Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Merespons Teguran dengan Benar

Kejadian 4:1-16 

Dosa Adam dan Hawa tidak berhenti pada diri mereka, tetapi berlanjut kepada keturunannya, bahkan menjadi makin parah.
Kain, anak sulung mereka, bukan hanya melawan perintah Tuhan dengan memberikan persembahan yang tidak diperkenan Tuhan, tetapi juga membunuh adiknya (5a, 8).
Apa yang tidak diperkenan Tuhan bukan hanya soal apa yang dipersembahkan, tetapi juga bagaimana hati orang yang mempersembahkannya. Sekalipun persembahan yang diberikan kepada Tuhan sempurna dan berlimpah, jika hati si pemberi tidak tulus dan tanpa kasih kepada Tuhan, sia-sialah persembahannya itu (lih. Ams 21:27).
Kitab Kejadian memang tidak menjelaskan secara terperinci mengapa persembahan Kain ditolak. Mungkin yang ia berikan bukan yang terbaik atau mungkin ia tidak memberi dengan tulus hati. Namun, yang jelas respons Kain adalah hati panas dan muka muram (5b). Karena itu, Tuhan mengingatkan sang anak sulung untuk mengevaluasi diri, apakah yang dirasakan dan dipikirkan sudah benar (6). Tuhan juga mengingatkan Kain untuk berbuat baik dan berhati-hati supaya dia tidak jatuh ke dalam dosa (7). Sayangnya, Kain bukannya melakukan introspeksi; sebaliknya, ia malah membunuh adiknya dan bahkan menyangkali perbuatannya (9).
Menerima peringatan dan teguran dari orang lain sering kali tidak mudah. Banyak orang merespons dengan marah karena merasa bahwa teguran itu merendahkan atau mempermalukannya. Padahal, jika teguran direspons dengan benar, kata-kata itu dapat menolong kita supaya kita tetap berada di jalan yang benar.
Bagaimana respons kita selama ini atas peringatan atau teguran yang datang? Adakah kita menjadi marah atau tersinggung? Atau, adakah kita menenangkan diri, menerima teguran itu, dan mau mengevaluasi isi hati kita?
Bersyukurlah jika masih ada orang-orang yang mau mengingatkan kita ketika jalan kita mulai serong. Responslah teguran itu dengan evaluasi diri dan upaya perbaikan diri supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa, melainkan tetap hidup dalam kebenaran.
Share:

Pernikahan yang Dikehendaki Allah

Kejadian 2:8-25

Pernikahan bukan hanya sekedar ikatan komitmen, tetapi merupakan bagian dari inisiatif Allah sejak awal penciptaan manusia.

Allah melihat bahwa Adam membutuhkan seorang penolong yang sesuai untuknya (18). Allah melihat kebutuhan Adam setelah ia berinteraksi dengan semua ciptaan yang Allah bawa kepadanya (19-20). Oleh karena itu, Allah menciptakan seorang wanita yang sepadan dengan Adam, yang diberi nama Hawa.

Allah menciptakan wanita dari Adam, menjadikannya berbeda dari ciptaan lain (21-22). Mereka sesungguhnya adalah satu kesatuan. Ada aspek dari Adam yang hanya dapat ditemukan dalam Hawa, sehingga mereka menjadi satu dalam kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Alkitab mengatakan bahwa keduanya berdua telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu (25). Ini menunjukkan keterbukaan dan kejujuran di antara mereka, tanpa rasa malu atau perlu menyembunyikan apapun. Mereka saling menerima dan mengasihi apa adanya.

Hal ini mencerminkan pernikahan Kristen yang ideal. Ketika seorang pria dan wanita bersatu dalam pernikahan yang kudus, mereka menjadi satu. Kesatuan ini tidak hanya fisik, tetapi juga rohani. Mereka menerima satu sama lain dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Namun, setelah jatuh ke dalam dosa, pernikahan seringkali kehilangan esensinya. Keterbukaan menjadi sesuatu yang dihindari, mungkin karena takut ditolak atau dihakimi. Akibatnya, pasangan saling mencurigai, menyalahkan, dan bahkan membenci. Intimasi dan keutuhan hilang, serta kegembiraan yang seharusnya ada dalam pernikahan menghilang.

