Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Jalan-Nya Tak Terselami

Kejadian 37:12-36

Kebencian yang mendalam membuat saudara-saudara Yusuf melakukan kejahatan. Saat itu Yusuf hendak melihat keadaan saudara-saudaranya seperti yang diminta ayahnya. Ketika mereka melihat Yusuf dari kejauhan, mereka berencana untuk membunuhnya (Kejadian 37:18-20). Namun, pemeliharaan Tuhan nyata atas hidup Yusuf melalui Ruben dan Yehuda. 

Ruben melarang mereka membunuh Yusuf karena Yusuf adalah saudara mereka. Maka, mereka menyerang Yusuf, mengambil jubahnya, dan melemparkan dia ke dalam sumur yang kosong (Kejadian 37:21-24). Demikian juga dengan Yehuda. Ia mengusulkan kepada saudara-saudara yang lain untuk menjual Yusuf dan tidak membunuhnya (Kejadian 37:26-27).

Dari hal ini kita dapat melihat pemeliharaan Tuhan itu nyata dalam hidup setiap manusia. Sebab, bermula dari peristiwa inilah akhirnya Yusuf tinggal di Mesir sampai menjadi seorang pemimpin di sana.

Rencana Tuhan selalu sempurna, tetapi kita tidak selalu dapat memahaminya karena kita terbatas. Kita hanya bisa melihat apa yang ada di sini pada saat ini. Akibatnya, kita acap kali mengeluh dan marah kepada Tuhan. Ketika doa kita untuk keluar dari kesulitan tidak dijawab Tuhan, kita kecewa dan menganggap cara Tuhan salah. Kita merasa pilihan dan rancangan kitalah yang paling benar sehingga kita enggan untuk tetap taat dalam jalan-Nya yang tak terselami itu.

Alkitab tidak menceritakan bagaimana perasaan Yusuf ketika ia menghadapi kejahatan saudara-saudaranya. Mungkin dia menangis, marah, kecewa, dan putus asa. Namun, ia tidak berhenti pada apa yang tampak di depan mata, melainkan ia terus berharap kepada Tuhan. Ia terus merespons kesulitan dan penderitaan dengan sikap yang positif, sehingga dengan pertolongan Tuhan akhirnya ia menjadi pemegang kuasa di Mesir (lihat Kejadian 39-41).

Seperti Yusuf yang bertahan di jalan Tuhan hingga akhir sekalipun sulit, kiranya kita semua juga memilih untuk hidup dalam jalan-Nya hingga akhir. Sekalipun tak terselami dan sulit, jalan Tuhan pasti sempurna bagi kita. Tetaplah berharap dan bersandar hanya pada Tuhan.

Doa Pagi

Pagi ini aku datang kepada-Mu, Tuhan, dan aku mohonkan berkat kepada-Mu untuk bapak, ibu, jemaat, saudara-saudari sekalian. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kita semua. 

Dan diberkati juga rumah tanggamu, anak-anak dan cucu-cucumu, pekerjaanmu, sawah dan ladangmu, studimu, tokomu, usahamu, kantormu, rumahmu, keluargamu, pelayananmu, dan gerejamu. Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami. Yang percaya katakan, **Amin**! Tuhan Yesus memberkati.
Share:

Perlakuan Tak Adil


Perlakuan tidak adil bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Hal ini dirasakan oleh saudara-saudara Yusuf.

Yakub lebih mengasihi Yusuf dibanding yang lainnya. Ia memberikan jubah yang sangat indah hanya kepada Yusuf (Kejadian 37:3). Perlakuan tidak adil ini menyebabkan saudara-saudara Yusuf iri kepada Yusuf. Iri hati yang terus-menerus ini akhirnya menimbulkan kebencian dalam hati mereka.

Sikap Yusuf yang mengadukan sikap buruk kakak-kakaknya dan menceritakan mimpi-mimpinya membuat mereka menjadi makin iri dan benci kepada Yusuf. Berkali-kali Alkitab menuliskan kebencian di hati saudara-saudara Yusuf sehingga menunjukkan intensitas yang besar (Kejadian 37:4, 5, 8).

