Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Menjadi Bebal atau Benar?

Mazmur 14 

Pepatah: "Setiap kali telunjuk menunjuk orang lain, tiga jari lain menunjuk kepada diri sendiri" mengajari kita untuk tidak cepat menghakimi sesama.
Saat membaca ayat pertama dalam mazmur ini, kita mungkin dengan cepat mengangkat jari penghakiman kepada sekelompok orang. Orang-orang bebal bersalah karena mereka menyangkali keberadaan Allah.
Namun, ayat-ayat berikutnya mengejutkan kita dengan fakta bahwa sesungguhnya kita semua sama seperti orang bebal itu. Semua manusia telah menolak Tuhan, menyeleweng, dan berlaku bejat (2-3).
Pemazmur kemudian memperlihatkan dikotomi. Pada satu sisi terdapat orang-orang bebal, yaitu pelaku kejahatan dan kekejaman yang akan gentar di hadapan Tuhan. Pada sisi lain, ada orang-orang benar, yang disertai dan dilindungi Tuhan (4-6).
Pertanyaannya, bila semua manusia dikatakan telah berdosa, siapakah orang-orang benar ini? Mereka adalah umat yang dibenarkan Tuhan secara cuma-cuma. Mereka dibenarkan oleh iman dalam janji keselamatan-Nya.
Kini di sisi manakah kita berdiri saat ini? Apakah kita termasuk kelompok orang bebal atau orang benar?
Janji dan peringatan di dalam mazmur ini seharusnya mendorong kita untuk mengambil pilihan yang tepat. Orang-orang benar senantiasa dilindungi Tuhan, tetapi para penindas dan pelaku kejahatan menerima ganjaran hukuman, bahkan sewaktu mereka masih hidup di bumi. Sayangnya, banyak orang lebih tertarik untuk menikmati hasil dari menindas orang lain.
Beberapa orang memeras dengan memanfaatkan profesinya sebagai abdi negara. Ada pengusaha yang memanipulasi harga pasar untuk memaksa konsumen membayar lebih. Ada pula aparat hukum yang meminta komisi ilegal dari korban kejahatan. Mungkinkah kita salah satu pelakunya?
Firman Tuhan memanggil kita untuk bertobat. Ini bukan saatnya untuk mengangkat satu jari dan menunjuk, melainkan untuk melipat jari untuk berdoa dan mengaku di hadapan Tuhan. Ia akan memulihkan keadaan orang yang bertobat dan mengakui dosanya. 

Pagi ni Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. 
Berkat sukacita. 
Berkat Damai Sejahtera. 
Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. 
Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. 
Toko mu.
Usaha mu. 
Kantor mu
Rumah mu. 
Keluarga mu.
Pelayanan mu. 
Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Mata Bercahaya karena Ada Harapan

Mazmur 13 

Mungkinkah Tuhan melupakan orang pilihan-Nya? Mungkinkah Ia menyembunyikan wajah-Nya dari orang benar seperti Daud?

Daud sempat merasa dilupakan Allah ketika ia menghadapi masalah yang tak kunjung selesai. Sumber masalah itu adalah musuhnya. Mengikuti naluri manusiawinya, Daud mempertanyakan kapan pertolongan Allah akan tiba. Empat kali ia bertanya: "Berapa lama lagi ...?" (2-3).

Karena itu, Daud memohon kepada Allah. Dalam doanya, ia tidak meminta harta, takhta, atau status, melainkan harapan. Katanya: "Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati ..." (4). Harapannya dilandasi pada kasih setia Allah (6).

Masalah yang menyesakkan hati Daud belum pergi. Namun, ia telah "bersorak-sorak" dan ia mau "menyanyi untuk TUHAN" (6). Mengapa? Karena imannya telah disegarkan dan harapannya dibangkitkan. Inilah sesungguhnya yang paling kita butuhkan untuk bertahan hidup: harapan.

Dalam sebagian besar situasi kehidupan yang pelik, kita lebih membutuhkan harapan daripada uang. Secercah harapan lebih bernilai daripada seribu keping emas. Asalkan ada harapan, seseorang memiliki alasan untuk berjuang dan bertahan hidup sampai besok.