Pernikahan seperti apa yang Anda jalani atau akan Anda jalani? Mari kita kembali ke esensi pernikahan yang dikehendaki Allah. Belajarlah untuk terbuka, menerima, dan membangun satu sama lain, sehingga pernikahan yang Anda bangun dapat memuliakan Tuhan dan membawa sukacita ilahi bagi semua yang melihatnya.

Share:

Kacamata Iman

Kejadian 1:1-2:7

Kitab Kejadian dengan jelas menyatakan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada yang ada dan berbentuk jika bukan Allah yang menciptakannya.

Allah melakukan pekerjaan yang luar biasa yang melebihi pemikiran manusia. Sebagai contoh, bagaimana kita bisa menjelaskan keberadaan samudera kosmos dan Roh Allah yang melayang-layang di atas permukaan air, jika lautan dan atmosfer diciptakan pada hari kedua dan ketiga? (1:2, 6-10). Atau, bagaimana kita bisa menjelaskan terang pada hari pertama jika benda penerang diciptakan pada hari keempat (1:3, 14-16).

Meskipun manusia terus mencari penjelasan dan mengajukan berbagai teori tentang asal-usul alam semesta, belum ada teori yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan sepenuhnya.

Kitab Kejadian bukanlah buku sains, tetapi apa yang ditulis di dalamnya mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Allah menciptakan manusia dengan akal budi, memberikan kekuasaan atas ciptaan lain, dan tugas untuk merawat bumi (1:26, 28; 2:5). Ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan juga berasal dari Allah. Oleh karena itu, dalam memahami asal-usul dunia dan isinya, kita tidak hanya bergantung pada akal manusia, tetapi juga memerlukan perspektif iman.

Misteri-misteri dalam penciptaan alam mengingatkan kita tentang pentingnya iman dalam hidup. Iman melampaui pengetahuan empiris. Apa yang kita lihat mungkin tidak lengkap atau benar karena keterbatasan penglihatan kita.

Demikian pula, dalam banyak peristiwa hidup yang penuh misteri, jika kita hanya mengandalkan akal budi kita, kita tidak akan pernah puas. Sebaliknya, iman akan membantu kita melihat bahwa Tuhan hadir, bekerja, dan merawat kita.

Mari kita terus memandang kehidupan dengan kacamata iman, dan percayakan hidup kita kepada Tuhan, Pencipta yang berdaulat.

Share:

Kemenangan di dalam Tuhan

Mazmur 20

Dalam mazmur ini, Daud mengungkapkan imannya bahwa hanya Tuhan yang dapat menyelamatkannya dari musuh dan kesulitan.

Daud yakin bahwa Tuhan dapat menyelamatkan Israel dari kesulitan, melindungi mereka, memberikan bantuan yang diperlukan, dan memberikan kemenangan (2-3). Oleh karena itu, Daud menyarankan agar umat Tuhan tidak bergantung pada kekuatan militer seperti kereta dan kuda yang digunakan oleh bangsa lain. Mereka yang bergantung pada kekuatan manusia tidak akan dapat mengalahkan kekuatan Tuhan. Kemenangan hanya akan diberikan kepada mereka yang diperkenan Tuhan (7-9).

Di akhir mazmur, Daud kembali memohon kemenangan kepada Tuhan (10). Ini menunjukkan bahwa peperangan belum dimulai dan kemenangan belum diraih. Namun, Daud berkomitmen untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan mengajak Israel untuk melakukan hal yang sama.

Hari ini, kita mungkin tidak menghadapi perang fisik seperti yang dihadapi Israel pada masa Daud. Namun, kita sering kali mengalami pergumulan dalam kehidupan yang menekan kita seperti perang. Dalam situasi seperti itu, apakah kita akan bergantung pada kekuatan dan keahlian kita? Atau apakah kita akan mencari pertolongan dari orang lain? Atau, apakah kita akan berseru kepada Tuhan seperti Daud?