Secara sepintas, perasaan iri hati saudara-saudara Yusuf amatlah wajar. Tidak dikasihi oleh orang tua sebagaimana mestinya tentu menimbulkan luka di dalam hati. Tidak ada seorang pun yang mau diperlakukan secara tidak adil.

Namun sayangnya, saudara-saudara Yusuf merespons ketidakadilan itu dengan cara yang salah, yaitu memendam kebencian dan berlaku buruk terhadap Yusuf.

Bagaimana dengan kita hari ini ketika kita mengalami perlakuan yang tidak adil? Apakah kita menjadi marah, iri hati, dan membenci mereka yang terlihat lebih beruntung daripada kita? Ketika kita diremehkan, tidak mendapat hak kita sebagaimana mestinya, atau mengalami diskriminasi karena SARA, apakah kita lalu membenci pelakunya?

Berhati-hatilah dalam merespons perlakuan tidak adil orang lain. Jangan sampai kita berbuat kejahatan karena kita marah dan benci.

Jika hari ini kita mengalami perlakuan tidak adil, berdoalah kepada Tuhan, Yang Maha Adil, supaya Ia menyembuhkan luka hati kita dan memberi kita hikmat untuk dapat merespons dengan benar. Mari kita juga memohon kepada-Nya agar dalam menyatakan kebenaran, Tuhan menjauhkan kita dari keinginan untuk melampiaskan emosi dan menggunakan cara-cara yang salah.

Percayalah bahwa Tuhan, Allah Yang Maha Adil, pasti akan menyatakan keadilan-Nya tepat pada waktunya!

Prinsip Menghadapi Perlakuan Tidak Adil:

  1. Jangan Memendam Kebencian: Perlakuan tidak adil bisa menyebabkan luka hati dan kebencian, tetapi kita harus berhati-hati agar tidak memendam kebencian karena hal ini hanya akan memperburuk keadaan.

  2. Berlaku Bijak dalam Merespons: Ketika mengalami ketidakadilan, penting untuk merespons dengan bijak dan tidak terbawa emosi. Jangan sampai kita melakukan tindakan yang salah karena marah dan benci.

  3. Berdoa untuk Hikmat dan Kesembuhan: Berdoalah kepada Tuhan untuk menyembuhkan luka hati dan memberikan hikmat dalam merespons perlakuan tidak adil. Tuhan adalah sumber keadilan sejati yang bisa menuntun kita.

  4. Percayalah pada Keadilan Tuhan: Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Adil dan Ia akan menyatakan keadilan-Nya pada waktunya. Tidak perlu membalas dendam atau berlaku tidak adil kepada orang lain.

  5. Memohon Penyertaan Tuhan: Dalam menyatakan kebenaran, mohonlah kepada Tuhan agar kita dijauhkan dari keinginan untuk melampiaskan emosi dan menggunakan cara-cara yang salah. Tuhan akan memberi kita kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi ketidakadilan.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita bisa menghadapi perlakuan tidak adil dengan cara yang benar dan bijak, serta mempercayakan keadilan kepada Tuhan yang adalah hakim yang adil.

Share:

Kemurahan Tuhan

Bagian firman Tuhan hari ini membahas tentang Esau dan keturunannya.

Esau adalah kakak Yakub, anak Ishak, cucu Abraham (bdk. Kejadian 25:19, 25-26). Sekalipun Esau bukanlah orang yang dipilih Tuhan untuk mewarisi janji-Nya kepada Abraham, itu bukan berarti Tuhan membuang Esau (bdk. Kejadian 25:23). Tuhan tetap menyatakan pemeliharaan dan kemurahan-Nya kepada Esau dan keturunannya.

Berkat Tuhan terlihat nyata ketika Alkitab menjelaskan bahwa Esau memiliki banyak keturunan sehingga keluarganya berkembang menjadi bangsa besar yang bernama Edom (Kejadian 36:1-5). Esau dan keturunannya juga terpelihara dengan sangat baik sehingga mereka memiliki banyak harta (Kejadian 36:6-7).

