Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Sehati dan Sejiwa

 Kisah Para Rasul 4:32-37 

Hati merupakan pusat terdalam yang mencerminkan esensi diri manusia. Tidak mengherankan bila upaya untuk bisa sehati bukanlah perkara mudah. Sama halnya dengan usaha untuk menjadi sejiwa. Berbicara tentang jiwa berarti bicara tentang kepribadian. Tanpa jiwa, manusia dipastikan akan kehilangan identitas dirinya. Bagaimana caranya kita menjadi sehati dan sejiwa?

Bacaan hari ini mengajak kita melihat jemaat perdana yang mengalami hidup sehati dan sejiwa. Tandanya terlihat nyata ketika dengan penuh kerelaan hati mereka memperlakukan kepunyaan pribadi seperti kepunyaan bersama (32). Tidak ada kemelekatan pada harta, tiada pula keterikatan pada hal-hal duniawi. Itulah yang menjadi cara hidup jemaat mula-mula.

Ini adalah cara hidup yang makin sulit dijumpai pada era sekarang. Pada suatu era yang identik dengan pentingnya harta milik, tekad untuk menjadi sehati dan sejiwa harus melampaui hasrat akan kepemilikan. Untungnya, jejak ini masih bisa dijumpai di sebagian komunitas religius, misalnya biara. Di dalam biara, saudara seiman tinggal bersama sebagai komunitas yang dibangun atas dasar kelimpahan kasih dan karunia yang diterima karena mereka melanjutkan kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Kesaksian inilah yang sejak dahulu menjadi spirit pembentukan jati diri bagi komunitas jemaat perdana. Nah, bagaimana kita bisa memetik relevansi dari kisah ini di tengah zaman materialistis?

Komunitas religius terkecil sejatinya adalah keluarga. Di sinilah persemaian spirit sehati dan sejiwa bisa dikerjakan bersama. Fondasinya tentu adalah iman dalam Tuhan Yesus yang telah bangkit dan naik ke surga. Iman inilah yang melahirkan segala harapan baik yang berguna bagi berkembangnya kehidupan, yang melampaui keputusasaan.

Itulah esensi iman dalam Tuhan, iman yang terus dirayakan dalam kebaktian harian, mingguan, dan hari raya gerejawi, iman yang hidup dalam Sakramen Perjamuan. Itulah momen ketika derita dan kematian Kristus dikenang, kebangkitan-Nya dirayakan, dan kedatangan-Nya dinantikan. 

DOA PAGI


Share:

Berani Mewartakan Firman

Kisah Para Rasul 4:23-31 

Berani adalah watak ksatria. Pasalnya, keberanian itu muncul dari kesadaran atas dharma bakti. Ketika keberanian ditunjukkan atas nama emosi, yang didapatkan hanyalah kekecewaan belaka. Akan berbeda halnya ketika keberanian itu bertumbuh karena dipupuk atas kesadaran pada dharma bakti.

Dari manakah kesadaran demikian? Kebenaran firman Tuhan bisa menjadi cahaya penerang bagi dharma bakti. Kebenaran itu berwatak murni sehingga dapat memandu orang untuk menemukan dharma bakti.

Tidak mengherankan apabila keberanian untuk mewartakan firman diterima sebagai panggilan hidup bagi para rasul. Itulah hidup yang dibaktikan untuk menyampaikan cahaya kebenaran firman kepada banyak orang dari berbagai bangsa dan latar kehidupan. Di sinilah pentingnya keberanian yang sejati, sebagaimana yang dimiliki oleh para rasul.

Keberanian yang sedemikian rupa tidak akan pernah surut dalam menghadapi ancaman. Justru ancaman akan makin menggelorakan kobaran api keberanian secara signifikan. Itulah api keberanian yang memercik dari dasar kebenaran firman Tuhan. Itulah kesadaran yang sangat dihayati oleh komunitas jemaat Rasul Petrus dan Yohanes.

Tidak heran ketika para murid menanggapi cerita para rasul pasca interogasi oleh para pemuka agama Yahudi, mereka pun menggelar acara doa bersama, yakni doa yang menggemakan keyakinan pitara iman mereka. Disebutlah nama Daud, raja Israel yang menjadi leluhur iman mereka. Dari kisah Raja Daud mereka mendapat keberanian untuk menghadapi situasi yang mengancam. Jadilah, ancaman bagi para rasul itu menjadi seperti perkara yang sia-sia belaka (25).

