbankan karena keegoisan masing-masing pribadi, ini merupakan hal serius. Kesatuan umat T uhan adalah penting, bukan sekadar duduk bersama di dalam ibadah.
 Mazmur 133 memanggil kembali umat T uhan untuk hidup bersama dalam kesatuan. 
Ayat emas di atas dimulai dengan kata “sungguh” atau bisa juga dikatakan “lihatlah” ada suatu pemandangan, perasaan, dan situasi luar biasa yang mau ditunjukkan oleh pemazmur, yaitu alangkah baik dan indahnya apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.
Kebaikan dan keindahan dari umat Tuhan bukanlah di saat umat menjadi sukses dan besar, memiliki cabang gereja di mana-mana atau memiliki wawasan teologi yang tinggi. 
Kesatuan dan kerukunan terjadi saat umat saling menghargai, tidak memandang rendah yang lain, saling mengampuni dan mengasihi. Ini berarti seorang tidak menganggap dirinya lebih penting dari yang lain di dalam tubuh Kristus.
Tahukah Anda, hal kesatuan ini didoakan dengan sungguh oleh Tuhan Yesus, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yoh. 17:21). Kesatuan umat Tuhan itu penting buat Yesus. Dia mengerti betapa banyaknya tantangan yang bisa memecahkan kesatuan umat. Kristus sendiri turun mempersatukan kita. Yesus memberikan hidup-Nya supaya kita orang-orang berdosa yang ada di dalam Kristus sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah-Nya, ada dalam kesatuan.
Kita disatukan bukan karena selera musik dan hobi yang sama. Bukan pula karena suku yang sama, melainkan karena Tuhan Yesus sendirilah yang mempersatukan kita. Sadarilah bahwa konflik di dalam berelasi sebagai jemaat adalah sesuatu yang tak terhindarkan. 
Namun selalu ingat, Kristus telah mempersatukan kita dengan darah-Nya yang mahal.
Refleksi Diri:

Apakah Anda terlibat konflik yang belum diselesaikan dengan sesama saudara seiman?
Apa langkah konkrit yang ingin Anda lakukan untuk bisa mempererat kesatuan umat Tuhan?
"
Share:

Mata Pelajaran Penderitaan

Ibrani 12:3-13

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? 
- Ibrani 12:7
Apa pelajaran terfavorit Anda ketika bersekolah? Saya rasa setiap kita punya mata pelajaran terfavorit dan pasti berbeda-beda setiap orangnya. Tentu sebaliknya, ada mata pelajaran yang paling tidak kita sukai. Alasan kita tidak menyukainya biasanya karena sulit untuk mempelajari atau menguasai mata pelajaran tersebut.
Perjalanan hidup kita di dunia sebetulnya juga sebuah sekolah kehidupan. Kita bisa belajar banyak mata pelajaran dari kehidupan. Satu pelajaran yang saya rasa tidak semua orang menyukainya, yaitu mata pelajaran penderitaan. Siapa yang suka menderita? Tidak ada. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang senang belajar untuk menderita. Namun faktanya, kita ternyata selalu hidup berdampingan dengan penderitaan. Allah sendiri juga ingin memberikan mata pelajaran penderitaan untuk kita pelajari. Keadaan sulit yang kita alami dan berbagai masalah yang membuat kita merasa ingin menyerah, ternyata menjadi salah satu proses belajar yang Tuhan ajarkan kepada kita.
Dalam Ibrani 2:7, Rasul Paulus berkata, “… kamu harus menanggung ganjaran.” Ganjaran yang dimaksudkan bukanlah hukuman, melainkan disiplin terhadap penderitaan. 
Paulus melihat bahwa penderitaan yang dialami oleh manusia adalah bentuk pelajaran yang Allah berikan kepada manusia. Mengapa? Karena Allah memperlakukan kita sebagai anak-anaknya. Layaknya orangtua yang memberikan ajaran kepada anaknya agar berkembang, demikian juga Allah melakukannya di dalam kehidupan kita. Penderitaan diberikan sebagai pelajaran agar iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus dapat bertumbuh dan semakin kuat.
Pelajaran penderitaan yang diberikan Tuhan tidak selalu mendatangkan sukacita (ay. 11), tetapi yakinlah Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Selain itu, ingatlah ada janji damai sejahtera yang pasti Dia akan berikan kepada setiap kita saat menghadapi penderitaan. Kunci keberhasilan melewati penderitaan adalah tetap bersandar dan beriman teguh kepada Kristus, berjalan lurus sesuai dengan kebenaran firman Allah, serta terus berjuang (ay. 13).
Mulai sekarang, marilah belajar melihat penderitaan sebagai suatu mata pelajaran kehidupan yang sedang Allah berikan bagi kita. Sebuah pelajaran agar kita dapat semakin bertumbuh dalam iman pada kuasa dan penyertaan Tuhan Yesus Kristus. Teruslah bersandar, beriman teguh, dan setia menjalani hidup selaras firman Allah. Ayo saudaraku, siapkan hati untuk menghadapi pelajaran baru!