Namun, harapan yang kita butuhkan bukan harapan yang sembarangan. Manusia membutuhkan harapan pada kehidupan setelah kematian, jaminan bahwa kita akan hidup bahagia setelah mati. Harapan ini adalah "sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita" (Ibr 6:19). Jaminan ini hanya terdapat pada Tuhan Yesus Kristus.

Apakah Anda sedang menghadapi masalah yang tak kunjung selesai? Apakah krisis dalam keluarga Anda seperti rintangan yang tiada berkesudahan? Mari kita menyikapinya dengan terus berharap pada kasih setia Allah. Kalaupun kita merasa sulit untuk terus berharap pada hari-hari ini, kita bisa berdoa mengikuti kata-kata Daud, "Buatlah mataku bercahaya".

Biarlah mata kita terus bercahaya karena harapan yang selalu kita tujukan kepada Tuhan, kepada Dia yang tak pernah mengecewakan.

Share:

Bertahan di Jalan Tuhan

Mazmur 12 

Kejahatan rasanya benar-benar menjadi parah. Orang tidak segan ataupun malu mengorbankan sesamanya demi hasrat pribadinya. Manipulasi dan kecurangan lazim dilakukan. Celakanya, sebagian orang percaya juga melakukannya.
Pemazmur melihat hal itu terjadi di sekitarnya. Ia melihat banyak orang saleh berubah menjadi tidak setia
Mereka saling berdusta, berkata manis tetapi berhati licik (3). Dalam zaman akhir ini, godaan memang makin kencang menerpa orang percaya. Kebenaran makin tersamarkan dengan tipu muslihat. Maka, Tuhan mengingatkan umat untuk senantiasa berjaga-jaga (bdk. Mrk 13:5-13, 33-37); itulah yang menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang datang. Melihat fenomena yang terjadi, pemazmur memanjatkan doa kepada Tuhan dengan berpegang pada tindakan penghakiman Tuhan yang penuh kuasa dan kasih (4-6), serta janji Tuhan yang sudah teruji (7). Ia akan menepati setiap janji-Nya untuk menjaga orang-orang yang hidup benar di hadapan-Nya (8). Pemazmur gelisah melihat orang-orang saleh yang justru tidak lagi hidup dalam kebenaran. Firman Allah digantikan dengan hasrat pribadi mereka. Asal itu menguntungkan bagi mereka, hal itulah yang dilakukan tanpa pernah memikirkan Tuhan yang lebih berkuasa atas mereka.
Pemazmur menyandarkan harapan-Nya pada Tuhan bahwa Ia akan membalikkan keadaan dan menjaga orang-orang saleh yang hidup berdasarkan firman-Nya. Tuhan akan memberikan perlindungan bagi mereka dan membentengi mereka dari orang-orang fasik yang meninggalkan kebenaran.
Pada akhirnya, setiap orang percaya diundang untuk tetap memegang teguh firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan kita tergoda untuk meniru cara hidup orang-orang fasik. Jalan yang benar tentunya sulit, tetapi tetaplah teguh karena Allah berada bersama mereka yang terus berjalan dalam kebenaran-Nya.
Bahkan, kita pun terus diundang untuk memancarkan terang kasih Tuhan, agar mereka yang lengah dan berbelok ke jalan yang salah dapat kembali kepada kasih Tuhan yang memulihkan.
Share:

Angan Risau Melihat Orang Fasik

Mazmur 10 

Manusia pada zaman mana pun tak lepas dari gaya hidup materialistis. Demi memenuhi kelimpahan materi banyak orang mencapainya dengan cara yang salah, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain. Sering kali kita bertanya-tanya, mengapa mereka justru terlihat hidup nyaman dan aman?

Keadaan seperti itu juga terjadi pada zaman pemazmur. Orang-orang benar dikelilingi oleh orang-orang fasik. Mereka selalu memburu orang tertindas (2a), membanggakan keinginan hatinya, serta mengutuki dan menista Tuhan (3). Mereka menganggap Allah itu tidak ada, sehingga tidak akan ada yang menuntut mereka (4, 13). Geram rasanya melihat orang-orang fasik ini, tetapi ada alasan mengapa kita tidak perlu risau.

Penghakiman Tuhan pasti akan terjadi karena Dia adil dan Raja yang kekal (16). Kuasa-Nya mengatasi langit dan bumi beserta segala isinya. Ia mendengarkan jerit tangis mereka yang tertindas dan mendatangkan keadilan bagi yang terinjak-injak (17-18).