Dengan tetap diingatnya warisan iman leluhur yang memuliakan Yesus, iman para rasul pun mengalami pertumbuhan. Iman dalam nama Yesus, sumber segala mukjizat dan penyembuhan, dapat bekerja efektif. Banyak orang mendapatkan berkat. Bahkan, alam semesta pun turut memberikan restunya. "... Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu ..." (31).

DOA PAGI


Share:

Daya Roh Kudus dalam Nama

Kisah Para Rasul 4:1-22 

Kehebatan Nama Yesus
Kuasa nama Yesus benar-benar terbukti melalui kesaksian para rasul. Mereka menjadi saksi mata mukjizat-mukjizat, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan penampakan Tuhan Yesus. Para rasul juga mendapatkan pengajaran khusus mengenai segala hal dalam Kitab Suci sebelum Yesus naik ke surga (lihat Lukas 24:44-45).

Dengan bekal pengetahuan tersebut, Petrus dan Yohanes tampil berani di hadapan para pemuka agama yang menghakimi mereka. Kebesaran nama Yesus semakin diwartakan melalui ajaran para rasul. Hasilnya, pengajaran mereka membuat banyak orang percaya, sehingga jumlah mereka menjadi sekitar lima ribu orang laki-laki (Kisah Para Rasul 4:4). Jumlah yang luar biasa ini menambah bukti akan kehebatan nama Yesus Kristus. Nama-Nya penuh kuasa, mewujudkan daya Roh Kudus dalam diri para rasul.

Keberanian baru pun muncul untuk mewartakan nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:13). Bagi Rasul Petrus, nama Yesus mendatangkan keselamatan. Sebaliknya, nama ini membuat para pemimpin Yahudi, seperti tua-tua, imam kepala, orang Farisi, dan ahli Taurat, merasa terancam. Tanpa bukti untuk menyudutkan para rasul, mereka hanya bisa memberi ancaman.

Namun, sekeras apapun ancaman tersebut, tidak pernah menyurutkan pemberitaan para rasul. Itulah kuasa Roh Kudus yang aktif berkarya dalam diri mereka, itulah Roh Allah yang dianugerahkan karena mereka memuliakan nama Yesus seperti para pendahulu mereka.

Keteladanan para rasul ini patut menjadi inspirasi. Ketakutan datang dari kelemahan diri dan ancaman. Sebaliknya, keberanian berasal dari Roh Kudus yang mahakuasa. Keberanian ini bukan hanya keberanian biasa, melainkan tekad untuk mewartakan nama Yesus, sumber kesembuhan dan keselamatan.

Nama Yesus Kristus telah menjadi anugerah bagi kelangsungan semesta raya dan kita semua.

Share:

Satu Tubuh Kristus

1 Korintus 9:24-27 (TB) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Ayat di atas sudah sering saya baca, tapi kali ini Roh Kudus memberi makna yang lebih lagi. Saya merasakan ada FOKUS yang Paulus miliki dalam hidupnya, sehingga seluruh keberadaannya dibangun, dilatih, dan diarahkan untuk mencapai satu titik fokus yang Tuhan tetapkan untuk dirinya. Sebenarnya itulah kunci keberhasilan sejati dan Paulus berhasil ‘mengunci dan terkunci’ dalam panggilan ilahi tersebut.

Saya yakin sekali, Tuhan tidak mau mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita secara ‘tanggung - tanggung’. Tapi Ia mau kita bekerja sama dengan diri-Nya untuk mencapai tujuan yang Dia tetapkan. Selama hidup kita masih dalam fase bingung mencari jati diri, mencari panggilan Tuhan, apalagi masih terus mencoba 'mengkombinasikan' firman dengan apa yang dunia tawarkan, maka sudah pasti hidup kita tidak akan pernah mencapai apa yang Tuhan tetapkan. 

Kita sudah harus memasuki fase hidup di mana kita tahu dengan pasti apa yang menjadi panggilan hidup kita tanpa percampuran dari dunia ini (minta kepada Roh Kudus untuk membersihkan hati kita dan membuatnya menjadi terang).

Selama ini kita terus menganggap perjalanan hidup yang berlika-liku, coba ini dan coba itu, layaknya orang yang sedang mencoba mengadu nasib dan mencari keberuntungan adalah hal yang wajar. Alhasil kita seperti orang buta yang sedang mencoba meraba banyak hal dan mengenali banyak hal. 

