Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Membuka Rumah Untuk Kristus

Markus 2:13-17

Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
- Markus 2:15

Hospitality sulit diterjemahkan dalam satu kata. Dengan hospitality, seseorang membuka rumahnya bagi teman, tamu, atau bahkan orang asing. Ia suka rela memberikan perteduhan dan menyambut mereka dengan ramah. Hospitality adalah tradisi kuno orang Timur. Salah satu contoh bentuk hospitality yang tercatat di dalam Alkitab adalah ketika Abraham melihat tiga orang asing mendekati kemahnya. Ia menyambut mereka dan bahkan menyembelih ternak untuk menjamu mereka (Kej. 18:1-7). Tanpa disadari Abraham, ia telah menjamu malaikat-malaikat (Ibr. 13:2).
Markus 2:13-17 mencatat bagaimana Lewi mempraktikkan hospitality dengan membuka rumahnya bagi Kristus. Keterbukaan Lewi memberinya kesempatan memperkenalkan Kristus kepada teman-temannya. Yesus selesai mengajar, berjalan melewati rumah cukai dan Dia melihat Lewi, anak Alfeus, duduk di rumah cukai dan memanggilnya, “Ikutlah Aku!” (ay. 14). Panggilan yang singkat, tetapi diresponi dengan ketaatan segera oleh Lewi. Ia bangkit berdiri mengikuti Yesus. Ia bukan saja mengikuti Yesus, tetapi juga mengundang Yesus dan murid-murid-Nya ke rumahnya. Ia lalu mengundang teman-temannya, sesama pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya (ay. 15). Dengan cara ini, ia memperkenalkan mereka yang secara sosial budaya terpinggirkan untuk bertemu dengan Yesus. Hospitality telah mengubahkan banyak orang berdosa untuk mau mengikut Yesus (ay. 15b) Kita sebagai orang yang telah percaya Yesus perlu mempraktikkan hospitality. Di satu sisi hospitality adalah kebajikan Kristiani dan di sisi lain adalah wadah penginjilan yang efektif.
Tidak mudah bagi orang-orang non-Kristen masuk ke dalam gereja, tetapi sangat mungkin mereka ingin bertamu dan masuk ke rumah kita. Saat membuka rumah kita maka ada kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan Injil kepada mereka. Hal ini tidaklah mudah dilakukan. Lewi dan murid-murid Yesus dikritik oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Hari ini kita mungkin menghadapi berbagai tantangan untuk membuka rumah kita, seperti keterbatasan waktu, kesibukan, biaya atau tekanan sosial karena minoritas. Sadarilah, semua itu tidak dapat dibandingkan dengan nilai sukacita saat melihat orang lain menjadi percaya Yesus.

Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah membuka rumah untuk menerima mereka yang belum percaya?
Apa bentuk dan cara-cara lain untuk Anda dapat mempraktikkan hospitality? Doakan dan praktikkan.

segala puji Hanya Kepadamu Ya Tuhan. soliDeo Gloria.
Share:

Bekerja Sama Membawa Jiwa

Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.

- Markus 2:4

Sendiri kita hanya bisa melakukan begitu sedikit. Bersama kita dapat melakukan begitu banyak.” Kalimat ini diucapkan Helen Keller, seorang ahli pendidikan dan aktivis yang matanya buta sejak kecil. Keller menyadari tanpa gurunya, Anne Sullivan, ia tidak akan dapat berbuat banyak karena matanya tidak bisa melihat. Namun, bersama gurunya, mereka menjadi satu tim yang sukses.

Dalam hal mencapai kesuksesan di dunia, kita memerlukan kerja sama. Demikian pula dalam hal membawa jiwa, kita mutlak membutuhkan kerja sama. Bagian firman hari ini menceritakan kerja sama empat orang murid untuk membawa satu temannya yang lumpuh, datang kepada Yesus. Ketika sampai di tempat Yesus berada, mereka mendapati rumahnya penuh sesak dan jalan masuk telah tertutup oleh orang banyak (ay. 2). Keempat orang ini tidak berputus asa. Mereka menggotong temannya ke loteng dan membuka atapnya serta menurunkannya (ay. 4). Kerja sama yang luar biasa dan Yesus pun meresponi positif iman mereka.

