Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

MEMADUKAN LOGIKA DAN RASA

Mempertimbangkan suatu hal dapat dikatakan sebagai seni yang melibatkan logika sekaligus rasa. Untuk mencapai pertimbangan yang baik, logika dan rasa harus selaras. Itulah titik pencapaian dimana energi mengalami ketenangan dan keseimbangan. Dengan pertimbangan baik yang didasari pengertian, keputusan yang diambil pun akan menjadi bijak.

Hari ini kita bisa belajar dari sesepuh Mahkamah Agama, seorang Farisi sekaligus ahli Taurat bernama Gamaliel. Saat para pemuka Yahudi lainnya merasa sakit hati dan ingin menghabisi para rasul, Gamaliel paham bahwa energi orang-orang saat itu bergejolak. Bila tidak dikendalikan, tentu akan menimbulkan bahaya.

Dengan berbekal segala pengalaman dan keilmuannya, Gamaliel mengajak mereka untuk berpikir secara logis. Ia mengingatkan mereka tentang kisah Teudas yang mengaku sebagai orang istimewa, tetapi setelah ia dibunuh, kira-kira empat ratus pengikutnya tercerai-berai dan lenyap. Begitu pula dengan pemberontakan Yudas orang Galilea; ketika ia tewas, para pengikutnya pun tercerai-berai. Berdasarkan itu, Gamaliel mengajak mereka untuk membiarkan para rasul hidup, dengan pertimbangan: "... jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini ..." (Kisah Para Rasul 5:38-39).

Dengan memadukan seni logika dan rasa, Gamaliel berhasil menenangkan hati dan energi mereka. Hal yang pantas disyukuri adalah munculnya kesadaran baru, bahwa kekerasan, penganiayaan, hingga pembunuhan adalah hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, Sang Maha Pengasih. Bagaimanapun juga, demi berkembangnya peradaban, kehadiran para guru bijaksana mutlak diperlukan.

Gamaliel adalah contoh guru yang pantas dijadikan teladan. Selain matang dalam ilmu, ia juga bijaksana dalam pengalaman. Dengan memadukan keduanya, lahirlah seni olah logika dan rasa, perpaduan yang melahirkan pertimbangan yang matang dan pasti baik. Dengan cara yang sama, begitulah kita sepatutnya mencari kehendak Allah.

Renungan

Kehidupan kita penuh dengan momen-momen di mana kita harus membuat keputusan penting. Contoh dari Gamaliel mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam bertindak, terutama saat kita dihadapkan pada situasi yang penuh emosi dan tekanan. Dengan memadukan logika dan rasa, kita dapat mencapai keputusan yang bijaksana dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Semoga kita selalu diberikan kebijaksanaan dan ketenangan hati dalam mengambil setiap keputusan, serta selalu mencari petunjuk dari Tuhan dalam setiap langkah kita.

Doa

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk selalu menggabungkan logika dan rasa dalam setiap pertimbangan yang kami buat. Berikanlah kami kebijaksanaan seperti yang Engkau anugerahkan kepada Gamaliel, agar kami dapat membuat keputusan yang bijaksana dan sesuai dengan kehendak-Mu. Semoga kami selalu diberkati dengan ketenangan hati dan pikiran yang jernih dalam menghadapi setiap tantangan hidup. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

TANDA DAN MUKJIZAT

Tanda dibutuhkan supaya hal-hal tertentu mudah dikenali. Mukjizat terjadi supaya orang memercayai seorang tokoh.

Para rasul dalam karya pelayanannya disertai dengan tanda dan mukjizat ini. Banyak orang menjadi percaya dan orang-orang yang tidak bergabung pun menghormati mereka. Inilah bukti bahwa karya kerasulan mereka mendapatkan penerimaan khalayak yang baik.

Dikisahkan bahwa banyak orang sakit menunggu bayangan Rasul Petrus untuk mendapatkan mukjizat kesembuhan (15). Orang-orang yang diganggu roh jahat pun dipulihkan dan dibebaskan dari belenggu roh jahat (16).

Tanda dan mukjizat tidak berhenti di situ saja. Ketika para rasul dimasukkan ke dalam penjara karena iri hati imam besar dan pengikutnya, malaikat Tuhan membukakan pintu penjara. Malaikat Tuhan juga menyampaikan perintah penting supaya para rasul berdiri di Bait Allah untuk memberitakan firman kepada orang banyak (19-20). Artinya, malaikat ini telah memberikan pertanda baik.