Pendek kata, hidup kita tidak bisa fokus, sebab terlalu banyak ‘percampuran’ yang membuat kita mengalami banyak distraction. Kita perlu dibersihkan dari pola dunia, filosofi dunia, dan dari setiap cinta diri sendiri, cinta uang, dan cinta dunia. Sama halnya seperti yang Yesaya alami.

Yesaya 6:5-8 (TB) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" 

Yesaya telah bernubuat sebanyak lima pasal, tapi ia belum tajam dan belum fokus dalam panggilan hidupnya, bahkan ia belum memberi diri sepenuhnya bagi Tuhan. Sungguh aneh tentunya, tapi pengalaman Yesaya juga jadi gambaran orang percaya atau para pendeta kebanyakan. Sudah melayani dan beribadah, tapi tidak ada hal spesifik dalam agenda Kerajaan Allah. Hidup masih saja mengikuti sistem dunia yang ada dan belum menjadi alat Kerajaan-Nya yang kuat dan tajam.

Saya mendapati kita harus datang ke dalam hadirat Tuhan, meminta sekali lagi pekerjaan Roh dan Firman untuk membersihkan batin dan mengarahkan kecenderungan hati kita hanya kepada Tuhan dan penggenapan rencana-Nya.

Sebenarnya tidaklah sukar dalam menjalani hidup sebagai orang percaya - fokus saja untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Tuhan menghendaki untuk kita bisa mengerjakan kehendak-Nya dalam pelayanan tubuh Kristus, sehingga hidup kita bisa terarah dan tepat. 

Bukan jadi "petinju" yang sembarangan memukul seperti yang tertulis dalam kitab Yesaya dari pasal 1 - 5. Melainkan dengan segera dapat menjadi kepala tangan Tuhan (tubuh Kristus) yang siap bergerak menghancurkan pekerjaan musuh! 

Kehidupan kita sesungguhnya bukanlah kehidupan individu, melainkan korporat (Filipi 2, Efesus 1:15-23, Efesus 4:1-16, Roma 12:1-8). Jangan jadi petinju yang sembarangan memukul (kehidupan individu yang tanpa arah).

Kuasai hati dan tubuh kita untuk terus berada dalam pusat kehendak Tuhan dan melakukan agenda Kerajaan secara korporat. Ini waktunya fokus dan mencurahkan energi kita untuk kepentingan Kerajaan Allah sebagai SATU TUBUH KRISTUS.

Share:

KEKUATAN IMAN

1 YOHANES 5:1-5

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita. (1 Yohanes 5:4)

Tidak sulit menemukan orang Kristen yang terlibat dalam kompromi dengan dosa. Siswa Kristen terjerat narkoba dan pergaulan bebas, karyawan berlaku korup, suami atau istri tidak setia pada pasangan, pejabat menyelewengkan kewenangan, bahkan pelayan Tuhan mengejar popularitas. Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah Roh Kudus menjaga setiap orang Kristen?

Roh Kudus selalu ada untuk menolong setiap orang percaya. Namun, untuk mengalahkan godaan dunia, orang Kristen harus menghidupi iman yang melihat realitas abadi, serta mengalami kuasa Allah dan kasih Kristus. Iman dalam Kristus memiliki daya yang luar biasa, yang sanggup membawa kita pada kemenangan atas dunia. Iman menjadi sarana dan senjata rohani yang utama. Iman membuat kita memandang rendah keduniawian, bahkan memampukan kita untuk melawannya. Iman menjauhkan kita dari cinta dunia sehingga hati kita dikuduskan dan dimurnikan dari nafsu kedagingan. Iman memungkinkan kita beroleh kekuatan untuk menaklukkan sanjungan dunia. Dengan demikian, kesenangan dunia yang berdosa, nilai-nilai sekuler, cara-cara yang fasik, dan materialisme yang mementingkan diri sendiri bukan saja tidak lagi menarik, tetapi juga kita pandang sebagai kejijikan.

Iman memungkinkan kita memperoleh hak melalui janji Injil. Iman memungkinkan kita melihat dekatnya dunia yang tak terlihat, yakni dunia yang dengan dunia ini tak layak untuk dibandingkan. Ya, kekuatan iman tidak perlu diragukan. Namun, sudahkah kita menjadikannya fondasi utama dalam hidup kita?