Perhatikan kutipan ayat 5 berikut “Ketika Yesus melihat iman mereka,…” Alkitab mencatat Yesus melihat iman mereka (kata ganti jamak). Ini menyatakan bahwa Yesus menghargai kerja sama mereka, iman mereka secara kolektif. Mereka telah bersehati untuk membawa teman mereka yang lumpuh agar secara pribadi dapat bertemu dengan Kristus. Hasilnya luar biasa. Meresponi iman kolektif mereka, Yesus mengampuni dosa orang itu (ay. 5) dan pada akhirnya juga menyembuhkan sakit lumpuhnya (ay. 11-12).

Manusia berdosa akan diselamatkan saat mereka bertemu pribadi dengan Yesus Kristus. Apa yang harus kita lakukan adalah membawa mereka kepada Kristus. Untuk itu, orang-orang percaya harus bekerja sama. Sendiri kita akan melakukan sangat sedikit, bersama kita akan bisa berbuat banyak. Orangtua, yaitu suami dan istri, harus bekerja sama untuk membawa anak-anak mereka kepada Yesus. Rekan-rekan harus bekerja sama membawa teman kerja mereka yang belum percaya dan bertemu secara pribadi dengan Kristus. Mari bersatu hati membawa jiwa.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah merasa putus asa dan tak berdaya untuk membawa seseorang kepada Kristus? Apakah mungkin karena Anda bekerja sendiri?

Siapa saudara seiman yang bersehati dengan Anda untuk bisa diajak kerja sama membawa jiwa kepada Kristus?

Share:

Kamu Akan Kujadikan Penjala Manusia


Markus 1:14-20
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

- Markus 1:17

Ada orang mungkin berpikir, keselamatan identik dengan masuk surga. Apakah benar? Tidak salah, tetapi kurang tepat. Memang benar, di dalam Yesus kita diselamatkan dan pada akhirnya akan ke surga. Namun, masuk ke surga bukan tujuan, melainkan sarana. Layaknya seseorang pergi ke bioskop bukan tujuan, tetapi sarana untuk menonton film. Tujuannya adalah menonton film dan sarananya adalah bioskop.

Demikian pula surga adalah sarana, tetapi tujuannya apa? Tujuan sebenarnya adalah untuk memuliakan Allah dengan menjadi serupa dengan Kristus Tuhan kita. Itulah sebabnya, kita dipanggil pertama-tama bukan untuk ke surga, melainkan untuk menjadi murid Yesus. Inti dari makna keselamatan ini terangkum dalam Amanat Agung yang merupakan perintah untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa dan menjadikan mereka murid-murid Yesus. Kebenaran ini terlihat jelas dalam Markus pasal 1.

Injil Markus mencatat Yesus memulai pelayanan-Nya dengan pemberitaan Injil dan pemanggilan murid-murid. Dia memanggil manusia berdosa untuk bertobat (ay. 15) supaya mereka menjadi murid-murid-Nya (ay. 16-20). Pada awal peayanan Yesus, Dia memanggil dua pasang nelayan, yaitu Simon (Petrus) dan Andreas, serta Yakobus dan Yohanes. Keduanya dipanggil saat mereka sedang bekerja. Simon dan Andreas sedang menebarkan jala mereka (ay. 16), sedangkan Yakobus dan Yohanes sedang membereskan jala mereka (ay. 19). Reaksi mereka semua sama, yakni taat kepada panggilan Yesus. Ketaatan mereka diungkapkan dalam dua bentuk tindakan. Pertama, segera dan tidak menunda-nunda dalam menjawab panggilan-Nya. Kedua, meninggalkan pekerjaan mereka, serta keluarga untuk mengikuti Yesus (ay. 18, 20).

Yesus Kristus, Sang Mesias adalah Putra Allah. Dia memanggil dan memiliki otoritas untuk menuntut setiap manusia memiliki loyalitas penuh dalam mengikuti-Nya. Hari ini pun setiap kita, orang-orang percaya, dipanggil untuk menjadi murid Yesus. Saat Tuhan Yesus memanggil, hendaklah kita jangan menunda-nunda dengan memberikan beragam alasan untuk menunda/menolak panggilannya. Bersikaplah berani meninggalkan semua untuk mengikuti-Nya. Pekerjaan dan keluarga tidak dapat menjadi alasan utama bagi kita untuk tidak taat. Ayo mengikut Dia dan beritakan kabar keselamatan!