Bait Allah sebagai tempat paling suci dapat dijadikan sebagai pijakan para rasul untuk memberitakan firman. Dan tidak ada kekuatan dari mana pun yang mampu menghalangi lagi. Hal ini terbukti ketika ada yang menyampaikan kabar kepada para imam bahwa para rasul yang dipenjarakan sedang mengajar di Bait Allah (25).

Begitulah ketika Allah telah berkehendak. Halangan dan tantangan akan tersingkir, atau setidaknya terlewati. Hal inilah yang dialami para rasul. Penjara yang semestinya mampu menahan mereka akhirnya dilewati juga.

Inilah tanda nyata bahwa jika yang diberitakan adalah firman Tuhan, tak ada yang mampu menghalangi. Ketika manusia dengan segala pengaruh, kuasa, dan kedudukan mau menghalangi, kuasa dari Tuhan sendirilah yang turun mengatasi. Kunjungan malaikat Tuhan, selain sebagai tanda, juga menegaskan eksistensi mukjizat. Tanda dan mukjizat akan menyertai orang-orang beriman yang telah menyerahkan diri sepenuhnya.

Bersandarlah sepenuhnya kepada Allah yang bekerja dalam keilahiannya di balik kelemahan manusiawi.

Renungan:

Dalam kehidupan iman, tanda dan mukjizat memiliki peran penting sebagai bukti nyata kehadiran dan kuasa Tuhan. Para rasul menunjukkan bahwa dengan iman yang teguh dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, mereka mampu menghadapi segala tantangan. Mukjizat bukan hanya sekadar peristiwa supranatural, tetapi juga simbol dari kekuatan ilahi yang bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari. Keyakinan ini mengajarkan kita untuk selalu bersandar kepada Allah, terutama ketika kita merasa lemah atau terhalang oleh berbagai tantangan.

Doa:

Tuhan, kami bersyukur atas tanda dan mukjizat yang Engkau berikan sebagai bukti nyata dari kehadiran dan kuasa-Mu. Ajarlah kami untuk memiliki iman yang teguh seperti para rasul dan selalu bersandar kepada-Mu dalam segala situasi. Berikan kami keberanian untuk memberitakan firman-Mu dan menghadapi segala tantangan dengan keyakinan bahwa Engkau selalu menyertai kami. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

PEMOTONG KERAMIK

AMSAL 27:17
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Sambil menunggu proses pemasangan batu nisan dikerjakan, perhatian saya mendadak tertuju pada seseorang yang sedang memotong keramik supaya bisa pas dipasang untuk memperindah pusara. "Kok bisa lurus ya, meskipun tanpa penggaris atau sejenisnya?" gumam saya sambil terheran-heran. Maklum, saya sendiri yakin takkan bisa melakukan pemotongan yang presisi tanpa alat bantu. Akhirnya, saya menyadari bahwa ada faktor penentu yang membedakan saya dengan orang yang sedang memotong keramik tadi, yakni pengalaman!

Teori untuk mengerjakan sesuatu memang penting untuk dipelajari, juga dipahami sejelas mungkin. Namun, sehebat apa pun teori dipahami atau dikuasai, tanpa pernah dipraktikkan dalam kehidupan nyata maka semuanya akan sia-sia. Hanya teori yang dipraktikkan secara nyata, dalam durasi tertentu akan membuat seseorang menjadi berpengalaman. Dalam dunia kerja, durasi dalam mengerjakan sesuatu diyakini berbanding lurus dengan tingkat keahlian seorang pekerja, asalkan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Namun, sayang sekali, tak jarang ada orang yang cepat merasa puas dan tak lagi mengembangkan keahliannya. Alhasil, pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakannya dengan semakin ahli, mulai mengalami kemunduran hingga akhirnya kalah dalam persaingan. Bukankah besi juga tetap terjaga ketajamannya karena secara kontinu diasah dengan besi lainnya? Jadi, mengapa terkadang kita mudah menyerah dan merasa tak ada gunanya mengasah keahlian, yang sebenarnya dapat membuat kita semakin ahli dalam bidang apa pun?