Share:

Dalam Nama Ada Kuasa

Kisah Para Rasul 3:1-10

Pernah ada ujaran: "Dalam nama terkandung segala doa, harapan, dan berkah." Inilah mengapa dalam budaya Asia, upacara pemberian nama kepada anak menjadi penting. Bacaan Kitab Suci hari ini menunjukkan bahwa nama mengandung kuasa yang besar. "Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!" (Kisah Para Rasul 3:6). Demikian Rasul Petrus memaklumkan nama Yesus Kristus kepada seorang yang lumpuh. Sesuai catatan Kisah Para Rasul, orang lumpuh tersebut menjadi sembuh.

Momen ini terjadi ketika Rasul Petrus memegang tangan kanan orang lumpuh itu dan membantu dia berdiri (Kisah Para Rasul 3:7). Tidak disangka bahwa seketika itu juga kaki dan pergelangan kaki orang itu pun menjadi kuat. Dengan penuh kegirangan dia kemudian memuji-muji Allah dengan lompatan kegembiraan (Kisah Para Rasul 3:8).

Mengapa nama Yesus Kristus sedemikian berkuasa untuk menyembuhkan? Hal tersebut tidak terlepas dari iman Petrus kepada Yesus Kristus yang sedemikian kuat. Kekuatan iman Petrus ini didasari pada relasinya yang mendalam dengan Yesus.

Bagi Petrus, Yesus Kristus adalah Tuhan yang memiliki segala kuasa di surga dan di bumi. Keyakinan ini lahir dalam diri Petrus setelah ia mendapat pengajaran dari Tuhan Yesus. Ketika ia boleh duduk bersama di meja perjamuan Paskah, saat ia menyesali pengkhianatannya kala menyaksikan derita dan kematian Tuhan di kayu salib, hingga pada akhirnya ia menjadi saksi kebangkitan dan penampakan Tuhan, itulah masa formasi iman Rasul Petrus yang sangat berharga.

Pengalaman jatuh-bangun mengokohkan imannya sedemikian rupa, menjadi iman sejati yang dapat mengafirmasi daya kuasa nama Yesus Kristus sebagai nama ilahi, yang layak disebut dan dijunjung tinggi. Sebagai pengikut Kristus, sudah selayaknya kita menghormati nama Yesus Kristus. Inilah nama ilahi yang berkuasa menyembuhkan dan menyelamatkan hidup kita. Inilah nama terhormat yang di dalamnya ada segala rahmat, berkat, dan pengharapan. Inilah nama yang selalu pantas untuk dipuji dan dimuliakan oleh semua orang di seluruh dunia di sepanjang masa.

**Mari Berdoa:**

Pagi ini aku datang kepada-Mu, Tuhan, dan aku mohonkan berkat kepada-Mu untuk bapak, ibu, jemaat, saudara-saudari sekalian. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kita semua. Dan diberkati juga rumah tanggamu, anak-anak dan cucu-cucumu, pekerjaanmu, sawah dan ladangmu, studimu, tokomu, usahamu, kantormu, rumahmu, keluargamu, pelayananmu, cita-citamu, gerejamu, pacarmu, calon pendampingmu, masa depanmu.

Dalam nama Tuhan Yesus biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami. Yang percaya katakan AMIN.!!! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Menjadi Saksi Kristus

Kisah Para Rasul 1:6-11

Yesus menunjukkan berbagai peristiwa menakjubkan yang membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan dan Mesias. Hal ini membuat para murid berharap bahwa Yesus akan memulihkan bangsa Israel. Namun, Yesus menjelaskan bahwa manusia tidak berwenang mengetahui kapan waktu pemulihan akan tiba (ayat 7). Sebaliknya, Ia menekankan hal yang lebih penting bagi para murid: menjadi saksi Kristus (ayat 8). Ini adalah wasiat Yesus sebelum Ia terangkat ke surga (ayat 9).

Saat para murid masih terpesona oleh kenaikan Yesus, mereka dikejutkan lagi oleh kehadiran malaikat yang mengatakan bahwa Yesus akan kembali dengan cara yang sama (ayat 10-11).

Saksi mata adalah mereka yang melihat dan mendengar suatu peristiwa secara langsung. Para murid adalah saksi mata dari segala yang Yesus lakukan dan katakan. Selain mereka, ratusan orang lainnya juga menyaksikan kebangkitan dan kenaikan Yesus (1 Korintus 15:6). Tugas utama yang diwasiatkan Yesus kepada mereka adalah menjadi saksi bahwa Ia telah bangkit dan hidup.

