Kesetiaan pada Janji
Menguji demi Kebaikan
Allah sering menguji umat-Nya demi kebaikan mereka, seperti dalam kisah Ayub. Kita juga dapat meneladani Allah dengan menguji orang yang kita kasihi demi kebaikan mereka dan kerja sama yang lebih baik.
Yusuf dengan sengaja menyuruh pengurus rumahnya untuk meletakkan piala peraknya di karung Benyamin (2). Tak lama setelah saudara-saudaranya berangkat, pengurus itu mengejar mereka dan menuduh mereka mencuri (4-6). Saudara-saudara Yusuf yakin bahwa tidak ada di antara mereka yang mencuri, sehingga mereka mengatakan bahwa siapa pun yang kedapatan mencuri harus dihukum mati, dan mereka semuanya akan menjadi budak Yusuf (7-9).
Tentu saja piala tersebut ditemukan di dalam karung Benyamin, dan semua saudara Yusuf mengoyak jubah mereka sebagai tanda kesedihan (12-13). Yehuda memohon agar mereka semua menjadi budak, tetapi Yusuf bersikeras bahwa hanya Benyamin yang harus menjadi budak (16-17).
Mengapa Yusuf melakukan ini? Mengapa hukuman itu ditetapkan agar hanya Benyamin yang menjadi budak? Yusuf tampaknya ingin melihat bagaimana saudara-saudaranya memperlakukan Benyamin. Apakah mereka akan iri kepada Benyamin dan membiarkan dia menjadi budak seperti mereka dahulu iri kepada Yusuf dan menjualnya sebagai budak? Tujuan Yusuf adalah untuk melihat apakah saudara-saudaranya sudah berubah.
Menguji apakah orang terdekat kita sudah berubah atau menguji kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu adalah hal penting yang kadang diperlukan. Allah juga sering menguji kita sebagai hamba-Nya, bukan untuk membuat Allah lebih tahu, tetapi supaya kita bisa lebih memahami pertumbuhan dan kemampuan kita.
Mari kita belajar untuk menguji orang yang mau kita percayakan untuk tugas tertentu, supaya kita dapat memilih orang dengan tepat. Tentu, kita juga harus bersedia diuji oleh siapa pun agar kita dapat dipercaya. Berdoalah agar Tuhan mengajar kita untuk menjadi lebih berhikmat dalam memberi maupun menerima ujian.
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua.
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu.
Pekerjaanmu.
Sawah dan ladang mu.
Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu
Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu.
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Perubahan Sejati
Masa kelaparan terus berlanjut, dan persediaan gandum yang dibeli sebelumnya sudah habis. Oleh karena itu, Yakub menyuruh anak-anaknya pergi kembali ke Mesir untuk membeli gandum.
Situasi yang serupa memicu tuntutan yang sama, yaitu membawa Benyamin bersama mereka (3-5). Namun, kali ini Yehuda dengan berani menjamin bahwa ia akan menjaga adiknya dengan sebaik-baiknya (9).
Setibanya di Mesir, mereka mengantisipasi perlakuan keras seperti sebelumnya. Namun, Yusuf membawa mereka ke rumahnya, bukan untuk menghukum, tetapi untuk makan bersama mereka (16-18).
Kebaikan yang besar ditunjukkan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dengan ramah, ia menanyakan perihal ayah mereka (27). Ketika ia melihat Benyamin, ia menaikkan doa bagi adiknya itu dan menyimpan kasih sayang di dalam hatinya hingga ia menangis (29-30).
Yusuf memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Ia mendudukkan saudara-saudaranya di depannya dan menjamu mereka dengan makanan melimpah, bahkan hidangan mewah dari mejanya (31-34a).
Dalam perjamuan siang itu, Yusuf dengan sengaja memberi Benyamin hidangan lima kali lebih banyak daripada yang lain (34b). Ia menunjukkan rasa hormat yang khusus kepada Benyamin, seolah hendak menguji apakah saudara-saudaranya akan merasa iri terhadap Benyamin, sama seperti mereka dahulu iri terhadap dirinya. Tampaknya mereka sudah berubah karena dikatakan mereka bersukaria bersama.
Allah menginginkan perubahan sejati. Kesalahan tidak diulang, tetapi diperbaiki dengan ucapan maaf dan perbuatan baik. Keirihatian dan dendam diganti dengan kerendahhatian dan keramahan. Relasi kembali dibangun dalam sukaria. Untuk sampai pada level ini, kita memerlukan bimbingan Roh Kudus. Dialah yang memampukan kita untuk bangkit dari penyesalan dan berubah secara total.