Refleksi Diri:

Apakah Anda segera dan tidak menunda-nunda dalam menjawab panggilan Tuhan?

Apa yang menjadi halangan bagi Anda dalam menjawab panggilan Tuhan? Doakan agar Anda berani meninggalkan semua untuk taat kepada-Nya."

terima kasih buat istirahat yang Kau berikan sehingga tubuh sehat dan  baru kembali, untuk beraktifitas di pagi ini. berkati semua yang aku lakukan di pagi ini, semua dalam kendali dan kuasaMu. amin

Share:

Yesus Kristus Putra Allah

Markus 1:1-13

Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;
 - Markus 1:2

Bentara adalah pembantu raja yang bertugas melayani dan menyampaikan titah raja. Pada zaman dahulu, ketika seorang raja akan mengunjungi suatu tempat maka seorang bentara akan diutus mendahuluinya. Ia akan mengumumkan dan mempersiapkan rakyat menyambut kedatangan sang raja. Jika kedatangan seorang raja manusia saja dipersiapkan, bagaimana mungkin kedatangan Sang Mesias, Yesus Kristus, Raja di atas segala raja ke dunia ini tidak disambut dan dipersiapkan dengan baik dan sungguh-sungguh?Tujuan dituliskannya kitab Markus adalah mempresentasikan Yesus Kristus, Sang Mesias, sebagai Anak Allah (ay. 1). Selain itu, Yesus juga Hamba Allah yang menderita untuk penebusan dosa manusia. Oleh sebab itu, berbeda dengan Matius dan Lukas, kitab Markus tidak memuat kisah kelahiran maupun masa kecil Yesus karena penekanannya pada pelayanan dan kesengsaraan Kristus. Markus pasal 1 langsung mencatat tentang kedatangan dan permulaan pelayanan Yesus Kristus. Dia adalah Sang Mesias yang dijanjikan dan kedatangan-Nya harus dipersiapkan (ay. 2-3). Yohanes Pembaptis adalah utusan-Nya untuk menyiapkan jalan bagi-Nya (ay. 4) dengan memberitakan kedatangan-Nya (ay. 7).
Di dalam perikop bacaan hari ini, terdapat tiga kesaksian yang menyatakan Yesus Kristus adalah Putra Allah. Pertama, Yohanes bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah karena Dia yang akan membaptis dengan Roh Kudus (ay. 8). Ini artinya, melahirbarukan hati orang berdosa adalah karya Roh Kudus. Kedua, Allah Bapa bersaksi bahwa Yesus adalah Putra-Nya yang dikasihi-Nya (ay. 11). Kesaksian ini diteguhkan oleh Roh Kudus dan Roh Kudus turun ke atas-Nya (ay. 10). Ketiga, para malaikat pun turut bersaksi dengan pelayanan mereka kepada Kristus (ay. 13).
Kita sebagai murid Kristus juga dipanggil untuk memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, adalah Putra Allah. Kita dapat melakukan beberapa hal berikut: (1)  Turut serta dalam pemberitaan Injil. (2) Merendahkan diri kita di hadapan-Nya seperti yang dilakukan oleh Yohanes. (3) Melayani-Nya seperti yang dilakukan para malaikat. Apakah Anda sudah melakukannya?

Refleksi Diri:

Apakah Anda masih ragu bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah? Apakah Anda mau menundukkan diri di hadapan-Nya?
Apa komitmen yang ingin Anda ambil untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya? Me- nundukkan diri, memberitakan, ataukah melayani-Nya? Doakanlah!

Tuhan Yesus Terima kasih buat waktu pagi ini yang telah kau berikan untuk dapat menikmati pagi yang baru. aku bersyukur buat waktu sabat ini .berikan waktu ini untuk mensyukuri sabat dengan selalu aktif bergereja sehingga  berkatmu menyertai. amin
Share:

Berhasil

“Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” (2Sam 22:31 )

Daud telah mengalami kelepasan dari cengkeraman  semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul hanya oleh perlindungan Allah yang adalah bukit batu, kubu pertahanan dan penyelamatnya.

