Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tragedi Dibalas dengan Tragedi

Mazmur yang digubah oleh Daud setelah tragedi pembunuhan 85 imam dan penduduk Nob oleh Doeg adalah refleksi mendalam tentang kejahatan manusia dan keadilan Allah. Tragedi ini adalah akibat dari pengkhianatan Doeg, seorang Edom, yang dengan kata-kata penuh kemunafikan dan kebohongan menyebabkan kehancuran besar. Daud, yang menjadi target utama Saul, mencurahkan perasaannya melalui mazmur ini, yang dapat dibagi menjadi tiga bagian utama.

Bagian Pertama: Karakter Pengkhianat (3-6)
Di sini, Daud menggambarkan karakter Doeg dengan jelas. Dia adalah seorang yang menggunakan kata-kata sebagai senjata, menebarkan dusta dan kekacauan dengan tujuan jahat. Pengkhianat seperti Doeg adalah sosok yang selalu ada dalam sejarah, merusak dengan tipu muslihat mereka dan menghancurkan orang-orang yang tidak bersalah.

Bagian Kedua: Hukuman bagi Orang Fasik (7-9)
Daud kemudian menjelaskan hukuman yang akan menimpa orang-orang seperti Doeg. Allah, yang adil, akan menjatuhkan mereka dengan dahsyat, merobohkan mereka dan menyeret mereka keluar dari tempat mereka untuk dihancurkan. Kejatuhan mereka akan menjadi bahan ejekan dan pelajaran bagi orang lain. Hukuman Allah akan datang dengan tiba-tiba, tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk membela diri.

Bagian Ketiga: Nasib Orang Benar vs. Orang Fasik (10-11)
Daud, sebagai orang benar yang bergantung kepada Allah, menggambarkan nasib akhir dari orang benar yang penuh dengan keamanan dan ketenangan dalam perlindungan Allah. Sementara orang fasik akan jatuh, orang yang menaruh harapannya kepada Allah akan berdiri teguh dan menjadi saksi atas keadilan Allah.

Pesan penting dari mazmur ini adalah keyakinan bahwa keadilan Allah akan terwujud. Meskipun dalam dunia ini sering kali kejahatan tampak menang, orang-orang benar harus tetap teguh dalam iman mereka. Keadilan Allah akan terbit seperti mentari pagi bagi mereka yang setia.

Jika Anda sedang mengalami penderitaan akibat ulah seseorang, mazmur ini mengingatkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Serahkan semua kepada Allah, karena keadilan-Nya akan datang pada waktu-Nya. Percayalah, bahwa Allah akan membela dan melindungi Anda, dan bahwa orang-orang yang berbuat jahat akan menerima pembalasan yang setimpal.

Share:

Jiwa yang Merindukan Hisop Ilahi

Mazmur ini mengungkapkan kedalaman penyesalan dan pertobatan Daud setelah Nabi Natan menegurnya atas dosa yang telah dilakukannya. Daud tidak hanya menyesali dosa seksual yang telah ia perbuat, tetapi ia juga menyadari bahwa dosa tersebut adalah manifestasi dari keberdosaan yang telah ada dalam dirinya sejak ia dilahirkan.

Kesadaran ini menimbulkan penderitaan batin yang luar biasa dalam diri Daud, yang digambarkan seperti tulang-tulang yang remuk karena rasa bersalahnya. Ia merasa takut akan kehilangan kehadiran Allah dan Roh Kudus yang telah mengurapi serta membimbing hidupnya. Rasa takut inilah yang memotivasi Daud untuk memohon belas kasihan Allah.

Daud menyadari bahwa tidak ada ritual keagamaan atau usaha manusia yang dapat menghapus dosanya. Hanya tindakan kasih karunia Allah yang mampu menyucikannya, seperti hisop yang digunakan dalam ritual pembersihan. Permohonan Daud untuk disucikan dengan hisop ilahi merupakan pengakuan akan ketergantungan totalnya pada belas kasihan dan pengampunan Allah.