Berusaha sebaik mungkin dan meminta bantuan orang lain adalah hal yang baik. Namun, kita sebaiknya tidak menggantungkan harapan kita pada manusia. Sebaiknya, kita serahkan diri dan situasi kita sepenuhnya kepada Tuhan. Dia akan bekerja, memberikan hikmat, dan menyediakan pertolongan yang kita butuhkan.

Meskipun saat ini kemenangan belum terlihat, kita tidak boleh berhenti berdoa dan berharap kepada Tuhan. Karena kemenangan sejati dalam pergumulan hidup kita hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan.

Share:

Mencintai Firman-Mu

Mazmur 19

Mazmur ini dibuat oleh Daud saat ia merenungkan keajaiban karya Tuhan, baik melalui ciptaan-Nya (wahyu umum) maupun melalui firman-Nya (wahyu khusus).

Daud menyatakan bahwa meskipun langit tidak berbicara, keindahannya menyampaikan kemuliaan Tuhan (2-5a). Demikian pula matahari yang selalu naik dan terbenam pada waktu dan tempat yang tepat (5b-7).

Kemuliaan Tuhan juga tercermin dalam firman-Nya, yaitu Alkitab. Firman Tuhan adalah sempurna, teguh, benar, murni, suci, kekal, dan adil (8-10). Daud menggunakan berbagai istilah seperti Taurat, peraturan, titah, perintah, dan hukum untuk menunjukkan nilai dan kepentingan firman tersebut.

Daud menyadari bahwa tanpa firman Tuhan, ia akan tersesat. Hanya firman Tuhan yang memberikan hikmat dan peringatan saat hidupnya menyimpang (8, 12). Ketika orang jahat berusaha mempengaruhinya untuk berbuat dosa, firman Tuhan menguatkan dan meneguhkannya agar tetap hidup dalam kekudusan (14). Daud percaya bahwa mereka yang berpegang pada firman Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya akan mendapatkan upah besar.

Upah yang dimaksud bukanlah kekayaan atau kebebasan dari kesulitan. Upah besar adalah menjadi orang yang diperkenan dan dikasihi oleh Allah. Orang yang benar-benar mencintai Tuhan dan firman-Nya, taat kepada-Nya, dan mengutamakan-Nya dalam segala situasi akan menjadi sahabat Allah.

Bagaimana dengan kita sekarang? Seberapa besar cinta kita kepada Tuhan dan firman-Nya? Seberapa keras kita berusaha untuk taat kepada firman-Nya di tengah keterbatasan dan kesulitan yang kita hadapi? Sudahkah kita menjadi sahabat Allah?

Semoga kita semua ditemukan oleh Allah sebagai anak-anak yang mencintai firman-Nya.

Share:

Pemberi Kemenangan

Mazmur 18:31-51

International Defence Exhibition merupakan salah satu pameran industri militer terkemuka di dunia. Dalam pameran ini, berbagai produk dan layanan ditawarkan sebagai alat untuk memenangkan pertempuran.

Daud percaya bahwa sumber kekuatannya berasal dari Tuhan. Dari Tuhanlah ia mendapatkan segala yang diperlukan untuk mengatasi setiap pertempuran dalam hidupnya.

Tuhan memberikan Daud kekuatan dan keahlian dalam pertempuran (32-35). Dia menyediakan peralatan pertempuran dan memberikan Daud kemenangan beruntun (36-43). Dengan prestasi militer yang cemerlang, Daud diangkat menjadi raja yang dihormati di dalam dan luar negeri (44-46).

Pertempuran adalah bagian dari kehidupan banyak orang Kristen, baik secara fisik maupun rohaniah. Banyak orang Kristen yang berkarir di militer dan terlibat dalam pertempuran atau konflik bersenjata sebagai bagian dari panggilan hidup mereka. Kecanggihan senjata dan keterampilan strategi sangat dihargai dalam upaya memenangkan pertempuran.