Refleksi Diri:
Kapan Anda terakhir kali mengalami penderitaan yang sangat menyulitkan Anda? Apa pelajaran yang Anda dapatkan dari penderitaan tersebut?
Bagaimana sekarang Anda akan bersikap jika menghadapi penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi?
"
Share:

Tidak Habis Oleh Masalah

Ratapan 3:21-26

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 

- Ratapan 3:22-23
Kita tidak pernah membaca sebuah puisi yang mengagungkan penderitaan atau melihat sebuah tugu peringatan didirikan untuk mengenang kebaikan dari suatu penderitaan. 
Penderitaan didefinisikan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan sehingga semua orang berusaha menghindarinya. Namun, C.S. Lewis pernah berkata, “Allah berbisik kepada kita dalam kesenangan kita, tetapi Dia berteriak dalam penderitaan kita. 
Penderitaan adalah megafon Allah untuk membangunkan dunia yang tuli.”
Ketika kita menderita, mungkin ada yang bertanya, “Jika Allah itu baik, mengapa Dia tidak mengangkat semua penderitaan kita?” Penulis kitab Ratapan menjawab di ayat 34-36 bahwa memang Tuhan tidak senang melihat umat-Nya menderita. Namun, manusia sesungguhnya membutuhkan tekanan dari sebuah penderitaan bagi kelangsungan hidupnya. 
Senada dengan itu, 1 Petrus 1:6-7 menyatakan bahwa penderitaan dan kesulitan hidup adalah bagian penting dari ujian iman, pembentukan karakter, dan pendewasaan kerohanian orang Kristen. Karena itu, ayat emas di atas menguatkan kita untuk tetap berpengharapan di saat mengalami penderitaan yang bukan disebabkan oleh dosa atau kesalahan sendiri, melainkan karena kepercayaan dalam Kristus (1Ptr. 4:14-16).
Bahasa Ibrani dari kata “berkesudahan” pada ayat emas mempunyai arti terpakai habis atau sampai ke titik penghabisan. Jadi, kasih setia Allah yang besar dan tak pernah habis memampukan kita untuk menghadapi ujian iman setiap hari. Ujian yang dialami mungkin terasa begitu berat, tetapi tidak akan dihabiskan oleh masalah dan penderitaan kita karena kasih setia Allah yang tak berkesudahan selalu menyertai.
Jika mengingat pengalaman saat menderita kanker yang menyakitkan di tahun 2016, saya menyadari betapa seringnya Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada kami sekeluarga. Saya melihat pemeliharaan Tuhan melalui kebaikan dari kerabat, teman-teman, nasihat bijak dari dokter, kecukupan keuangan dan keyakinan dalam hati bahwa suatu hari nanti saya pasti akan pulih kembali. Kasih setia Tuhan nyata dalam hidup saya.
Bila saat ini Anda sedang melewati masa-masa suram dan sulit karena masalah ekonomi, kesehatan, keluarga, dan sebagainya, janganlah putus asa dan kecewa. Anda tidak akan dihabiskan oleh masalah yang dihadapi. Tetaplah memercayai kasih karunia dan pemeliharaan Allah yang setia atas hidup Anda.