Kepada keluarga dan teman yang pernah tersakiti perbuatan kita, buktikanlah bahwa kita dapat berubah sejati.
Penyesalan
Ketika saudara-saudara Yusuf tiba di Mesir, Yusuf langsung mengenali mereka, tetapi mereka tidak mengenali dia (7-8). Mereka tidak menyangka bahwa adik mereka masih hidup dan mereka akan berjumpa dengannya di situ (13). Dengan keras, Yusuf menuduh mereka sebagai pengintai. Mereka berusaha meyakinkan sang penguasa, tetapi Yusuf mengurung mereka di penjara selama tiga hari (17).
Setelah itu, Yusuf mengizinkan mereka pulang asalkan salah satu dari mereka ditinggalkan sebagai sandera dan mereka membawa Benyamin kembali ke Mesir. Saudara-saudara Yusuf mulai merenung dan menyesali kesalahan serta ketidakpedulian mereka di masa lalu (21). Penyesalan muncul saat mereka teringat akan peringatan yang pernah mereka abaikan (22).
Kesulitan besar yang mereka alami di Mesir diceritakan kepada ayah mereka, Yakub. Yakub mempersalahkan anak-anaknya dan jelas menunjukkan bahwa ia tidak memercayai mereka lagi, terutama setelah kehilangan Yusuf yang pergi bersama mereka. Penyesalan atas hilangnya Simeon yang tidak ikut pulang dengan mereka juga dirasakan Yakub (36). Untuk menghindari penyesalan yang lebih besar, Yakub bersikeras agar Benyamin tidak pergi (38).
Sungguh menyedihkan ketika kita saling menyakiti dan menyesali perbuatan satu sama lain. Tindakan yang kita kira akan memuaskan diri ternyata hanya membawa kita ke dalam penyesalan. Seperti pepatah, "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna," sebaiknya setiap tindakan dipikirkan sebelum dilakukan agar kita bisa menghindari penyesalan yang tiada akhir.
Apa yang buruk jangan diteruskan agar kita tidak terjebak dalam lingkaran penyesalan. Daripada berharap bisa mengubah masa lalu, mari kita jalani masa sekarang dengan kebijaksanaan dan pengendalian diri yang baik.
Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat sodara-sodari sekalian.
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua.
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. Pekerjaanmu. Mou Mu
Sawah dan ladang mu. Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu. Masa depanmu, calon jodohku.
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Kekuasaan untuk Kemanusiaan
Seseorang yang hidup dengan ketaatan kepada Tuhan dapat diberkati dan diberikan kekuasaan besar. Pertanyaannya adalah, apa yang akan dia lakukan dengan kekuasaan tersebut?
Firaun mengakui Yusuf sebagai seorang yang penuh dengan Roh Allah dan mempercayakan kekuasaan atas seluruh Mesir kepadanya (38-41). Sebagai tanda kehormatan, Yusuf diberi pelantikan dan tanda-tanda kebesaran (42-43). Firaun menamai Yusuf Zafnat-Pa'aneah, yang berarti "pengungkap rahasia", dan memberinya Asnat sebagai istri (45).
Kehidupan keluarga Yusuf menjadi lengkap dengan kelahiran dua anak laki-lakinya, Manasye dan Efraim. Melalui nama-nama tersebut, Yusuf mengakui campur tangan Allah yang membawa perubahan dalam hidupnya (50-52).Ketika masa kelimpahan tiba, Yusuf dengan bijaksana mengumpulkan persediaan selama tahun-tahun kelimpahan (46-49). Ia juga bertindak bijaksana dalam mendistribusikan persediaan ketika masa kelaparan datang (53-56). Dengan hikmat, Yusuf memastikan bahwa makanan tetap tersedia bagi seluruh rakyat Mesir, bahkan bagi bangsa-bangsa lain yang datang ke Mesir (57).
Kekuasaan besar yang dimiliki Yusuf digunakan untuk tujuan kemanusiaan. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin yang berkenan di hadapan Tuhan.