Mazmur ini mengimbau orang percaya untuk tidak risau atas kenyamanan semu yang dialami oleh orang-orang fasik. Bergantunglah pada Tuhan semata karena Ialah yang akan memberi pertolongan.

Sesungguhnya kita tengah diundang untuk memercayai Tuhan dengan sepenuh hati, bahkan di tengah ketidakadilan yang terpampang nyata sekalipun, karena Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia tahu waktu yang tepat untuk menyatakan kedaulatan-Nya kepada umat manusia, termasuk mendatangkan teguran keras bagi mereka yang tidak mengindahkan Tuhan dalam perkataan maupun perbuatannya.

Marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar memampukan kita untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan. Tetaplah teguh memegang perintah-Nya meskipun banyak orang tidak lagi menghiraukannya. Terkadang menjadi orang benar terasa seperti ikan yang berenang melawan arus, tetapi itulah yang harus diperjuangkan oleh orang percaya. Sesungguhnya, fokus hidup kita terletak pada kekekalan bersama-Nya, bukan pada kenikmatan sementara di dunia ini.

Share:

Allah Berpihak kepada Orang Benar

Mazmur 9 

Penindasan menjadi problematika abadi yang dihadapi oleh manusia. Sejak zaman dahulu, manusia saling menindas dan menekan sesamanya, tidak terkecuali orang terdekat atau bahkan saudara sendiri.

Tuhan yang digambarkan oleh pemazmur dalam mazmur ini adalah Allah yang maha tinggi dan mahakuasa, yang mencintai keadilan. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran (9). Siapakah yang akan dihukum-Nya? Orang-orang fasik yang menginjak-injak sesamanya. Maka dari itulah, Tuhan menjadi sumber perlindungan bagi mereka yang terinjak-injak dan mengalami kesesakan (10).

Penghakiman Tuhan berlaku bagi semua bangsa. Mereka yang menindas sesamanya tidak akan didiamkan-Nya, karena Tuhan mendengar jeritan orang yang tertindas (13).

Atas kenyataan iman yang demikianlah, pemazmur mengajak segenap umat untuk berbalik kepada-Nya. Jikalau umat tetap menjadi orang benar, meskipun ia berada di tengah penindasan, ia akan mengalami perlindungan-Nya yang begitu nyata. Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang dengan segenap hati mengenal dan mencari-Nya (11). Bersyukurlah dan bermazmurlah senantiasa karena Tuhan selalu bertindak bagi mereka yang benar.

Dalam keadilan Tuhan yang demikianlah, seharusnya orang percaya juga disadarkan dalam kehidupan-Nya. Jika Tuhan yang kita sembah adalah sosok yang maha adil dan mencintai kebenaran, sudah sepantasnya apabila kita juga senantiasa mengupayakan keadilan bagi mereka yang tertindas.

Pada sisi yang lain, firman yang kita refleksikan saat ini juga menjadi kekuatan bagi kita yang mungkin saat ini tengah mengalami penindasan serta ketidakadilan. Teguhlah di dalam Tuhan karena Ia mendengarkan tangisan dan harapan kita.

Marilah kita senantiasa bersyukur dan bermazmur bagi-Nya karena Tuhan adalah sumber pertolongan kita. Satu hal yang terpenting adalah kita tetap berada di jalan yang Tuhan kehendaki, karena Ia berada di sisi orang-orang benar. [WDN]

Share:

Siapakah Aku di Hadapan-Mu?

Mazmur 8 

Bagaimana kita menjawab: "Siapakah aku sesungguhnya?" sangat menentukan kehidupan kita. Banyak insan tersesat menjalani hidupnya karena ia tidak tahu identitasnya. Ada yang meletakkan identitasnya pada apa yang ia miliki, pandangan orang lain terhadap dirinya, atau pada kekuasaan yang dimilikinya. Padahal, semua itu tidak dapat mendefinisikan hakikat manusia sesungguhnya. Lantas siapakah manusia itu?

Mazmur 8 menjawab dengan tegas bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan. Jika dibandingkan dengan semesta, sesungguhnya manusia bukanlah siapa-siapa (4-5).

