Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Menyala-nyala oleh Kebangkitan

Mazmur 16 

Ada kalanya mutiara yang sangat berharga ditemukan di tempat yang tak terduga.

Kebangkitan yang ajaib dijabarkan dalam kitab puisi Perjanjian Lama, mazmur ini. Daud mengungkapkan kepercayaannya bahwa orang benar tidak akan berakhir di dalam maut (10). Kelak ia akan dibangkitkan untuk menerima sukacita dan kenikmatan kekal (11). Ini karena Tuhan menjadi tempat perlindungan, kebahagiaan, serta warisan dan pialanya (1-2, 5).

Pada kemudian hari Petrus dan Paulus mengutip sebagian dari mazmur ini untuk membuktikan bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari antara orang mati (Kis 2:25-28; 13:35). Jadi, kebangkitan-Nya telah dinubuatkan di dalam mazmur Daud.

Seberapa penting doktrin kebangkitan ini? Kita mungkin akrab dengan lirik pujian: "Sebab Dia hidup, ada hari esok". Namun, apakah semangatnya terus bertahan di luar Paskah? Apakah fakta kebangkitan Yesus membuat kita menjalani hari-hari dengan sukacita?

Kita belajar satu teladan yang penting dari Daud. Ia tidak melihat fakta kebangkitan Kristus sebab memang ia hidup pada zaman yang berbeda. Ia sendiri pun belum mengalami kebangkitan dari kematian. Ia baru menerima janji-janji tentang kebangkitan, tetapi itu telah mengubahkan kepribadian dan cara hidupnya.

Betapa lebih lagi seharusnya kita bersukacita karena apa yang kita miliki sekarang bukan lagi janji, melainkan fakta akan kebangkitan Yesus Kristus. Fakta ini seharusnya menjungkirbalikkan setiap kehidupan yang suam-suam kuku. Dahulu dua belas murid mengalaminya; kini giliran kita.

Maukah Anda menyala-nyala oleh sukacita berita kebangkitan Kristus? Jika ya, jangan biarkan semangat itu hanya menyala pada masa Paskah.

Buatlah komitmen untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Kristus telah bangkit. Sebab Dia bangkit dan hidup, kita pun akan hidup untuk selamanya. Jika kita akan hidup untuk selamanya, mengapa khawatir selama kita ada di dunia ini? Masalah dan kekhawatiran tidak lagi merampas sukacita. Apa pun yang telah dan akan terjadi, Kristus telah bangkit!

Share:

Siapa yang Tak Bercela?

Mazmur 15 

Sebuah pertanyaan mengenai syarat kadang mewakili keinginan yang tersirat.

Daud mengajukan sejumlah pertanyaan menyangkut syarat dalam sebuah dialog imajiner antara dia dengan Tuhan. Kerinduan terdalamnya adalah tinggal di dalam hadirat Tuhan. Ia ingin tahu siapa yang boleh tinggal dalam hadirat-Nya (1).

Ada sepuluh ciri yang dideskripsikan Daud, termasuk melakukan apa yang adil, mengatakan kebenaran, dan berpegang pada sumpah (2-5). Semua itu terangkum dalam satu klausa yang penting. Dikatakan bahwa orang yang boleh tinggal dalam hadirat Tuhan adalah "dia yang berlaku tidak bercela" (2). Siapa yang memenuhi syarat tersebut "tidak akan goyah selama-lamanya" (5b).

Pertanyaan yang harus diajukan di sini adalah siapakah manusia yang tak pernah bercela selama hidupnya? Siapakah yang selalu berlaku adil, berkata benar, dan menepati janji? Semua manusia pernah melakukan kebalikannya. Sebagaimana dikatakan dalam pasal sebelumnya, "semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik" (Mzm 14:3).

Hanya orang yang telah dibenarkan Tuhan yang benar-benar tidak bercela. Ketika Tuhan menghapus dosa seseorang, maka sucilah seluruh hidupnya. Kemah-kemah di surga menanti orang-orang yang telah disucikan di dalam Kristus Yesus. Inilah penghiburan kita.

Kenyataan ini patut disyukuri melalui perbuatan yang nyata. Kita mensyukuri anugerah keselamatan Tuhan dengan perlakuan yang adil, perkataan yang benar, dan cara hidup sesuai janji kita kepada Tuhan. Inilah yang membedakan iman Kristen dengan agama-agama dunia. Kita melakukan kebajikan bukan supaya kita disucikan, melainkan karena kita sudah disucikan. Kita berbuat baik karena kita bersyukur.