Sebagaimana halnya dengan Daud, kita pun sudah diselamatkan oleh anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, Anak-Nya.

Kita sekarang sedang diselamatkan dari semua musuh kita yakni Iblis dan dunia ini.

Kita sedang menjalani jalan Tuhan yang sempurna itu, menikmati firman Tuhan yang murni itu dengan melakukannya. Semuanya itu kita alami karena Roh Kudus telah dikaruniakan tinggal dalam kita untuk menolong dan memimpin kita di jalan Tuhan yang sempurna itu.

Tuhan memperlengkapi kita dengan seluruh perlengkapan senjata Allah supaya dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Perlengkapan senjata Allah itu ialah kebenaran, keadilan, pemberitaan Injil damai sejahtera, perisai iman, firman Allah dan doa (Ef 6:11-18).

Dengan demikian kita menikmati janji Tuhan yang menjamin keselamatan kita sampai kita tiba di garis akhir kehidupan dan akan memperoleh anugerah keselamatan yang sempurna yang Tuhan sediakan bagi semua orang yang setia sampai akhir.

Puji Tuhan atas anugerah-Nya yang besar itu.

Tuhan Yesus pagi ini syukur kurasakan. atas semua yang kau berikan. jadikan hidupku berhasil dalam segala aktifitas ku. dan perluaskah daerahku.amin

Share:

Gratis Tapi Berkualitas!

Efesus 2:1-10

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 

- Efesus 2:8-9

Salah satu kata yang dapat membahagiakan setiap orang adalah “gratis”. Kita pasti akan senang jika mendapatkan makan-minum gratis, barang gratis, ataupun kesempatan mendapatkan pengalaman gratis. Apalagi jika gratisan yang diberikan adalah sesuatu yang bagus dan berkualitas, entah benda yang dapat terlihat ataupun pengalaman yang bisa dirasakan, tentu kita akan dengan sukacita mengabarkannya kepada orang lain.
Sebenarnya kita tidak hanya mendapatkan gratisan di tengah dunia ini. Kita justru telah mendapatkan gratisan yang lebih berharga dari yang dunia berikan, yaitu gratisan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Gratisan ini seringkali disebut sebagai kasih karunia atau anugerah.
 Di dalam surat Efesus dituliskan bahwa kita diberikan kasih karunia oleh Allah. 
Keselamatan dalam kasih karunia tersebut dapat diperoleh dengan iman yang dimiliki dalam Yesus Kristus. Menariknya, tidak ada satu pun usaha manusia yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kasih karunia tersebut. Semuanya murni pemberian dari Allah kepada setiap kita.
Gratisan yang Allah berikan bagi kita sangatlah berbeda dengan apa yang dunia berikan. Dunia memberikan gratisan yang bersifat sementara, sedangkan Allah memberikan gratisan yang bersifat kekal. Dunia memberikan gratisan dengan kualitas standar, sedangkan Allah memberikan gratisan dengan kualitas melebihi maksimal. Bagaimana kita meresponi gratisan berkualitas yang telah Allah berikan bagi kita?
Paulus menuliskan, “… kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, ...” (ay. 10). Setiap kita yang telah menerima gratisan kasih karunia dari Allah adalah orang-orang yang diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik. Artinya, dengan anugerah yang diberikan, kita seharusnya menjalani hidup dengan melakukan banyak pekerjaan baik di dalam dunia. Bukan pekerjaan baik demi keuntungan pribadi, tetapi demi kemuliaan nama Allah.
Sudah tersedia gratisan berkualitas bagi kita, mari saatnya kita memaknai anugerah Allah dengan sungguh-sungguh dan mengabarkannya kepada banyak orang. Bukan hanya kabar gratisan dari seseorang yang kita berikan, tetapi kabarkan gratisan kasih karunia Allah yang menyelamatkan hidup kita selamanya.