Karena itu, pemazmur memanggil umat untuk memuliakan Tuhan. Kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi (2). Bahkan, di tengah kekerdilan manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya, Tuhan berkenan untuk menjadikan manusia segambar dan serupa dengan-Nya (6). Dalam bahasa teologis, kondisi tersebut diistilahkan dengan imago dei. Oleh karena itulah, manusia diberi kuasa untuk memelihara dan mengelola alam ini secara bijaksana (7-9).

Sungguh menarik untuk melihat cara pemazmur menjawab perenungan akan identitas diri. Melalui mazmur ini, kita diajar bahwa pertanyaaan tentang "siapakah kita?" tak bisa lepas dari pertanyaan: "siapakah kita di hadapan Tuhan?" Kita adalah ciptaan yang begitu kecil jika dibandingkan dengan semesta, tetapi Ia berkenan untuk menciptakan kita segambar dan serupa dengan-Nya serta mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.

Fakta ini seharusnya membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati. Jati diri kita hanya ditentukan pada apa yang Tuhan katakan tentang kita dan bagaimana kita melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia ciptaan-Nya ini.

Maka, janganlah risau apabila identitas kita tidak sesuai dengan definisi dunia ini. Apalah artinya identitas menurut standar dan ukuran dunia, jika ternyata kita tidak menyadari identitas kita sebagai ciptaan dan anak-anak Tuhan. Sadarilah siapa diri kita di hadapan Tuhan, lalu jalanilah hidup sesuai dengan identitas yang Tuhan berikan itu. 

Share:

Allah yang Maha Hadir

Mazmur 7 

Kita mungkin pernah diperlakukan secara tidak adil, dan itu menyakitkan. Besar hasrat hati untuk membalas, tetapi dalam hasrat yang menggebu itu ada bisik hati yang mengingatkan bahwa ditegakkannya keadilan adalah bagian dari kedaulatan Tuhan.
Pemazmur pun mengalami ketidakadilan. Ia menyadari bahwa dalam ketidakberdayaan yang dirasakannya, hanya Tuhan yang menjadi sumber perlindungan (2-3). Di dalam Tuhan ada keselamatan sejati.
Menariknya, pemazmur juga melakukan introspeksi diri (4-6). Apabila ia juga melakukan kelaliman dan ketidakadilan, Tuhan juga akan menimpakan hukuman kepadanya. Sering kali kita menganggap bahwa pihak lain berbuat tidak adil, tetapi pada saat yang sama pernahkah kita bertanya apakah kita telah berlaku adil dan penuh kasih kepada sesama? Jangan-jangan kita melakukan hal yang sama.
Tuhan memang penuh kasih, tetapi Ia juga mahaadil. Mazmur 7 menggambarkan Allah sebagai Hakim yang adil. Orang benar akan dibela-Nya, sementara orang lalim akan mendapat ganjarannya (10). Gambaran keadilan Allah diungkapkan pemazmur melalui gambaran tentang Allah yang mengasah pedang dan melenturkan busurnya seperti pejuang yang akan maju ke medan perang (13-15). Dunia mungkin diam di hadapan mereka yang lalim, tetapi Allah pasti akan bertindak. Demikianlah keyakinan yang diserukan pemazmur.

Pada akhir pasal ini, diungkapkan bahwa Tuhan bertakhta dalam keadilan dan keagungan (18). Tidak ada yang luput dari pengadilan-Nya, maka sudah menjadi tugas setiap umat untuk berlaku adil terhadap sesama.

Ketidakadilan memang akan terus terjadi, tetapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam atas mereka yang melakukannya. Maka dari itu, penting bagi orang percaya untuk tidak ikut dalam arus dan godaan dunia yang membenarkan, apalagi melazimkan, perilaku tidak adil dan manipulatif terhadap sesama. Jika kita tahu rasanya diperlakukan secara tidak adil, sudah seharusnya kita senantiasa berlaku adil kepada sesama dan memperjuangkan keadilan itu! [WDN]
Share:

Tuhan Telah Mendengarkanku

Mazmur 6 

Rasanya tidak ada satu manusia pun yang lepas dari pergumulan. Satu pergumulan selesai, kita diperhadapkan lagi dengan pergumulan lainnya. Kadang semua itu terasa sangat melelahkan, lalu kita bertanya kepada Tuhan, "Kapan semua ini berakhir?" Dalam ratapan itu, kita tersadar bahwa hanya Tuhanlah yang dapat membebaskan kita.