Namun, mazmur ini mengingatkan kita bahwa kemenangan sejati berasal dari Tuhan. Semua persenjataan dan strategi didasarkan pada kehendak Tuhan. Jika seorang prajurit atau jenderal Kristen berhasil mengalahkan musuh, itu berkat dukungan Tuhan. Keberhasilan karir militer yang gemilang adalah anugerah dari Tuhan sebagai Pemberi Kemenangan.

Hal ini khususnya berlaku dalam pertempuran rohaniah. Setiap orang Kristen berjuang melawan nafsu duniawi, dunia, dan kekuatan jahat. Namun, kita tidak perlu takut karena Tuhan menjamin kemenangan bagi kita. Yesus Kristus, Anak Tuhan, telah meraih kemenangan mutlak atas semua itu melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan setiap kali kita meraih kemenangan dalam pertempuran, karena kemenangan tersebut berasal dari-Nya demi kemuliaan-Nya.

Share:

Cermin Ilahi

Mazmur 18:21-30

Mazmur ini mengungkap konsep hukum yang disebut refleksi. Daud menunjukkan bahwa seringkali Tuhan merespons tindakan manusia dengan mencerminkan karakter mereka. Tuhan setia terhadap yang setia dan bijaksana terhadap yang licik (26-27). Tuhan adalah cermin surgawi bagi setiap individu.

Oleh karena itu, Daud yakin bahwa Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan karena ia selalu menjaga dirinya jujur dan bersih (21-25). Keyakinan ini memberinya keberanian untuk menghadapi segala tantangan. Tuhan pasti akan melindunginya (28-30).

Keberadaan hukum memberi kita rasa aman. Misalnya, berkat hukum gravitasi, kita tak perlu khawatir tubuh kita tiba-tiba terangkat dan menghilang di langit. Atau berkat undang-undang, kita bisa membela diri di pengadilan.

Hal ini semakin jelas ketika berbicara tentang Tuhan. Sebagai otoritas dan hukum tertinggi di alam semesta, Tuhan Maha Adil dan dapat dipercaya kapan saja. Jika kita hidup benar, Tuhan akan mendukung kita saat menghadapi ketidakadilan. Berkat kebenaran yang diberikan Yesus Kristus, kita bisa berharap Tuhan membantu saat kita dianiaya. Mungkin kita akan mengalami penderitaan sesaat, tapi tidak selamanya.

Tantangannya adalah bagaimana kita menjaga kebersihan hidup kita? Meski Kristus telah menguduskan kita, kita perlu mempertahankan kekudusan itu selama hidup di dunia ini.

Perubahan gaya hidup adalah kunci untuk hidup yang kudus. Kita tidak menjadi kudus karena berbuat sesuatu yang "suci", melainkan dengan mengakui dosa dan mengubah perilaku sesuai dengan kehendak Tuhan. Sudahkah Anda menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan?

Tuhan berjanji bahwa dosa yang diakui akan diampuni.

Share:

Syukur setelah Masa Krisis

Mazmur 18:1-20 

Apa hal terbaik yang dapat kita lakukan setelah kita keluar dari masa krisis?

Mazmur ini ditulis oleh Daud setelah Tuhan mengaruniakan kedamaian di dalam hidupnya (1). Belasan tahun ia diburu oleh Raja Saul; kini ia diterima dan diakui sebagai raja yang sah atas seluruh Israel (bdk. 2Sam 5:1-5). Lenyap seketika segala penderitaan dan kesesakannya di padang belantara.

Dalam masa kedamaian dan kemakmuran ini, Daud menggubah sebuah kidung syukur bagi Tuhan. Di dalamnya ia memberi kesaksian betapa dahsyatnya cara Tuhan menjawab seruannya sewaktu ia dilanda kesesakan (7). Tuhan digambarkan mengoyak langit dan melayang (10-11). Awan tebal, hujan es dan bara api, guntur, kilat, serta alur laut dikerahkan-Nya (12-16). Ini semua demi menyelamatkan orang pilihan-Nya (17-18). Ini sungguh pemandangan yang membuat setiap lutut gemetar.