Jika kita membandingkan bagian ini dengan Ulangan 2:4-5, kita melihat dari segi keamanan, Tuhan juga tetap memelihara mereka. Ketika Israel hendak merebut Kanaan, Tuhan berpesan agar mereka tidak menyerang bangsa Edom karena mereka adalah saudara.

Berkat Tuhan dinyatakan kepada Esau dan keturunannya bukan karena Edom adalah bangsa yang baik, melainkan semata-mata karena kemurahan dan kebaikan Tuhan.

Hari ini kita tinggal dalam masyarakat yang majemuk. Artinya, ada begitu banyak perbedaan di tengah relasi kita. Sering kali perbedaan juga tak terhindarkan di tengah keluarga. Barangkali orang tua kita memegang keyakinan berbeda, atau banyak anggota keluarga besar kita yang belum percaya kepada Kristus. Namun, hal ini bukan berarti kita tidak perlu peduli dan mengasihi mereka. Sebaliknya, sebagai anak-anak Tuhan, kita diminta menyatakan kasih Kristus kepada mereka.

Perbedaan yang sejatinya selalu ada jangan sampai membuat kita abai atau bahkan antipati terhadap mereka. Justru di tengah perbedaan itulah, Tuhan mau kita menjadi pembawa damai dan terang yang menuntun mereka kepada kebenaran, yaitu Kristus.

Kiranya kemurahan Tuhan yang dinyatakan kepada keturunan Esau juga menjadi bagian dalam hidup kita, sehingga kita pun belajar bermurah hati kepada mereka yang berbeda dengan kita.

Prinsip Menghormati dan Mengasihi di Tengah Perbedaan:

  1. Pemeliharaan Tuhan untuk Semua: Tuhan memelihara dan memberkati Esau meskipun ia tidak dipilih untuk mewarisi janji kepada Abraham. Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli dan memberkati semua orang, bukan hanya yang dipilih secara khusus.

  2. Berkat dalam Keterbatasan: Meskipun Esau tidak dipilih, ia tetap menerima banyak keturunan dan harta. Tuhan memberikan berkat dalam bentuk yang berbeda, menunjukkan bahwa berkat Tuhan melampaui pilihan manusia.

  3. Keamanan dan Perlindungan: Ulangan 2:4-5 menunjukkan bahwa Tuhan melindungi keturunan Esau dengan memerintahkan Israel untuk tidak menyerang Edom. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan menjaga dan melindungi semua umat-Nya.

  4. Mengasihi dalam Perbedaan: Di tengah masyarakat yang majemuk, kita dipanggil untuk mengasihi dan peduli kepada semua orang, termasuk mereka yang berbeda keyakinan atau pandangan. Kasih Kristus harus dinyatakan kepada semua orang.

  5. Menjadi Pembawa Damai: Perbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk abai atau antipati. Sebaliknya, kita harus menjadi pembawa damai dan terang yang menuntun orang lain kepada Kristus.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat hidup harmonis di tengah perbedaan dan menjadi saluran berkat serta kasih Tuhan bagi sesama kita.

Share:

Menghormati Tuhan

Dalam firman-Nya, Tuhan memerintahkan Yakub untuk pergi ke Betel dan mendirikan mazbah. Yakub tentu merespons firman Tuhan dengan taat, tetapi sebelum ia pergi, ada yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Yakub meminta seluruh anggota keluarganya untuk menyingkirkan segala berhala yang mereka miliki, juga untuk menyucikan diri dan mengganti pakaian sebagai simbol bagi umat-Nya yang menguduskan diri dari segala dosa mereka (Kejadian 35:2-3; bdk. Keluaran 19:10).

Permintaan ini menunjukkan keseriusan Yakub untuk bertemu dengan Tuhan. Ia memahami bahwa ia tidak bisa bertemu Tuhan dengan sembarangan. Penyembahan berhala yang sangat kental saat itu, ditambah dengan benda-benda yang mereka pandang sebagai jimat keberuntungan, masih mereka simpan. Semua itu dikumpulkan oleh Yakub dan ditanam di bawah pohon besar (Kejadian 35:4).