Meskipun kita bukan saksi mata seperti para murid, kita dapat melihat karya Tuhan dalam hidup kita. Banyak karya menakjubkan yang Tuhan lakukan bagi kita, bagaimana Ia menjamah, memanggil, dan memperbarui hidup kita. Dengan demikian, kita juga adalah saksi mata atas hidup yang diperbarui dan diubahkan oleh kasih penebusan.

Sama seperti para murid, tugas kita adalah bersaksi bahwa Tuhan Yesus hidup. Menjadi saksi adalah pekerjaan yang terhormat dan mulia. Setiap dari kita dipanggil untuk menceritakan dan menunjukkan apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita.

Share:

Kepingan Pembentuk Hidup

Kisah Para Rasul 2:14-40

Rasul Petrus, yang dahulu pernah gagal dan bersedih, kini berdiri dan bersuara lantang untuk menjawab sindiran bahwa para rasul mabuk oleh anggur manis. Ia menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan penggenapan firman Allah (ay. 16-21). Petrus mengungkit kembali kisah besar yang telah disiarkan dalam 50 hari berturut-turut, bahwa Yesus dari Nazaret yang memberi berbagai tanda dan mukjizat telah disalibkan, mati, bangkit, dan naik ke surga (ay. 22-35). Para rasul adalah saksi mata dari semua peristiwa itu.

Rentetan peristiwa menakjubkan ini ditunjukkan Allah untuk menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus (ay. 36). Setelah mendengarkan kilas balik tentang Yesus, penyesalan menggugah hati mereka sehingga mereka bertobat dan memberi diri untuk dibaptis (ay. 37-40).

Penulis Kisah Para Rasul mencatat karya Roh Kudus melalui para rasul, yakni orang-orang biasa yang dipakai Allah secara luar biasa. Petrus pernah gagal dengan menyangkal Yesus, bahkan ia pernah kembali ke danau mencari ikan. Petrus adalah contoh murid yang pernah gagal. Namun, ia disadarkan Tuhan dan kembali kepada-Nya. Lain halnya dengan Yudas yang gagal dan tak pernah kembali.

Hal ini mengajarkan bahwa kita tak bisa menghakimi hidup orang lain. Roh Kudus mampu memperbarui dan meneguhkan komitmen Petrus serta para murid. Siapa yang tak pernah gagal? Abraham, Musa, dan Daud pernah gagal. Namun, setiap orang yang gagal dan mau bertobat dapat diubahkan Allah. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

Kegagalan adalah kepingan hidup yang dapat dipakai Allah untuk membentuk kita. Dari kegagalan, ada kasih Tuhan yang menyemangati untuk kita bangkit dan tidak terpuruk dalam kegagalan, juga hikmat untuk tidak masuk ke lubang kegagalan yang sama. Marilah kita bertekad untuk selalu merendahkan diri dan setia kepada Tuhan, serta memuji Tuhan yang panjang sabar dalam membentuk kita yang sering gagal.

Dari kegagalan, kiranya kita menemukan kepingan hidup yang harus diperbaiki bagi kemuliaan Tuhan.

Share:

Jabatan Adalah Pemberian Allah

Kisah Para Rasul 1:15-26

Dalam masa penantian di Yerusalem, ada satu hal penting yang harus dibicarakan oleh para murid, yang saat itu telah berjumlah sebelas orang. Petrus mengangkat topik tentang Yudas Iskariot dan kisah pengkhianatannya, serta melihat perlunya pengganti Yudas dalam jajaran 12 murid Yesus.

Di antara mereka yang hadir, Yustus dan Matias diusulkan sebagai kandidat pengganti Yudas. Menariknya, kedua nama tersebut bukan dipilih oleh Petrus atau melalui pemungutan suara, tetapi melalui doa bersama dan memohon petunjuk Allah. Mereka menyerahkan pemilihan ini kepada Allah melalui pergumulan doa dan undian, menunjukkan harapan akan campur tangan Tuhan yang berkuasa atas langit dan bumi serta hidup umat-Nya.