Demikianlah ungkapan keyakinan pemazmur. Jika kita membaca sekilas, akan tebersit sangkaan bahwa syair ini adalah bentuk keraguan kepada Tuhan. Namun, sesungguhnya ini adalah sikap berserah penuh pemazmur kepada Tuhan. Terlihat dalam ayat 3-4, ada permohonan belas kasihan dari pemazmur kepada Tuhan.

Apakah segala pergumulan terjadi karena murka Tuhan? Itulah yang dimohonkan pemazmur (2), tetapi tidak ada konfirmasi dari Tuhan. Tangisan dan ratapan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan pemazmur. Selalu muncul pertanyaan, " ... TUHAN, berapa lama lagi?" (4). Apakah ratapan ini menandakan bahwa ia tidak beriman? Rupanya bukan demikian; memang sang pemazmur meratap, tetapi ia tak pernah meninggalkan Tuhan. Dalam tangis dan keluhnya ia tetap menggantungkan pengharapan kepada Tuhan semata. Ia yakin bahwa Tuhan akan menolongnya.

Pada akhirnya, pertolongan Tuhan pasti akan datang. Tangisan umat yang berharap kepada-Nya pasti didengar oleh-Nya. Dengan lantang pemazmur memproklamasikan bahwa Tuhan telah mendengar permohonannya (10).

Kita mungkin pernah berada pada titik rendah seperti yang dialami pemazmur. Tangisan tertumpah tiap malam. Kesedihan dan ratapan menjadi bagian dari hari-hari kita. Jika kita pernah atau saat ini sedang berada pada fase tersebut, teruslah berjuang serta berharap kepada Tuhan. Tetaplah datang kepada-Nya sekalipun dalam titik terberat kehidupan kita seolah-olah Dia tidak terlihat. Jangan pernah sekalipun meninggalkan-Nya.

Mungkin kita merasa bahwa Tuhan diam, tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah Tuhan dengan saksama mendengarkan keluh kesah kita. [WDN]

Share:

Perjuangan Pasca Kebangkitan

Markus 16:9-20 

Untuk bisa percaya apalagi berserah kepada Tuhan, ternyata tidak mudah. Kedegilan hati adalah akar penyebabnya.
Kesaksian para saksi hidup tidak cukup membuat para murid untuk percaya akan kebangkitan Tuhan (11, 13). Hal ini sangat disayangkan mengingat mereka adalah orang-orang terdekat Tuhan Yesus.
Kebangkitan Tuhan adalah puncak karya-Nya di dunia. Melalui peristiwa kebangkitanlah, cinta kasih ilahi dinyatakan. Tidak berhenti di situ, cinta kasih terus berlanjut sebagai penyangga kehidupan. Sedemikian pentingnya perayaan cinta kasih di balik kebangkitan Tuhan.
Karena itu, tidak semestinya peristiwa kebangkitan tersebut diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh para murid. Tanpa kebangkitan Tuhan, kasih-Nya kepada dunia ini akan berakhir dengan sia-sia (bdk. 1Kor 15:17). Kebangkitan Tuhan adalah wujud nyata dari kemenangan cinta kasih ilahi atas dunia kematian.
Sungguh aneh jadinya kalau untuk penyataan yang telah berulang kali Tuhan katakan, para murid melupakannya. Mereka tidak percaya kepada cerita teman-teman mereka sendiri akan kebangkitan Tuhan yang telah nyata.
Kesaksian harus diperjuangkan supaya tidak kalah dengan sikap tak percaya. Itulah kisah perjuangan pasca kebangkitan yang pertama-tama dikerjakan Tuhan dengan menampakkan diri kepada para murid (12, 14).
Kisah terus berlanjut hingga para murid mendapatkan peneguhan demi peneguhan atas pewartaan-Nya, bahwa kebangkitan Tuhan adalah hal yang pasti, yang sudah sepatutnya dipercaya. Kebangkitan inilah yang akan menjadi penanda utama tentang eksistensi cinta kasih Allah. Kuasa-Nya atas segala kuasa, bahaya, dan kematian sudah tidak diragukan lagi.
Sebagai umat-Nya yang telah diselamatkan melalui kebangkitan-Nya, hendaklah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus telah benar-benar bangkit! Hendaklah kita tak henti-hentinya bersaksi bahwa kebangkitan-Nya menyelamatkan kita!.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.