Terlebih lagi, mengingat peristiwa sebelumnya di mana anak-anaknya melakukan dosa yang besar (bdk. Kejadian 34), sangatlah tepat jika ia meminta seluruh keluarganya untuk menyucikan diri mereka.

Setelah sampai di Betel, Yakub membangun mazbah, lalu mendirikan tugu batu dan menyiramnya dengan minyak (Kejadian 35:7, 14). Menurut penafsir, minyak itu adalah minyak zaitun murni yang mahal harganya. Maka, semua hal yang dilakukan Yakub menunjukkan rasa hormatnya kepada Tuhan.

Sayangnya, hari ini banyak orang Kristen yang datang beribadah tidak dengan rasa hormat kepada Tuhan. Mereka lupa bahwa mereka sedang bertemu dengan Sang Pencipta dan Penguasa hidup mereka.

Melalui firman Tuhan hari ini, mari kita kembali mengoreksi kehidupan ibadah kita. Apakah setiap kali kita beribadah, kita menyiapkan diri dan hati dengan serius? Apakah kita datang kepada Tuhan dengan menjaga kekudusan dan menjauhkan berhala dari hidup kita?

Mungkin berhala kita bukan benda tertentu, melainkan ambisi atau orang yang kita hormati lebih dari Tuhan. Apa pun itu, Tuhan mau kita menghormati Dia lebih dari siapa pun dan apa pun. Kiranya firman ini senantiasa mengingatkan kita untuk menghormati Tuhan.

Prinsip Menghormati Tuhan:

  1. Menjauhkan Berhala: Kita harus menyingkirkan segala bentuk berhala, baik benda maupun ambisi atau orang yang kita hormati lebih dari Tuhan.

  2. Menyucikan Diri: Seperti Yakub meminta keluarganya untuk menyucikan diri dan mengganti pakaian, kita juga harus mempersiapkan diri dengan menjaga kekudusan.

  3. Rasa Hormat dalam Ibadah: Kita perlu datang kepada Tuhan dengan hati yang bersih dan sikap yang penuh hormat, mengingat bahwa kita sedang bertemu dengan Sang Pencipta.

  4. Pengorbanan yang Berharga: Seperti Yakub yang menyiram tugu batu dengan minyak zaitun murni yang mahal, kita harus memberikan yang terbaik kepada Tuhan dalam segala hal, termasuk waktu, usaha, dan perhatian kita.

  5. Evaluasi Diri: Secara rutin, kita harus mengoreksi kehidupan ibadah kita dan memastikan bahwa kita benar-benar menghormati Tuhan lebih dari siapa pun dan apa pun.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, kita dapat memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan memastikan bahwa kita menghormati-Nya dengan sepenuh hati.

Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu
Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Kemarahan Tak Terkendali

Ketika Yakub dan keluarganya menetap di tanah Sikhem, daerah Kanaan (Kejadian 33:18-19), terjadilah peristiwa nahas yang menimpa Dina. Dina, putri Yakub, diperkosa oleh Sikhem, anak Hemor orang Hewi, yang merupakan pangeran negeri itu (Kejadian 34:2). Perbuatan Sikhem adalah kejahatan besar yang melukai tidak hanya Dina, tetapi juga saudara-saudara kandungnya (Kejadian 34:7).

Saudara-saudara Dina, terutama Simeon dan Lewi, sangat marah atas perbuatan ini. Namun, kemarahan mereka dilampiaskan dengan cara yang keji. Mereka menipu Sikhem dan Hemor dengan menyuruh mereka dan semua laki-laki di kota itu untuk bersunat sebagai syarat pernikahan antara Sikhem dan Dina (Kejadian 34:13-17). Setelah laki-laki di kota itu dalam keadaan sakit karena sunat, Simeon dan Lewi menyerang kota tersebut dan membunuh semua laki-laki, termasuk Sikhem dan Hemor (Kejadian 34:25-26). Setelah itu, mereka menawan wanita dan anak-anak serta merampas harta benda kota tersebut (Kejadian 34:27-29).