Mari pastikan hidup kita yang telah disucikan tidak lagi bercela. Dengan kuasa dari Roh Kudus, kita membulatkan tekad untuk mempertahankan sepuluh ciri yang diamanatkan di dalam mazmur ini. Berusahalah untuk mengerjakannya setiap hari. Jangan berkecil hati! Calon penghuni kemah surgawi tidak akan goyah untuk selamanya.

Share:

Menjadi Bebal atau Benar?

Mazmur 14 

Pepatah: "Setiap kali telunjuk menunjuk orang lain, tiga jari lain menunjuk kepada diri sendiri" mengajari kita untuk tidak cepat menghakimi sesama.
Saat membaca ayat pertama dalam mazmur ini, kita mungkin dengan cepat mengangkat jari penghakiman kepada sekelompok orang. Orang-orang bebal bersalah karena mereka menyangkali keberadaan Allah.
Namun, ayat-ayat berikutnya mengejutkan kita dengan fakta bahwa sesungguhnya kita semua sama seperti orang bebal itu. Semua manusia telah menolak Tuhan, menyeleweng, dan berlaku bejat (2-3).
Pemazmur kemudian memperlihatkan dikotomi. Pada satu sisi terdapat orang-orang bebal, yaitu pelaku kejahatan dan kekejaman yang akan gentar di hadapan Tuhan. Pada sisi lain, ada orang-orang benar, yang disertai dan dilindungi Tuhan (4-6).
Pertanyaannya, bila semua manusia dikatakan telah berdosa, siapakah orang-orang benar ini? Mereka adalah umat yang dibenarkan Tuhan secara cuma-cuma. Mereka dibenarkan oleh iman dalam janji keselamatan-Nya.
Kini di sisi manakah kita berdiri saat ini? Apakah kita termasuk kelompok orang bebal atau orang benar?
Janji dan peringatan di dalam mazmur ini seharusnya mendorong kita untuk mengambil pilihan yang tepat. Orang-orang benar senantiasa dilindungi Tuhan, tetapi para penindas dan pelaku kejahatan menerima ganjaran hukuman, bahkan sewaktu mereka masih hidup di bumi. Sayangnya, banyak orang lebih tertarik untuk menikmati hasil dari menindas orang lain.
Beberapa orang memeras dengan memanfaatkan profesinya sebagai abdi negara. Ada pengusaha yang memanipulasi harga pasar untuk memaksa konsumen membayar lebih. Ada pula aparat hukum yang meminta komisi ilegal dari korban kejahatan. Mungkinkah kita salah satu pelakunya?
Firman Tuhan memanggil kita untuk bertobat. Ini bukan saatnya untuk mengangkat satu jari dan menunjuk, melainkan untuk melipat jari untuk berdoa dan mengaku di hadapan Tuhan. Ia akan memulihkan keadaan orang yang bertobat dan mengakui dosanya. 

Pagi ni Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. 
Berkat sukacita. 
Berkat Damai Sejahtera. 
Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. 
Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. 
Toko mu.
Usaha mu. 
Kantor mu
Rumah mu. 
Keluarga mu.
Pelayanan mu. 
Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Mata Bercahaya karena Ada Harapan

Mazmur 13 

Mungkinkah Tuhan melupakan orang pilihan-Nya? Mungkinkah Ia menyembunyikan wajah-Nya dari orang benar seperti Daud?

Daud sempat merasa dilupakan Allah ketika ia menghadapi masalah yang tak kunjung selesai. Sumber masalah itu adalah musuhnya. Mengikuti naluri manusiawinya, Daud mempertanyakan kapan pertolongan Allah akan tiba. Empat kali ia bertanya: "Berapa lama lagi ...?" (2-3).

Karena itu, Daud memohon kepada Allah. Dalam doanya, ia tidak meminta harta, takhta, atau status, melainkan harapan. Katanya: "Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati ..." (4). Harapannya dilandasi pada kasih setia Allah (6).

Masalah yang menyesakkan hati Daud belum pergi. Namun, ia telah "bersorak-sorak" dan ia mau "menyanyi untuk TUHAN" (6). Mengapa? Karena imannya telah disegarkan dan harapannya dibangkitkan. Inilah sesungguhnya yang paling kita butuhkan untuk bertahan hidup: harapan.