Kita dapat memercayai janji ini, bahwa Tuhan akan menyelamatkan orang yang sepenuhnya bergantung pada-Nya. Daud dikepung oleh musuh-musuh yang jauh lebih kuat darinya sehingga ia hanya bisa bersandar pada Allah. Tuhan senang menyelamatkan orang seperti itu (20).

Sebagian besar gambaran kedahsyatan Allah di dalam mazmur ini dapat dikatakan hanya buah imajinasi Daud. Namun, itu tidak mengurangi kebenaran dari gagasan yang ia kemukakan. Ketika tiba waktunya Allah menyelamatkan umat-Nya, Ia akan selalu melakukannya dengan cara yang spektakuler. Mungkin menunggu waktu Tuhan bertindak terasa lama, tetapi bilamana itu terjadi, Ia tidak akan bertindak dengan cara yang biasa.

Hal terbaik yang dapat kita lakukan setelah keluar dari masa krisis adalah menaikkan syukur kepada Allah. Ada ribuan cara yang alkitabiah untuk mengungkapkannya, seperti menyanyikan himne, membayar nazar, dan bersaksi. Daud, yang memiliki bakat musikal, melakukannya dengan menggubah lagu untuk Tuhan. Bagaimana dengan kita?

Ketika krisis kehidupan telah berlalu, mari beramai-ramai meluapkan syukur kepada Yang Maha Tinggi.

Share:

Menikmati-Nya Lebih Lama Lagi

Mazmur 17 

Secara garis besar, mazmur ini terdiri dari tiga bagian.

Pertama, Daud berdoa memohon pembelaan Tuhan (1-5). Ia berani meminta keadilan karena ia yakin bahwa dirinya benar dan saleh.

Kedua, Daud menegaskan kebgutuhannya yang mendesak akan pertolongan Tuhan (6-12). Dengan menggambarkan kekejaman musuh-musuhnya, ia berharap supaya Allah segera menolongnya.

Ketiga, Daud kembali menyerukan kebutuhannya akan pertolongan Tuhan. Namun, kali ini ia mendasarkan permohonan itu dengan membandingkan antara kenikmatan orang fasik dengan kenikmatan orang benar seperti dirinya (13-15). Orang fasik dipuaskan dengan hal-hal jasmani, tetapi orang benar dipuaskan dengan hadirat Allah.

Kegigihan Daud memohon kepada Allah sampai tiga kali menginspirasi kita untuk tekun berdoa. Kita harus terus berdoa meski situasi hidup kita tak kunjung berubah. Mengapa?

Karena manfaat yang terutama dari doa adalah menikmati hadirat Allah. Di dalam doa kita dipuaskan dengan Allah sendiri yang mendengarkan kita (15).

Kita berdoa bukan untuk memperoleh berkat-berkat jasmani semata sebab bukan itu tujuan utama kita. Maka, kita kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa makin gencar kita berdoa, makin cepat Allah mengabulkan permohonan kita. Doa bukan alat untuk memaksa Tuhan!

Mulai sekarang marilah kita memandang doa sebagai kesempatan untuk mengalami hadirat Allah. Orang makin rajin berdoa biasanya ketika ia dirundung masalah yang berat. Kalau demikian, krisis dan kesesakan bisa jadi merupakan undangan dari surga agar kita kembali berjumpa dengan Allah. Sudahkah kita memenuhi undangan itu?

Memperbarui tekad untuk tekun berdoa adalah langkah awal dalam mencintai Allah dan mengejar hadirat-Nya. Bangunlah kembali mazbah doa pribadi yang sempat terlantar selama hari-hari kita dirundung kecemasan dan krisis hidup. Hadirilah persekutuan doa sebab di sana pun kita dapat mengalami perjumpaan dan penguatan dengan-Nya. Mari nikmati hadirat Allah dengan lebih lama lagi.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.