Sering kali, kita melihat bagaimana masa kelimpahan disalahgunakan untuk berfoya-foya, dan masa kekurangan dijadikan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain. Sikap ini sangat bertentangan dengan apa yang Tuhan kehendaki dari umat-Nya. Melalui berkat yang diberikan kepada kita, Tuhan ingin kita menjaga kerendahan hati, berbuat kebaikan, dan meringankan beban orang-orang di sekitar kita.
Jika kekuasaan duniawi sering kali merusak dan merugikan banyak orang, kekuasaan seorang hamba Tuhan akan memelihara dan menyejahterakan sesama.
Hamba yang Rendah Hati
Dua tahun telah berlalu sejak Yusuf meminta juru minuman untuk mengingatnya. Selama waktu itu, Yusuf masih menunggu di penjara sampai akhirnya seseorang mendapat mimpi, yaitu Firaun, raja Mesir.
Dalam mimpinya, tampak sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Di tepi Sungai Nil, tujuh lembu kurus memakan tujuh lembu gemuk, dan tujuh bulir gandum kurus menelan tujuh bulir gandum yang subur (2-7). Semua ahli sihir Firaun dibuat bingung. Di tengah kebingungan itu, kepala juru minuman akhirnya teringat Yusuf dan menghubungkannya sebagai penafsir mimpi (9-13).
Saat Yusuf dibawa menghadap Firaun, raja menceritakan mimpinya dan berharap Yusuf bisa memberikan artinya. Dengan penuh kerendahan hati, Yusuf menjelaskan bahwa bukan dirinya yang memiliki kemampuan, tetapi Allah yang memberikan penjelasan (16). Yusuf kemudian menjelaskan bahwa mimpi itu meramalkan tujuh tahun kelimpahan yang diikuti oleh tujuh tahun kelaparan (25-32).
Yusuf menunjukkan rasa hormat kepada Firaun dan memberikan dukungan terhadap pemerintahannya, dengan penafsiran mimpinya disertai dengan saran untuk memastikan kesejahteraan.
Atas persetujuan Firaun, Yusuf diangkat sebagai orang yang bijaksana untuk memimpin pengumpulan hasil tanah selama tahun-tahun kelimpahan dan menyiapkan persediaan untuk tahun-tahun kelaparan (33-36). Dengan demikian, Mesir tidak akan kekurangan makanan dan rakyatnya akan terjaga kesejahteraannya.
Meskipun Yusuf memiliki kesempatan untuk menjadi sombong setelah dikeluarkan dari penjara, ia tidak menunjukkan kesombongan. Ia bisa saja memamerkan kebijaksanaannya di depan Firaun, tetapi ia memilih untuk memuliakan nama Tuhan. Dalam penafsiran mimpinya, Yusuf tetap berbicara sebagai seorang hamba.
Dengan hikmat dari Tuhan, mungkin kita merasakan rasa superior. Namun, kita harus tetap sadar diri dan ikhlas dalam setiap tindakan kita. Saat kita berkesempatan untuk memberikan manfaat, kita tetap harus menjadi hamba yang rendah hati di hadapan Tuhan Yang Maha Tahu.
Tulus dan Ikhlas Melayani
Dalam Penyertaan Tuhan
Dalam cerita Yusuf, kita melihat bahwa kunci keberhasilannya adalah hidup dalam penyertaan Tuhan. Meskipun dihadapkan pada godaan dan ujian besar, Yusuf tetap teguh dalam imannya dan tidak mau berbuat salah kepada Allah. Dia menolak godaan meskipun berada dalam situasi yang sulit dan akhirnya mengalami tuduhan palsu yang membuatnya masuk penjara.Penyertaan Tuhan terlihat jelas dalam kehidupan Yusuf, di mana meskipun mengalami kesulitan dan cobaan, Allah tetap memberikan kemurahan dan kepercayaan kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan sejati datang dari kesetiaan kepada Tuhan, keteguhan iman, dan ketulusan hati dalam menjalani kehidupan.Dengan hidup dalam penyertaan Tuhan, kita akan mampu melewati segala ujian dan godaan dengan teguh dan tidak tergoyahkan. Keberhasilan sejati bukan hanya didapatkan melalui kerja keras dan usaha sungguh-sungguh, tetapi juga melalui iman dan ketaatan kepada Tuhan dalam segala hal.Jadi, jika kita ingin meraih keberhasilan sejati, mari hidup dalam penyertaan Tuhan, tetap teguh dalam iman, dan selalu mengutamakan kebenaran dan kebaikan dalam setiap langkah hidup kita.