Dalam sebagian besar situasi kehidupan yang pelik, kita lebih membutuhkan harapan daripada uang. Secercah harapan lebih bernilai daripada seribu keping emas. Asalkan ada harapan, seseorang memiliki alasan untuk berjuang dan bertahan hidup sampai besok.

Namun, harapan yang kita butuhkan bukan harapan yang sembarangan. Manusia membutuhkan harapan pada kehidupan setelah kematian, jaminan bahwa kita akan hidup bahagia setelah mati. Harapan ini adalah "sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita" (Ibr 6:19). Jaminan ini hanya terdapat pada Tuhan Yesus Kristus.

Apakah Anda sedang menghadapi masalah yang tak kunjung selesai? Apakah krisis dalam keluarga Anda seperti rintangan yang tiada berkesudahan? Mari kita menyikapinya dengan terus berharap pada kasih setia Allah. Kalaupun kita merasa sulit untuk terus berharap pada hari-hari ini, kita bisa berdoa mengikuti kata-kata Daud, "Buatlah mataku bercahaya".

Biarlah mata kita terus bercahaya karena harapan yang selalu kita tujukan kepada Tuhan, kepada Dia yang tak pernah mengecewakan.

Share:

Bertahan di Jalan Tuhan

Mazmur 12 

Kejahatan rasanya benar-benar menjadi parah. Orang tidak segan ataupun malu mengorbankan sesamanya demi hasrat pribadinya. Manipulasi dan kecurangan lazim dilakukan. Celakanya, sebagian orang percaya juga melakukannya.
Pemazmur melihat hal itu terjadi di sekitarnya. Ia melihat banyak orang saleh berubah menjadi tidak setia
Mereka saling berdusta, berkata manis tetapi berhati licik (3). Dalam zaman akhir ini, godaan memang makin kencang menerpa orang percaya. Kebenaran makin tersamarkan dengan tipu muslihat. Maka, Tuhan mengingatkan umat untuk senantiasa berjaga-jaga (bdk. Mrk 13:5-13, 33-37); itulah yang menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang datang. Melihat fenomena yang terjadi, pemazmur memanjatkan doa kepada Tuhan dengan berpegang pada tindakan penghakiman Tuhan yang penuh kuasa dan kasih (4-6), serta janji Tuhan yang sudah teruji (7). Ia akan menepati setiap janji-Nya untuk menjaga orang-orang yang hidup benar di hadapan-Nya (8). Pemazmur gelisah melihat orang-orang saleh yang justru tidak lagi hidup dalam kebenaran. Firman Allah digantikan dengan hasrat pribadi mereka. Asal itu menguntungkan bagi mereka, hal itulah yang dilakukan tanpa pernah memikirkan Tuhan yang lebih berkuasa atas mereka.
Pemazmur menyandarkan harapan-Nya pada Tuhan bahwa Ia akan membalikkan keadaan dan menjaga orang-orang saleh yang hidup berdasarkan firman-Nya. Tuhan akan memberikan perlindungan bagi mereka dan membentengi mereka dari orang-orang fasik yang meninggalkan kebenaran.
Pada akhirnya, setiap orang percaya diundang untuk tetap memegang teguh firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan kita tergoda untuk meniru cara hidup orang-orang fasik. Jalan yang benar tentunya sulit, tetapi tetaplah teguh karena Allah berada bersama mereka yang terus berjalan dalam kebenaran-Nya.
Bahkan, kita pun terus diundang untuk memancarkan terang kasih Tuhan, agar mereka yang lengah dan berbelok ke jalan yang salah dapat kembali kepada kasih Tuhan yang memulihkan.
Share:

Angan Risau Melihat Orang Fasik

Mazmur 10 

Manusia pada zaman mana pun tak lepas dari gaya hidup materialistis. Demi memenuhi kelimpahan materi banyak orang mencapainya dengan cara yang salah, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain. Sering kali kita bertanya-tanya, mengapa mereka justru terlihat hidup nyaman dan aman?