Kemarahan saudara-saudara Dina adalah hal yang wajar, namun sayangnya, kemarahan itu dilampiaskan dengan cara yang salah. Mereka tidak hanya membalas Sikhem dan Hemor, tetapi juga melakukan kejahatan terhadap orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan peristiwa tersebut. Tindakan mereka memperluas kejahatan dengan merampas harta milik orang lain dan menawan mereka yang tidak bersalah. Dosa yang satu membawa mereka kepada dosa yang lainnya, mengakibatkan kekacauan dan kekejian.

Kemarahan itu sendiri pada dasarnya bukanlah perasaan yang terlarang. Ketika kita melihat dosa dan ketidakadilan, tentu saja kita harus marah. Namun, tindakan apa yang kita pilih sebagai tindak lanjut dari kemarahan itu? Apakah kita memilih untuk menyimpan dendam dan melampiaskannya dengan menghalalkan segala cara? Atau, apakah kita memilih untuk menyerahkan sakit hati kita kepada Tuhan, satu-satunya Pribadi yang mampu menolong kita dan layak menghukum mereka yang berbuat jahat?

Berhati-hatilah dengan kemarahan kita, sebab jika tidak ditangani dengan benar, emosi akan membawa kita kepada dosa. Ketika kita mendapat perlakuan tidak adil atau disakiti oleh sesama kita, datanglah kepada Tuhan. Ungkapkanlah kemarahan kita dengan jujur di hadapan Tuhan dan percayalah bahwa Ia akan bertindak menyatakan kebenaran tepat pada waktunya.

Prinsip Mengelola Kemarahan

  1. Sadari Emosi Kita: Mengenali kemarahan adalah langkah pertama. Sadari bahwa kemarahan adalah reaksi alami terhadap ketidakadilan.

  2. Refleksi dan Doa: Gunakan waktu untuk merefleksikan perasaan kita dan berdoa. Serahkan kemarahan kita kepada Tuhan dan minta kebijaksanaan untuk menangani situasi dengan benar.

  3. Hindari Pembalasan: Pembalasan cenderung memperburuk situasi dan melibatkan orang-orang yang tidak bersalah. Biarkan Tuhan yang menghakimi dan menghukum.

  4. Cari Solusi yang Damai: Cari cara untuk menyelesaikan konflik dengan damai. Diskusikan masalah secara terbuka dan jujur, dan berusaha untuk memahami perspektif orang lain.

  5. Belajar Memaafkan: Memaafkan bukan berarti melupakan atau mengabaikan kejahatan, tetapi memilih untuk tidak membiarkan kemarahan menguasai kita. Pengampunan membawa kedamaian dan membebaskan kita dari beban emosi yang negatif.

Dengan mengelola kemarahan kita dengan bijak, kita dapat menghindari tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Mari belajar dari kisah Yakub dan keluarganya untuk menyerahkan kemarahan kita kepada Tuhan dan mencari cara yang benar untuk menangani ketidakadilan.

Share:

Salah Sangka


Di dunia, sering kali kita menjalani prinsip yang bersifat retributif, dimana ada ungkapan "pembalasan lebih kejam daripada perbuatan". Prinsip ini mengandaikan bahwa setiap orang yang telah disakiti pasti akan melakukan pembalasan.

Ketakutan akan pembalasan inilah yang dihadapi Yakub sepanjang perjalanannya untuk bertemu Esau. Yakub takut akan reaksi Esau dan bahkan memecah rombongannya menjadi dua untuk mengurangi risiko kehancuran total jika Esau menyerang mereka.

Ketika Esau mendekat, Yakub masih berusaha melindungi orang-orang yang dikasihinya dengan memisahkan anak-anaknya bersama ibu mereka (Kejadian 33:1-2). Dia juga bersujud sampai ke tanah tujuh kali sebagai ungkapan merendahkan diri dan mencari belas kasihan Esau (Kejadian 33:3).

Namun, Yakub salah sangka. Esau, yang diduganya akan melakukan pembalasan, malah mendekap, memeluk, dan menciumnya (Kejadian 33:4). Esau bahkan merasa enggan menerima persembahan Yakub (Kejadian 33:9).