Renungan

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Teori dan pengetahuan memang penting, namun tanpa praktik dan pengalaman, teori hanya akan menjadi konsep tanpa aplikasi nyata. Dalam kehidupan dan pekerjaan, kita harus terus berusaha dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah kita capai. Teruslah mengasah keahlian dan pengetahuan kita, sebab hanya dengan demikian kita bisa menjadi ahli dalam bidang apa pun yang kita tekuni.

Doa

Tuhan, kami bersyukur atas hikmat dan pengetahuan yang Kau berikan. Kami mohon agar Engkau memberikan kami semangat untuk terus belajar dan mengasah keahlian kami. Jangan biarkan kami cepat puas dengan apa yang telah kami capai, tetapi doronglah kami untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik. Berikan kami kekuatan dan ketekunan untuk menghadapi setiap tantangan dengan penuh keberanian dan keyakinan. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

BAGIAN YANG LAPUK

Pada sebuah bangunan tua tersimpan banyak harta karun. Pintu bangunan itu dikunci, kemudian digembok. Tiba-tiba, harta karun itu hilang! Tidak ada tanda-tanda gemboknya dirusak atau pintunya didobrak. Rupanya si pencuri yang cerdik mencari dengan saksama bagian dari tembok bangunan itu yang lapuk. Begitu ditemukan, sekali tendang runtuhlah tembok itu dan ia pun leluasa menjalankan aksi pencurian.

Daud adalah sosok yang teguh di hadapan Tuhan. Ia boleh diibaratkan seperti sebuah bangunan yang kokoh. Disodori lawan kuat seperti Goliat, iman Daud tidak goyah, tetapi semakin kuat. Berbeda dengan orang Israel lainnya yang meringkuk ketakutan, Daud maju memenangkan pertandingan (1 Samuel 17:50). Dihadapkan mertua yang haus kekuasaan seperti Saul yang begitu ingin membunuhnya, kerendahhatian Daud memukau para pengikutnya. Sekalipun mempunyai dua kesempatan untuk balik menyerang, Daud tidak bersedia mengambil nyawa Saul karena ia seorang yang diurapi Tuhan (1 Samuel 26:11).

Namun, Iblis tidak menyerah! Dicarinya dengan saksama area kehidupan Daud yang lapuk. Iblis menemukannya! Ketika Daud berjalan-jalan di atas sotoh istana, Iblis menyodorkan pemandangan seorang perempuan yang sedang mandi. Daud yang beriman dan rendah hati, kalah oleh nafsu yang membara. Sekali Iblis menendang, jatuhlah Daud ke dalam dosa perzinaan, tipu muslihat, dan pembunuhan.

Iblis si pencuri terus-menerus mencari kelemahan kita. Tidak ingin kehidupan kita ditendang habis oleh Iblis, kita perlu senantiasa berjaga-jaga di dalam doa (Matius 26:41). Doa akan membuat kita waspada akan titik lemah area kehidupan kita sehingga tidak dibobol Iblis.

Renungan
Kisah Daud mengajarkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang kebal terhadap godaan. Meskipun kita memiliki iman yang kuat dan kerendahhatian yang mendalam, kita tetap memiliki titik-titik lemah yang dapat menjadi pintu masuk bagi Iblis. Oleh karena itu, kita harus selalu berjaga-jaga dan tidak pernah menganggap remeh potensi godaan dalam hidup kita.

Doa
Tuhan, kami datang kepada-Mu dengan hati yang terbuka dan rendah hati. Kami menyadari bahwa kami memiliki kelemahan dan bagian-bagian dalam hidup kami yang rentan terhadap godaan. Kami mohon kepada-Mu, Tuhan, berikan kami kekuatan dan kebijaksanaan untuk mengenali titik-titik lemah kami dan berjaga-jaga di dalam doa. Lindungi kami dari segala tipu muslihat Iblis dan bimbing kami agar tetap teguh dalam iman kepada-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Share:

Sehati dan Sejiwa

 Kisah Para Rasul 4:32-37 

Hati merupakan pusat terdalam yang mencerminkan esensi diri manusia. Tidak mengherankan bila upaya untuk bisa sehati bukanlah perkara mudah. Sama halnya dengan usaha untuk menjadi sejiwa. Berbicara tentang jiwa berarti bicara tentang kepribadian. Tanpa jiwa, manusia dipastikan akan kehilangan identitas dirinya. Bagaimana caranya kita menjadi sehati dan sejiwa?