Keadaan seperti itu juga terjadi pada zaman pemazmur. Orang-orang benar dikelilingi oleh orang-orang fasik. Mereka selalu memburu orang tertindas (2a), membanggakan keinginan hatinya, serta mengutuki dan menista Tuhan (3). Mereka menganggap Allah itu tidak ada, sehingga tidak akan ada yang menuntut mereka (4, 13). Geram rasanya melihat orang-orang fasik ini, tetapi ada alasan mengapa kita tidak perlu risau.

Penghakiman Tuhan pasti akan terjadi karena Dia adil dan Raja yang kekal (16). Kuasa-Nya mengatasi langit dan bumi beserta segala isinya. Ia mendengarkan jerit tangis mereka yang tertindas dan mendatangkan keadilan bagi yang terinjak-injak (17-18).

Mazmur ini mengimbau orang percaya untuk tidak risau atas kenyamanan semu yang dialami oleh orang-orang fasik. Bergantunglah pada Tuhan semata karena Ialah yang akan memberi pertolongan.

Sesungguhnya kita tengah diundang untuk memercayai Tuhan dengan sepenuh hati, bahkan di tengah ketidakadilan yang terpampang nyata sekalipun, karena Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia tahu waktu yang tepat untuk menyatakan kedaulatan-Nya kepada umat manusia, termasuk mendatangkan teguran keras bagi mereka yang tidak mengindahkan Tuhan dalam perkataan maupun perbuatannya.

Marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar memampukan kita untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan. Tetaplah teguh memegang perintah-Nya meskipun banyak orang tidak lagi menghiraukannya. Terkadang menjadi orang benar terasa seperti ikan yang berenang melawan arus, tetapi itulah yang harus diperjuangkan oleh orang percaya. Sesungguhnya, fokus hidup kita terletak pada kekekalan bersama-Nya, bukan pada kenikmatan sementara di dunia ini.

Share:

Allah Berpihak kepada Orang Benar

Mazmur 9 

Penindasan menjadi problematika abadi yang dihadapi oleh manusia. Sejak zaman dahulu, manusia saling menindas dan menekan sesamanya, tidak terkecuali orang terdekat atau bahkan saudara sendiri.

Tuhan yang digambarkan oleh pemazmur dalam mazmur ini adalah Allah yang maha tinggi dan mahakuasa, yang mencintai keadilan. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran (9). Siapakah yang akan dihukum-Nya? Orang-orang fasik yang menginjak-injak sesamanya. Maka dari itulah, Tuhan menjadi sumber perlindungan bagi mereka yang terinjak-injak dan mengalami kesesakan (10).

Penghakiman Tuhan berlaku bagi semua bangsa. Mereka yang menindas sesamanya tidak akan didiamkan-Nya, karena Tuhan mendengar jeritan orang yang tertindas (13).

Atas kenyataan iman yang demikianlah, pemazmur mengajak segenap umat untuk berbalik kepada-Nya. Jikalau umat tetap menjadi orang benar, meskipun ia berada di tengah penindasan, ia akan mengalami perlindungan-Nya yang begitu nyata. Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang dengan segenap hati mengenal dan mencari-Nya (11). Bersyukurlah dan bermazmurlah senantiasa karena Tuhan selalu bertindak bagi mereka yang benar.

Dalam keadilan Tuhan yang demikianlah, seharusnya orang percaya juga disadarkan dalam kehidupan-Nya. Jika Tuhan yang kita sembah adalah sosok yang maha adil dan mencintai kebenaran, sudah sepantasnya apabila kita juga senantiasa mengupayakan keadilan bagi mereka yang tertindas.

Pada sisi yang lain, firman yang kita refleksikan saat ini juga menjadi kekuatan bagi kita yang mungkin saat ini tengah mengalami penindasan serta ketidakadilan. Teguhlah di dalam Tuhan karena Ia mendengarkan tangisan dan harapan kita.

Marilah kita senantiasa bersyukur dan bermazmur bagi-Nya karena Tuhan adalah sumber pertolongan kita. Satu hal yang terpenting adalah kita tetap berada di jalan yang Tuhan kehendaki, karena Ia berada di sisi orang-orang benar. [WDN]

Share:

Siapakah Aku di Hadapan-Mu?

Mazmur 8 

Bagaimana kita menjawab: "Siapakah aku sesungguhnya?" sangat menentukan kehidupan kita. Banyak insan tersesat menjalani hidupnya karena ia tidak tahu identitasnya. Ada yang meletakkan identitasnya pada apa yang ia miliki, pandangan orang lain terhadap dirinya, atau pada kekuasaan yang dimilikinya. Padahal, semua itu tidak dapat mendefinisikan hakikat manusia sesungguhnya. Lantas siapakah manusia itu?