Refleksi Diri:
Bagaimana Anda memaknai kasih karunia Allah selama ini? Apakah Anda telah menghargainya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab?
Apa pekerjaan baik yang akan Anda lakukan demi kemuliaan Allah?
Share:

Dibenarkan Oleh Iman

Roma 3:21-30

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 

- Roma 3:23-24

Manusia umumnya berpikir dirinya cukup baik dan saleh dengan menaati ritual agamawi yang dianutnya. Manusia meyakini ketaatannya dapat menyelamat-kan dirinya dari hukuman Allah. Padahal tidak seorang pun mampu melakukan kebaikan dan aturan agama secara sempurna atau tanpa cacat cela di hadapan Allah. Allah sesungguhnya menghendaki kita sempurna sama seperti Dia adalah sempurna adanya. 
Jika demikian, siapa yang sanggup memenuhi kualifikasi hidup sempurna seperti Allah dan dinyatakan layak bersama-Nya di surga?
Rasul Paulus pada perikop bacaan menunjukkan argumentasinya tentang fungsi hukum Taurat versus anugerah Allah bagi murid Kristus. Saat itu konteks pembacanya terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi, dimana orang-orang Yahudi Kristen memberikan tekanan kepada pengikut Kristus yang non-Yahudi untuk mengikuti ketentuan Taurat dan tradisi Yahudi, salah satunya untuk disunat. Sunat diyakini dapat menyelamatkan mereka.
Manusia yang berdosa sama sekali tidak dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat atau menaati ritual agama (Rm. 3:4, 10-18, 20). Seandainya manusia dapat menyelamatkan diri sendiri dengan cara melakukan hukum agama atau berbuat amal dan kebaikan maka Yesus tidak perlu datang ke dunia dan mati di kayu salib, bukan? Namun, justru dengan bercermin pada hukum Taurat, keberdosaan manusia akan nampak semakin jelas dan nyata. Paulus mau mengarahkan jemaat di Roma kepada Kristus, yang mengaruniakan iman yang menyelamatkan, “... oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Paulus tidak bermaksud meniadakan hukum Taurat, khususnya hukum moral yang masih berlaku dan wajib diikuti oleh semua murid Tuhan, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Ia menekankan bahwa keselamatan datangnya bukan melalui perbuatan, melainkan oleh iman percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya.
Dengan demikian, setiap kita yang percaya Yesus tidak boleh bermegah atas iman dan keselamatan yang diterima dari Allah (ay. 27). Hendaklah kita tetap rendah hati atas anugerah Allah, serta selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dengan setia melayani-Nya. Hiduplah taat seturut firman Tuhan. Penuhi hati dengan belas kasihan dan mau bergerak pergi memberitakan Injil Kristus kepada jiwa-jiwa yang terbelenggu dosa.

Refleksi Diri:

Mengapa Paulus mengajarkan pembenaran oleh iman dalam Kristus dan bukan oleh melakukan hukum Taurat?
Apakah Anda sudah dibenarkan oleh iman dalam Kristus? Apa buktinya?
"
Share:

Memuliakan Tuhan Dengan Harta

Amsal 3:9-10

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
- Amsal 3:9

Harta sering kali dipandang secara negatif karena ia dapat membuat manusia menjadi sombong dan lupa akan Tuhan. Harta juga dapat membawa manusia pada kejahatan dengan melakukan perampasan, pencurian atau pembunuhan. Bahkan harta juga dapat menjadi tuhan yang disembah dan diutamakan manusia. Namun, Amsal 3:9 menyatakan bahwa melalui harta kita juga dapat memuliakan Tuhan. Melalui harta kita bisa melayani Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi Dia.
Kemudian muncul pertanyaan: Bagaimana cara memuliakan Tuhan dengan harta? Apa sikap yang diperlukan untuk memuliakan Tuhan? Sikap utama yang harus kita miliki untuk memuliakan Tuhan adalah dengan bersyukur senantiasa. Rasa bersyukur menandakan bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian Tuhan kepada kita. Semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan. Kita datang ke dalam dunia tidak membawa apa-apa dan nanti tatkala Tuhan memanggil pulang kembali, kita pun tidak akan membawa apa-apa. Harta memang diperoleh dengan hasil usaha kita, tetapi tanpa Tuhan yang menjadi sumber berkat di dalam hidup, kita tidak akan berhasil dengan usaha kita. Ada orang yang berusaha “setengah mati” berjuang, bekerja dari pagi sampai malam hari, tetapi tidak memiliki harta yang banyak.
Hidup dengan rasa bersyukur justru membuat kita bisa menjadi berkat melalui harta yang dipercayakan Tuhan. Bukan hanya harta kita kembalikan sebagai persembahan di dalam ibadah, tetapi melalui harta, kita bisa ikut membangun rumah Tuhan (gereja), bisa membantu orang-orang yang mengalami kekurangan, menolong yang sakit, memberikan beasiswa bagi yang tidak mampu, dan banyak lagi perbuatan baik. Saya percaya, masih banyak yang bisa kita lakukan melalui harta yang kita miliki
Janji Tuhan bagi yang setia melayani melalui harta akan terus diberkati Tuhan. Sama seperti pipa air yang dipakai menjadi saluran air, air akan terus mengalir untuk diteruskan sampai kepada tujuannya. Hidup kita adalah saluran berkat Tuhan. Dengan harta yang Tuhan titipkan kepada kita, marilah kita pakai untuk menjadi alat kemuliaan-Nya. Biarlah orang yang kita bantu dapat memuji kebesaran Tuhan Yesus Kristus melalui hidup kita yang selalu bersyukur atas segala berkat dan kebaikan-Nya di dalam hidup kita.