Bacaan hari ini mengajak kita melihat jemaat perdana yang mengalami hidup sehati dan sejiwa. Tandanya terlihat nyata ketika dengan penuh kerelaan hati mereka memperlakukan kepunyaan pribadi seperti kepunyaan bersama (32). Tidak ada kemelekatan pada harta, tiada pula keterikatan pada hal-hal duniawi. Itulah yang menjadi cara hidup jemaat mula-mula.

Ini adalah cara hidup yang makin sulit dijumpai pada era sekarang. Pada suatu era yang identik dengan pentingnya harta milik, tekad untuk menjadi sehati dan sejiwa harus melampaui hasrat akan kepemilikan. Untungnya, jejak ini masih bisa dijumpai di sebagian komunitas religius, misalnya biara. Di dalam biara, saudara seiman tinggal bersama sebagai komunitas yang dibangun atas dasar kelimpahan kasih dan karunia yang diterima karena mereka melanjutkan kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Kesaksian inilah yang sejak dahulu menjadi spirit pembentukan jati diri bagi komunitas jemaat perdana. Nah, bagaimana kita bisa memetik relevansi dari kisah ini di tengah zaman materialistis?

Komunitas religius terkecil sejatinya adalah keluarga. Di sinilah persemaian spirit sehati dan sejiwa bisa dikerjakan bersama. Fondasinya tentu adalah iman dalam Tuhan Yesus yang telah bangkit dan naik ke surga. Iman inilah yang melahirkan segala harapan baik yang berguna bagi berkembangnya kehidupan, yang melampaui keputusasaan.

Itulah esensi iman dalam Tuhan, iman yang terus dirayakan dalam kebaktian harian, mingguan, dan hari raya gerejawi, iman yang hidup dalam Sakramen Perjamuan. Itulah momen ketika derita dan kematian Kristus dikenang, kebangkitan-Nya dirayakan, dan kedatangan-Nya dinantikan. 

DOA PAGI


Share:

Berani Mewartakan Firman

Kisah Para Rasul 4:23-31 

Berani adalah watak ksatria. Pasalnya, keberanian itu muncul dari kesadaran atas dharma bakti. Ketika keberanian ditunjukkan atas nama emosi, yang didapatkan hanyalah kekecewaan belaka. Akan berbeda halnya ketika keberanian itu bertumbuh karena dipupuk atas kesadaran pada dharma bakti.

Dari manakah kesadaran demikian? Kebenaran firman Tuhan bisa menjadi cahaya penerang bagi dharma bakti. Kebenaran itu berwatak murni sehingga dapat memandu orang untuk menemukan dharma bakti.

Tidak mengherankan apabila keberanian untuk mewartakan firman diterima sebagai panggilan hidup bagi para rasul. Itulah hidup yang dibaktikan untuk menyampaikan cahaya kebenaran firman kepada banyak orang dari berbagai bangsa dan latar kehidupan. Di sinilah pentingnya keberanian yang sejati, sebagaimana yang dimiliki oleh para rasul.

Keberanian yang sedemikian rupa tidak akan pernah surut dalam menghadapi ancaman. Justru ancaman akan makin menggelorakan kobaran api keberanian secara signifikan. Itulah api keberanian yang memercik dari dasar kebenaran firman Tuhan. Itulah kesadaran yang sangat dihayati oleh komunitas jemaat Rasul Petrus dan Yohanes.

Tidak heran ketika para murid menanggapi cerita para rasul pasca interogasi oleh para pemuka agama Yahudi, mereka pun menggelar acara doa bersama, yakni doa yang menggemakan keyakinan pitara iman mereka. Disebutlah nama Daud, raja Israel yang menjadi leluhur iman mereka. Dari kisah Raja Daud mereka mendapat keberanian untuk menghadapi situasi yang mengancam. Jadilah, ancaman bagi para rasul itu menjadi seperti perkara yang sia-sia belaka (25).