Refleksi Diri:
Apa penderitaan yang sedang Anda hadapi saat ini? Bagaimana respons Anda saat menghadapinya? 
Siapa yang Anda cari untuk memperoleh kekuatan dan pertolongan di tengah penderitaan
Share:

Tidak Habis Oleh Masalah

Ratapan 3:21-26

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 

- Ratapan 3:22-23

Kita tidak pernah membaca sebuah puisi yang mengagungkan penderitaan atau melihat sebuah tugu peringatan didirikan untuk mengenang kebaikan dari suatu penderitaan. 
Penderitaan didefinisikan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan sehingga semua orang berusaha menghindarinya. Namun, C.S. Lewis pernah berkata, “Allah berbisik kepada kita dalam kesenangan kita, tetapi Dia berteriak dalam penderitaan kita. 
Penderitaan adalah megafon Allah untuk membangunkan dunia yang tuli.”
Ketika kita menderita, mungkin ada yang bertanya, “Jika Allah itu baik, mengapa Dia tidak mengangkat semua penderitaan kita?” Penulis kitab Ratapan menjawab di ayat 34-36 bahwa memang Tuhan tidak senang melihat umat-Nya menderita. Namun, manusia sesungguhnya membutuhkan tekanan dari sebuah penderitaan bagi kelangsungan hidupnya. 
Senada dengan itu, 1 Petrus 1:6-7 menyatakan bahwa penderitaan dan kesulitan hidup adalah bagian penting dari ujian iman, pembentukan karakter, dan pendewasaan kerohanian orang Kristen. Karena itu, ayat emas di atas menguatkan kita untuk tetap berpengharapan di saat mengalami penderitaan yang bukan disebabkan oleh dosa atau kesalahan sendiri, melainkan karena kepercayaan dalam Kristus (1Ptr. 4:14-16).
Bahasa Ibrani dari kata “berkesudahan” pada ayat emas mempunyai arti terpakai habis atau sampai ke titik penghabisan. Jadi, kasih setia Allah yang besar dan tak pernah habis memampukan kita untuk menghadapi ujian iman setiap hari. Ujian yang dialami mungkin terasa begitu berat, tetapi tidak akan dihabiskan oleh masalah dan penderitaan kita karena kasih setia Allah yang tak berkesudahan selalu menyertai.
Jika mengingat pengalaman saat menderita kanker yang menyakitkan di tahun 2016, saya menyadari betapa seringnya Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada kami sekeluarga. Saya melihat pemeliharaan Tuhan melalui kebaikan dari kerabat, teman-teman, nasihat bijak dari dokter, kecukupan keuangan dan keyakinan dalam hati bahwa suatu hari nanti saya pasti akan pulih kembali. Kasih setia Tuhan nyata dalam hidup saya.
Bila saat ini Anda sedang melewati masa-masa suram dan sulit karena masalah ekonomi, kesehatan, keluarga, dan sebagainya, janganlah putus asa dan kecewa. Anda tidak akan dihabiskan oleh masalah yang dihadapi. Tetaplah memercayai kasih karunia dan pemeliharaan Allah yang setia atas hidup Anda.

Refleksi Diri:
Apa penderitaan yang sedang Anda hadapi saat ini? Bagaimana respons Anda saat menghadapinya? 
Siapa yang Anda cari untuk memperoleh kekuatan dan pertolongan di tengah penderitaan
Share:

Dosa Menahan Kebaikan

Amsal 3:27-28

Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.
- Amsal 3:27
Saya pernah melihat sebuah ilustrasi yang menggambarkan dua orang sedang berinteraksi. Orang pertama sedang kedinginan dan kelaparan, sementara orang kedua memakai jaket tebal dan berjalan sambil membawa makanan. Orang kedua melihat orang pertama sambil berkata, “Kamu lapar ya?” Hanya perkataan tanpa diiringi dengan tindakan memberi. Ia hanya sekadar berkata dan kemudian pergi.
Ilustrasi gambar ini tepat menggambarkan apa yang disampaikan penulis Amsal pada bacaan Alkitab hari ini. Raja Salomo menyampaikan pesan kepada kita bahwa ternyata ada orang-orang yang memikirkan dirinya sendiri tanpa mau peduli keadaan orang lain. Dengan keegoisannya mereka hanya memandang orang lain yang mengalami kesusahan, tanpa memberikan bantuan. Dengan berbagai alasan, mereka menunda untuk melakukan perbuatan baik. Mengapa orang menunda memberikan bantuan? Karena ia memikirkan untung dan rugi, serta memikirkan dirinya terlebih dahulu sebelum memikirkan orang lain.
Ketidakpedulian membuat Tuhan sangat marah. Tuhan tidak suka dengan sikap tidak peduli. Dia menegur keras orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan kebutuhan orang lain. Tuhan meminta kita untuk segera memberikan bantuan dan semampu yang bisa kita lakukan. Alasan utamanya, Tuhan sudah memberkati kita terlebih dahulu maka kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Mungkin orang tersebut sedang dan sudah berdoa kepada Tuhan meminta pertolongan dan kita bisa menjadi alat Tuhan untuk menolongnya. Jangan menghambat karya Tuhan dinyatakan karena kita egois dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Selain itu, jika kita tidak melakukan kebaikan padahal mampu melakukannya maka kita sudah berdosa. Rasul Yakobus di dalam Yakobus 4:17 mengingatkan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”
Marilah belajar peka dan membuka diri terhadap orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan. Biarlah Allah bekerja dan karya-Nya nyata dirasakan oleh mereka melalui diri kita. Jadilah berkat bagi sesama supaya mereka juga bisa merasakan berkat Tuhan di dalam kehidupan. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk taat kepada firman-Nya sehingga Dia dapat memakai kita menyatakan kebaikan-kebaikan-Nya melalui diri kita.

Refleksi Diri:
Siapa orang di sekitar Anda yang Tuhan tempatkan yang membutuhkan bantuan Anda?
Apa kebaikan yang bisa Anda lakukan agar karya Tuhan nyata melalui diri Anda?
Share:

Seperti TUHAN mencintai

Hosea 3:1

Orang percaya, lihatlah ke belakang melintasi pengalamanmu, dan pikirkan bagaimana Allahmu sudah memimpinmu dalam belantara, dan bagaimana Dia sudah memberimu makan dan pakaian setiap hari — bagaimana Dia sudah menanggung perilakumu yang buruk — bagaimana Dia sudah bertahan dengan segala omelanmu dan segala kerinduanmu akan hal-hal kedagingan Mesir — bagaimana Dia sudah membuka batu karang untuk memberi minum, dan memberimu makan dengan manna yang datang dari langit. Pikirkan betapa anugerah-Nya sudah cukup bagimu dalam segala masalahmu — bagaimana darah-Nya sudah menjadi pengampunan dalam segala dosamu — bagaimana tongkat dan gada-Nya sudah menghibur engkau. Ketika engkau sekarang sudah melihat kasih Tuhan ke belakang, sekarang biarkan iman memandang kasih-Nya pada masa depan, karena ingatlah bahwa perjanjian dan darah Kristus mencakup lebih dari masa lampau. Dia yang sudah mengasihi dan mengampunimu, takkan pernah berhenti mengasihi dan mengampuni. Dialah Alfa, dan Dia akan menjadi Omega juga: Dia yang Awal, dan Dia akan menjadi yang Akhir. Karena itu, ingatlah ketika engkau melalui lembah kekelaman, engkau tidak perlu takut bahaya, sebab Dia bersamamu [Mazmur 23:4]. Ketika berdiri dalam aliran dingin sungai Yordan, engkau tidak perlu takut, karena kematian tidak bisa memisahkanmu dari kasih-Nya; dan ketika engkau tiba pada misteri kekekalan, engkau tidak perlu gemetar, "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." [Roma 8:38] Sekarang, hai jiwa, tidakkah kasihmu disegarkan kembali? Tidakkah ini membuatmu mencintai Yesus? Tidakkah melintasi padang kasih yang tak terbatas mengobarkan dan mendorong hatimu untuk bersuka dalam Tuhan Allahmu? Pastilah, ketika kita merenungkan "cinta TUHAN" itu, hati kita berkobar, dan kita ingin lebih mencintai Dia.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.