Refleksi Diri:
Bagaimana pandangan Anda selama ini mengenai harta? Apakah harta sebagai tuhan Anda atau alat untuk memuliakan Tuhan?
Apa yang bisa Anda lakukan dengan harta yang Anda miliki untuk menjadi saluran berkat Tuhan?
Share:

Gratis Tapi Berkualitas!

Efesus 2:1-10

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 

- Efesus 2:8-9

Salah satu kata yang dapat membahagiakan setiap orang adalah “gratis”. Kita pasti akan senang jika mendapatkan makan-minum gratis, barang gratis, ataupun kesempatan mendapatkan pengalaman gratis. Apalagi jika gratisan yang diberikan adalah sesuatu yang bagus dan berkualitas, entah benda yang dapat terlihat ataupun pengalaman yang bisa dirasakan, tentu kita akan dengan sukacita mengabarkannya kepada orang lain.
Sebenarnya kita tidak hanya mendapatkan gratisan di tengah dunia ini. Kita justru telah mendapatkan gratisan yang lebih berharga dari yang dunia berikan, yaitu gratisan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Gratisan ini seringkali disebut sebagai kasih karunia atau anugerah.
 Di dalam surat Efesus dituliskan bahwa kita diberikan kasih karunia oleh Allah. 
Keselamatan dalam kasih karunia tersebut dapat diperoleh dengan iman yang dimiliki dalam Yesus Kristus. Menariknya, tidak ada satu pun usaha manusia yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kasih karunia tersebut. Semuanya murni pemberian dari Allah kepada setiap kita.
Gratisan yang Allah berikan bagi kita sangatlah berbeda dengan apa yang dunia berikan. Dunia memberikan gratisan yang bersifat sementara, sedangkan Allah memberikan gratisan yang bersifat kekal. Dunia memberikan gratisan dengan kualitas standar, sedangkan Allah memberikan gratisan dengan kualitas melebihi maksimal. Bagaimana kita meresponi gratisan berkualitas yang telah Allah berikan bagi kita?
Paulus menuliskan, “… kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, ...” (ay. 10). Setiap kita yang telah menerima gratisan kasih karunia dari Allah adalah orang-orang yang diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik. Artinya, dengan anugerah yang diberikan, kita seharusnya menjalani hidup dengan melakukan banyak pekerjaan baik di dalam dunia. Bukan pekerjaan baik demi keuntungan pribadi, tetapi demi kemuliaan nama Allah.
Sudah tersedia gratisan berkualitas bagi kita, mari saatnya kita memaknai anugerah Allah dengan sungguh-sungguh dan mengabarkannya kepada banyak orang. Bukan hanya kabar gratisan dari seseorang yang kita berikan, tetapi kabarkan gratisan kasih karunia Allah yang menyelamatkan hidup kita selamanya.

Refleksi Diri:
Bagaimana Anda memaknai kasih karunia Allah selama ini? Apakah Anda telah menghargainya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab?
Apa pekerjaan baik yang akan Anda lakukan demi kemuliaan Allah?
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.