Dengan tetap diingatnya warisan iman leluhur yang memuliakan Yesus, iman para rasul pun mengalami pertumbuhan. Iman dalam nama Yesus, sumber segala mukjizat dan penyembuhan, dapat bekerja efektif. Banyak orang mendapatkan berkat. Bahkan, alam semesta pun turut memberikan restunya. "... Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu ..." (31).

DOA PAGI


Share:

Daya Roh Kudus dalam Nama

Kisah Para Rasul 4:1-22 

Kehebatan Nama Yesus
Kuasa nama Yesus benar-benar terbukti melalui kesaksian para rasul. Mereka menjadi saksi mata mukjizat-mukjizat, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan penampakan Tuhan Yesus. Para rasul juga mendapatkan pengajaran khusus mengenai segala hal dalam Kitab Suci sebelum Yesus naik ke surga (lihat Lukas 24:44-45).

Dengan bekal pengetahuan tersebut, Petrus dan Yohanes tampil berani di hadapan para pemuka agama yang menghakimi mereka. Kebesaran nama Yesus semakin diwartakan melalui ajaran para rasul. Hasilnya, pengajaran mereka membuat banyak orang percaya, sehingga jumlah mereka menjadi sekitar lima ribu orang laki-laki (Kisah Para Rasul 4:4). Jumlah yang luar biasa ini menambah bukti akan kehebatan nama Yesus Kristus. Nama-Nya penuh kuasa, mewujudkan daya Roh Kudus dalam diri para rasul.

Keberanian baru pun muncul untuk mewartakan nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:13). Bagi Rasul Petrus, nama Yesus mendatangkan keselamatan. Sebaliknya, nama ini membuat para pemimpin Yahudi, seperti tua-tua, imam kepala, orang Farisi, dan ahli Taurat, merasa terancam. Tanpa bukti untuk menyudutkan para rasul, mereka hanya bisa memberi ancaman.

Namun, sekeras apapun ancaman tersebut, tidak pernah menyurutkan pemberitaan para rasul. Itulah kuasa Roh Kudus yang aktif berkarya dalam diri mereka, itulah Roh Allah yang dianugerahkan karena mereka memuliakan nama Yesus seperti para pendahulu mereka.

Keteladanan para rasul ini patut menjadi inspirasi. Ketakutan datang dari kelemahan diri dan ancaman. Sebaliknya, keberanian berasal dari Roh Kudus yang mahakuasa. Keberanian ini bukan hanya keberanian biasa, melainkan tekad untuk mewartakan nama Yesus, sumber kesembuhan dan keselamatan.

Nama Yesus Kristus telah menjadi anugerah bagi kelangsungan semesta raya dan kita semua.

Share:

Satu Tubuh Kristus

1 Korintus 9:24-27 (TB) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Ayat di atas sudah sering saya baca, tapi kali ini Roh Kudus memberi makna yang lebih lagi. Saya merasakan ada FOKUS yang Paulus miliki dalam hidupnya, sehingga seluruh keberadaannya dibangun, dilatih, dan diarahkan untuk mencapai satu titik fokus yang Tuhan tetapkan untuk dirinya. Sebenarnya itulah kunci keberhasilan sejati dan Paulus berhasil ‘mengunci dan terkunci’ dalam panggilan ilahi tersebut.

Saya yakin sekali, Tuhan tidak mau mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita secara ‘tanggung - tanggung’. Tapi Ia mau kita bekerja sama dengan diri-Nya untuk mencapai tujuan yang Dia tetapkan. Selama hidup kita masih dalam fase bingung mencari jati diri, mencari panggilan Tuhan, apalagi masih terus mencoba 'mengkombinasikan' firman dengan apa yang dunia tawarkan, maka sudah pasti hidup kita tidak akan pernah mencapai apa yang Tuhan tetapkan. 

Kita sudah harus memasuki fase hidup di mana kita tahu dengan pasti apa yang menjadi panggilan hidup kita tanpa percampuran dari dunia ini (minta kepada Roh Kudus untuk membersihkan hati kita dan membuatnya menjadi terang).

Selama ini kita terus menganggap perjalanan hidup yang berlika-liku, coba ini dan coba itu, layaknya orang yang sedang mencoba mengadu nasib dan mencari keberuntungan adalah hal yang wajar. Alhasil kita seperti orang buta yang sedang mencoba meraba banyak hal dan mengenali banyak hal. 