Kita tidak tahu secara pasti apa yang terjadi dalam hidup Esau yang membuatnya tidak lagi menginginkan pembalasan terhadap Yakub. Namun, yang pasti adalah Esau telah mengampuni dan menerima Yakub sepenuhnya sebagai adik kandungnya. Esau tidak mengungkit kesalahan masa lalu, malah menawarkan berbagai kebaikan kepada Yakub. Esau berhasil membuat Yakub salah sangka.

Pengampunan: Nilai Utama Kristen

Pengampunan adalah nilai utama dalam Kristen dan dasar dari relasi kita dengan Tuhan. Kita bisa hidup karena Tuhan mengampuni kita. Oleh karena itu, setiap orang Kristen juga mesti bersedia mengampuni.

Kadang kita merasa bahwa mengampuni itu sulit karena ingatan kita masih mengulang-ulang peristiwa atau perkataan yang menyakitkan. Kita tidak diminta untuk melupakan karena kita tidak menderita amnesia. Namun, kita diundang untuk menerima keberadaan orang yang telah menyakiti kita sebagai sesama yang setara dengan kita, yang patut kita kasihi, dan yang patut mendapatkan kesempatan untuk terus memperbaiki diri.

Mengampuni dan Menerima

Di dunia yang melazimkan pembalasan, mari kita membuat orang salah sangka dengan memberikan pengampunan dan penerimaan! Pengampunan bukan hanya tentang membebaskan orang lain dari kesalahan mereka, tetapi juga tentang membebaskan diri kita dari beban dendam dan sakit hati.

Dengan memberikan pengampunan, kita meneladani Esau yang mampu mengampuni dan menerima Yakub, serta meneladani Tuhan yang telah mengampuni kita. Pengampunan membawa damai dan kebahagiaan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Mari kita hidup dalam pengampunan, menjadi terang bagi dunia yang gelap oleh dendam dan kebencian, dan menunjukkan bahwa kasih dan pengampunan adalah jalan yang lebih baik.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 14 Juli 2024

 

Share:

Pniel

Ketika dihadapkan dengan kegelisahan dan kekhawatiran, banyak dari kita mencari berbagai cara untuk menenangkan pikiran. Beberapa orang berbicara dengan teman dekat, sementara yang lain mencari hiburan atau kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan sementara. Namun, cerita tentang Yakub memberikan perspektif yang berbeda tentang bagaimana kita dapat menghadapi kegelisahan kita.

Yakub dan Pniel: Sebuah Pergulatan dengan Tuhan

Yakub mengalami kegalauan luar biasa ketika mengetahui bahwa Esau, saudaranya yang ia tipu, datang dengan 400 orang. Ketakutan dan kecemasannya memuncak. Dalam situasi seperti itu, Yakub memilih untuk menyendiri. Dia mengatur agar keluarganya menyeberangi Sungai Yabok, tetapi dia sendiri kembali dan menghabiskan waktu sendirian (Kejadian 32:22-23). Mungkin dia ingin berdoa, berefleksi, atau hanya mencari ketenangan.

Namun, alih-alih mendapatkan ketenangan, Yakub justru bertemu dengan seorang laki-laki yang bergulat dengannya sepanjang malam. Belakangan diketahui bahwa laki-laki tersebut adalah Allah sendiri (Kejadian 32:28). Pergulatan ini tidak hanya fisik tetapi juga spiritual, dan pada akhirnya membawa berkat bagi Yakub. Yakub menamai tempat itu Pniel, yang berarti "wajah Allah", karena dia merasa telah melihat Allah dan tetap hidup (Kejadian 32:30).

Pelajaran dari Kisah Yakub:

  1. Mencari Ketenangan dengan Menyendiri: Yakub menunjukkan bahwa ada kalanya kita perlu menyendiri untuk menenangkan diri dan mencari jawaban. Dalam keheningan dan kesendirian, kita sering kali bisa lebih jernih dalam berpikir dan mendengar suara Tuhan.

  2. Menghadapi Pergulatan: Pergulatan Yakub dengan Allah menggambarkan bahwa kadang-kadang, dalam kegelapan dan ketidakpastian hidup, kita akan menghadapi pergulatan yang berat. Namun, justru melalui pergulatan inilah kita dapat menemukan berkat dan pengertian yang lebih dalam tentang rencana Tuhan.