Hal ini mengingatkan kita bahwa jabatan pelayanan bukanlah jabatan politis. Jabatan ini tidak dapat diperoleh dengan menghalalkan segala cara atau dengan membentuk tim sukses dan merekayasa pemenangan. Jabatan pelayanan adalah pemberian Allah, bukan pemenuhan nafsu yang dibalut dengan ayat suci. Tak sedikit pemimpin Kristen yang gagal dan jatuh dalam perebutan jabatan; tak sedikit jabatan pelayanan yang diincar untuk aktualisasi diri.

Jabatan, baik di dalam pelayanan maupun dalam karier, semuanya adalah pemberian Allah. Tak perlulah kita saling menjatuhkan atau menyuap. Jika Tuhan percayakan, kita bersyukur. Jika tidak, maka kita harus tetap berlapang dada dan menyelesaikan apa yang Tuhan percayakan. Apa yang Tuhan percayakan kepada kita saat ini? Patutlah kita bersyukur atas segala kepercayaan itu dan menjaganya. Tak ada yang kebetulan di dalam setiap langkah hidup kita, karena Allah selalu bekerja dalam tiap aspek kehidupan kita. Bersyukurlah dan tunaikanlah jabatan yang dipercayakan Tuhan.

Baca Gali Alkitab 3

Kisah Para Rasul 1:15-26

Karya penebusan Tuhan Yesus Kristus telah digenapi. Kenaikan-Nya pun telah terjadi. Pada saat itu, murid-murid Yesus menunggu turunnya Roh Kudus di Yerusalem. Masa itu merupakan masa penantian bagi mereka, tetapi murid-murid itu tidak tinggal diam.

Rasul Petrus angkat bicara perihal pengkhianatan Yudas Iskariot. Ia mengingatkan akan jumlah mereka, para rasul, yang telah berkurang menjadi sebelas orang. Itulah mengapa Petrus memandang perlunya diadakan pemilihan satu murid yang setia untuk mengemban jabatan rasul.

Apa saja yang Anda baca?

  1. Siapa saja yang hadir di sana? (ay. 15)

    • Murid-murid Yesus, bersama dengan beberapa perempuan dan saudara-saudara Yesus, serta para saksi lainnya.
  2. Apa yang harus digenapi menurut Petrus? (ay. 16-20)

    • Nubuatan dalam Kitab Suci mengenai pengkhianatan Yudas dan perlunya memilih penggantinya.
  3. Apa yang harus mereka lakukan pada saat itu? (ay. 21-22)

    • Memilih seseorang yang telah mengikuti Yesus sejak pembaptisan Yohanes hingga kenaikan-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya bersama para rasul.
  4. Siapa yang diusulkan untuk menjadi pengganti Yudas? (ay. 23)

    • Yustus dan Matias.
  5. Bagaimana mereka memilih pengganti yang tepat, dan siapa yang akhirnya terpilih? (ay. 24-26)

    • Mereka berdoa dan membuang undi untuk memohon konfirmasi Tuhan, dan Matias yang terpilih untuk menjadi rasul.

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

  1. Ketika keadaan belum ideal dan masih ada keperluan yang belum terpenuhi dengan baik, apa yang perlu dilakukan oleh murid Yesus?

    • Bertekun dalam doa, bersatu hati, dan mencari kehendak Allah dengan sungguh-sungguh.
  2. Seberapa penting kesatuan kita sebagai murid Yesus dalam mencari solusi yang tepat?

    • Sangat penting, karena melalui kesatuan dan doa bersama, kita dapat menemukan solusi yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
  3. Apa yang semestinya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap pilihan kita?

    • Kehendak Tuhan dan petunjuk-Nya melalui doa dan firman-Nya.

Apa respons Anda?

  1. Apa strategi yang dapat Anda petik dan pelajari dari tindakan murid-murid Yesus?

    • Mengutamakan doa dan kesatuan hati dalam mencari solusi dan keputusan.
  2. Bagaimana cara Anda untuk berdoa dan merenungkan firman Tuhan setiap kali Anda harus mengambil pilihan penting?

    • Meluangkan waktu khusus untuk berdoa, membaca firman Tuhan, dan meminta bimbingan Roh Kudus dalam setiap keputusan.
  3. Ketika teman sepelayanan atau rekan kerja Anda terpilih untuk posisi penting, bagaimana Anda akan bersikap?

    • Mendukung dan mendoakan mereka, serta bersyukur atas pilihan Tuhan dan tetap setia pada tugas yang dipercayakan.

Pokok Doa: Memohon pimpinan Tuhan supaya kita dapat mengetahui kehendak-Nya dan memilih yang terbaik.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.