Pendek kata, hidup kita tidak bisa fokus, sebab terlalu banyak ‘percampuran’ yang membuat kita mengalami banyak distraction. Kita perlu dibersihkan dari pola dunia, filosofi dunia, dan dari setiap cinta diri sendiri, cinta uang, dan cinta dunia. Sama halnya seperti yang Yesaya alami.

Yesaya 6:5-8 (TB) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" 

Yesaya telah bernubuat sebanyak lima pasal, tapi ia belum tajam dan belum fokus dalam panggilan hidupnya, bahkan ia belum memberi diri sepenuhnya bagi Tuhan. Sungguh aneh tentunya, tapi pengalaman Yesaya juga jadi gambaran orang percaya atau para pendeta kebanyakan. Sudah melayani dan beribadah, tapi tidak ada hal spesifik dalam agenda Kerajaan Allah. Hidup masih saja mengikuti sistem dunia yang ada dan belum menjadi alat Kerajaan-Nya yang kuat dan tajam.

Saya mendapati kita harus datang ke dalam hadirat Tuhan, meminta sekali lagi pekerjaan Roh dan Firman untuk membersihkan batin dan mengarahkan kecenderungan hati kita hanya kepada Tuhan dan penggenapan rencana-Nya.

Sebenarnya tidaklah sukar dalam menjalani hidup sebagai orang percaya - fokus saja untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Tuhan menghendaki untuk kita bisa mengerjakan kehendak-Nya dalam pelayanan tubuh Kristus, sehingga hidup kita bisa terarah dan tepat. 

Bukan jadi "petinju" yang sembarangan memukul seperti yang tertulis dalam kitab Yesaya dari pasal 1 - 5. Melainkan dengan segera dapat menjadi kepala tangan Tuhan (tubuh Kristus) yang siap bergerak menghancurkan pekerjaan musuh! 

Kehidupan kita sesungguhnya bukanlah kehidupan individu, melainkan korporat (Filipi 2, Efesus 1:15-23, Efesus 4:1-16, Roma 12:1-8). Jangan jadi petinju yang sembarangan memukul (kehidupan individu yang tanpa arah).

Kuasai hati dan tubuh kita untuk terus berada dalam pusat kehendak Tuhan dan melakukan agenda Kerajaan secara korporat. Ini waktunya fokus dan mencurahkan energi kita untuk kepentingan Kerajaan Allah sebagai SATU TUBUH KRISTUS.

Share:

KEKUATAN IMAN

1 YOHANES 5:1-5

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita. (1 Yohanes 5:4)

Tidak sulit menemukan orang Kristen yang terlibat dalam kompromi dengan dosa. Siswa Kristen terjerat narkoba dan pergaulan bebas, karyawan berlaku korup, suami atau istri tidak setia pada pasangan, pejabat menyelewengkan kewenangan, bahkan pelayan Tuhan mengejar popularitas. Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah Roh Kudus menjaga setiap orang Kristen?

Roh Kudus selalu ada untuk menolong setiap orang percaya. Namun, untuk mengalahkan godaan dunia, orang Kristen harus menghidupi iman yang melihat realitas abadi, serta mengalami kuasa Allah dan kasih Kristus. Iman dalam Kristus memiliki daya yang luar biasa, yang sanggup membawa kita pada kemenangan atas dunia. Iman menjadi sarana dan senjata rohani yang utama. Iman membuat kita memandang rendah keduniawian, bahkan memampukan kita untuk melawannya. Iman menjauhkan kita dari cinta dunia sehingga hati kita dikuduskan dan dimurnikan dari nafsu kedagingan. Iman memungkinkan kita beroleh kekuatan untuk menaklukkan sanjungan dunia. Dengan demikian, kesenangan dunia yang berdosa, nilai-nilai sekuler, cara-cara yang fasik, dan materialisme yang mementingkan diri sendiri bukan saja tidak lagi menarik, tetapi juga kita pandang sebagai kejijikan.

Iman memungkinkan kita memperoleh hak melalui janji Injil. Iman memungkinkan kita melihat dekatnya dunia yang tak terlihat, yakni dunia yang dengan dunia ini tak layak untuk dibandingkan. Ya, kekuatan iman tidak perlu diragukan. Namun, sudahkah kita menjadikannya fondasi utama dalam hidup kita?

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.