  3. Melihat Wajah Allah di Tengah Pergulatan: Yakub menamai tempat itu Pniel karena dia merasa telah melihat wajah Allah. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap pergulatan hidup, Tuhan ada bersama kita. Alih-alih fokus pada masalah, kita diajak untuk melihat kehadiran dan penyertaan Tuhan.

  4. Mengalihkan Fokus ke Tuhan: Ketika kita terjebak dalam kegalauan, mudah untuk terfokus pada masalah dan ketakutan kita. Yakub mengajarkan kita untuk mengalihkan fokus kita dari masalah kepada Tuhan yang selalu menyertai kita dan memberikan berkat-Nya.

Kisah Yakub di Pniel mengajarkan bahwa di tengah kegalauan dan pergulatan hidup, kita perlu mencari wajah Tuhan. Alih-alih mencari pelarian sementara, kita diajak untuk berdoa, berefleksi, dan menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Melalui pergulatan dan kesulitan, Tuhan bekerja untuk membentuk dan memberkati kita. Maka, marilah kita belajar untuk melihat wajah Tuhan dalam setiap pergumulan kita dan menemukan damai sejahtera yang hanya bisa diberikan oleh-Nya.

Share:

Nething

Prasangka buruk, atau dalam bahasa gaulnya disebut "nething", memang bisa merusak hubungan dan menimbulkan masalah yang seharusnya bisa dihindari. Kisah Yakub dan Esau merupakan contoh klasik tentang bagaimana prasangka buruk dapat memengaruhi tindakan dan keputusan seseorang.

Alasan Yakub Berprasangka Buruk:

  1. Kesalahan Masa Lalu: Yakub tahu bahwa dia telah berbuat salah kepada Esau dengan mencuri berkat kesulungan. Rasa bersalah dan ketakutan akan pembalasan membuatnya berprasangka buruk terhadap Esau.

  2. Informasi yang Tidak Jelas: Ketika utusannya melaporkan bahwa Esau datang dengan 400 orang, Yakub langsung mengira yang terburuk. Dia berpikir Esau datang untuk membalas dendam.

Dampak dari Prasangka Buruk Yakub:

  1. Ketakutan dan Kekhawatiran: Yakub merasa sangat takut dan khawatir, yang membuatnya mengambil langkah-langkah untuk melindungi dirinya dan keluarganya. Ia memecah rombongannya dan mengirim persembahan untuk melunakkan hati Esau.

  2. Tindakan Pencegahan yang Berlebihan: Yakub merasa perlu memecah rombongannya menjadi dua kelompok agar jika salah satu diserang, kelompok yang lain bisa selamat. Ini menunjukkan betapa besar ketakutan yang disebabkan oleh prasangka buruknya.

Pembelajaran dari Kisah Yakub:

  1. Prasangka Buruk Tidak Berdasar: Nething tidak hanya membuat kita khawatir tanpa alasan yang jelas, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Yakub tidak tahu pasti apa yang akan dilakukan Esau, tetapi prasangkanya yang buruk membuatnya mengambil tindakan yang berlebihan.

  2. Komunikasi yang Terbuka: Daripada berprasangka buruk, penting untuk membuka komunikasi dengan orang yang bersangkutan. Bertanya langsung atau mencari informasi dari sumber yang terpercaya bisa membantu mengklarifikasi situasi dan mengurangi ketakutan yang tidak perlu.

  3. Mencari Jalan Tengah: Jika kita menemukan bahwa prasangka kita benar, kita harus mencari cara untuk mengatasi situasi tersebut dengan bijaksana dan tanpa memperburuk hubungan. Jika tidak benar, kita harus mengubah cara pikir kita dan memperbaiki hubungan dengan orang tersebut.

Nething atau prasangka buruk bisa merusak hubungan dan menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu. Untuk menghindari hal ini, kita harus berusaha membuka komunikasi dan mencari kebenaran dari prasangka kita. Dengan demikian, kita bisa menentukan langkah yang bijak dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih dan pengertian, bukan dalam ketakutan dan prasangka buruk.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.