Mazmur 8 menjawab dengan tegas bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan. Jika dibandingkan dengan semesta, sesungguhnya manusia bukanlah siapa-siapa (4-5).

Karena itu, pemazmur memanggil umat untuk memuliakan Tuhan. Kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi (2). Bahkan, di tengah kekerdilan manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya, Tuhan berkenan untuk menjadikan manusia segambar dan serupa dengan-Nya (6). Dalam bahasa teologis, kondisi tersebut diistilahkan dengan imago dei. Oleh karena itulah, manusia diberi kuasa untuk memelihara dan mengelola alam ini secara bijaksana (7-9).

Sungguh menarik untuk melihat cara pemazmur menjawab perenungan akan identitas diri. Melalui mazmur ini, kita diajar bahwa pertanyaaan tentang "siapakah kita?" tak bisa lepas dari pertanyaan: "siapakah kita di hadapan Tuhan?" Kita adalah ciptaan yang begitu kecil jika dibandingkan dengan semesta, tetapi Ia berkenan untuk menciptakan kita segambar dan serupa dengan-Nya serta mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.

Fakta ini seharusnya membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati. Jati diri kita hanya ditentukan pada apa yang Tuhan katakan tentang kita dan bagaimana kita melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia ciptaan-Nya ini.

Maka, janganlah risau apabila identitas kita tidak sesuai dengan definisi dunia ini. Apalah artinya identitas menurut standar dan ukuran dunia, jika ternyata kita tidak menyadari identitas kita sebagai ciptaan dan anak-anak Tuhan. Sadarilah siapa diri kita di hadapan Tuhan, lalu jalanilah hidup sesuai dengan identitas yang Tuhan berikan itu. 

Share:

Allah yang Maha Hadir

Mazmur 7 

Kita mungkin pernah diperlakukan secara tidak adil, dan itu menyakitkan. Besar hasrat hati untuk membalas, tetapi dalam hasrat yang menggebu itu ada bisik hati yang mengingatkan bahwa ditegakkannya keadilan adalah bagian dari kedaulatan Tuhan.
Pemazmur pun mengalami ketidakadilan. Ia menyadari bahwa dalam ketidakberdayaan yang dirasakannya, hanya Tuhan yang menjadi sumber perlindungan (2-3). Di dalam Tuhan ada keselamatan sejati.
Menariknya, pemazmur juga melakukan introspeksi diri (4-6). Apabila ia juga melakukan kelaliman dan ketidakadilan, Tuhan juga akan menimpakan hukuman kepadanya. Sering kali kita menganggap bahwa pihak lain berbuat tidak adil, tetapi pada saat yang sama pernahkah kita bertanya apakah kita telah berlaku adil dan penuh kasih kepada sesama? Jangan-jangan kita melakukan hal yang sama.
Tuhan memang penuh kasih, tetapi Ia juga mahaadil. Mazmur 7 menggambarkan Allah sebagai Hakim yang adil. Orang benar akan dibela-Nya, sementara orang lalim akan mendapat ganjarannya (10). Gambaran keadilan Allah diungkapkan pemazmur melalui gambaran tentang Allah yang mengasah pedang dan melenturkan busurnya seperti pejuang yang akan maju ke medan perang (13-15). Dunia mungkin diam di hadapan mereka yang lalim, tetapi Allah pasti akan bertindak. Demikianlah keyakinan yang diserukan pemazmur.

Pada akhir pasal ini, diungkapkan bahwa Tuhan bertakhta dalam keadilan dan keagungan (18). Tidak ada yang luput dari pengadilan-Nya, maka sudah menjadi tugas setiap umat untuk berlaku adil terhadap sesama.

Ketidakadilan memang akan terus terjadi, tetapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam atas mereka yang melakukannya. Maka dari itu, penting bagi orang percaya untuk tidak ikut dalam arus dan godaan dunia yang membenarkan, apalagi melazimkan, perilaku tidak adil dan manipulatif terhadap sesama. Jika kita tahu rasanya diperlakukan secara tidak adil, sudah seharusnya kita senantiasa berlaku adil kepada sesama dan memperjuangkan keadilan itu! [WDN]
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.