Mazmur ini mengajarkan bahwa Allah menghargai hati yang hancur dan penuh penyesalan atas dosa. Orang yang menyadari betapa besar dosanya dan datang kepada Allah dengan kerendahan hati akan menerima pengampunan dan pemulihan dari-Nya. Yesus Kristus juga menekankan pentingnya sikap ini ketika Ia berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."

Jika Anda merasakan kegelisahan atas dosa atau kesalahan yang belum diakui, jangan menunda untuk datang kepada Tuhan. Mungkin tidak ada orang lain yang akan menegur Anda atau membantu Anda menyadari kesalahan tersebut. Namun, jangan biarkan dosa-dosa tersebut menjauhkan Anda dari Allah. Ratapilah dosa yang menghalangi hubungan Anda dengan-Nya dan mintalah belas kasihan-Nya untuk menyucikan hati Anda. Tuhan selalu siap untuk menyambut dan memulihkan mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan.

Share:

Menyogok Tuhan

Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa dengan rajin mengikuti ibadah dan melayani setiap hari Minggu, hidup mereka akan menjadi lancar. Tidak jarang hal ini dimanfaatkan oleh pemimpin gereja yang korup dengan berjanji bahwa jika jemaatnya setia memberi persembahan, ada berkat berlimpah yang menanti mereka.

Apakah memang seperti itu Tuhan yang kita sembah? Pastilah tidak! Jika itu yang para pemimpin agama dan umat Tuhan pikirkan, sang pemazmur menentangnya dengan keras.

Tuhan bukanlah Allah yang haus dan lapar akan pujian, penyembahan, dan persembahan dari umat-Nya. Maka, adalah sebuah kebodohan jika umat-Nya berpikir seperti itu (Mazmur 50:8-9). Tuhan adalah Allah pemilik alam semesta; dunia serta segala isinya adalah kepunyaan-Nya. Jika Ia menginginkan sesuatu, Ia tidak perlu meminta manusia untuk mempersembahkannya kepada-Nya (Mazmur 50:10-12).

Tuhan memerintahkan umat untuk mempersembahkan kurban bakaran, tetapi semua itu bukanlah untuk memuaskan diri-Nya. Sejatinya, kurban bakaran merupakan tanda perjanjian yang membedakan umat-Nya dengan bangsa-bangsa lainnya. Pemberian kurban menandakan relasi yang dekat antara Tuhan dengan umat-Nya (Mazmur 50:5, 14-15).

Namun, Tuhan tak mau umat-Nya terus menjalankan ibadah tetapi hidup dalam kefasikan. Allah yang mengasihi juga adalah Allah yang mau beperkara dengan umat-Nya yang memilih jalan kefasikan (Mazmur 50:7, 16-22). Allah rindu supaya umat-Nya memuliakan Dia dengan kurban yang diberikan sebagai ucapan syukur, bukan sebagai sogokan. Kurban tidak dapat membeli keselamatan, tetapi bagi orang yang mau hidup benar, Tuhan akan membukakan jalan keselamatan kepadanya.

Janganlah berpikir bahwa kita bisa menyogok Tuhan. Sebaik dan sehebat apa pun, pelayanan kita tidak akan bisa membeli hati Tuhan. Itu karena sesungguhnya Ia sudah terlebih dahulu melayani dan mengurbankan diri-Nya bagi kita. Maka, sebagai umat yang dikasihi, mari kita belajar hidup sesuai dengan kerinduan-Nya, yakni dengan ucapan syukur yang tulus dan cara hidup yang benar.

Penyembahan yang sejati bukanlah soal memberi persembahan atau melayani dengan harapan mendapatkan imbalan, melainkan soal hati yang bersyukur dan hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan. Tuhan mencari hati yang murni, bukan formalitas ritual semata. Melalui kehidupan yang berintegritas dan penuh kasih, kita memuliakan Tuhan dan menyatakan iman kita yang sejati.

Share:

Akhir yang Mana?

Pemazmur memberikan perspektif yang menenangkan ketika kita merasa iri atau kecewa melihat orang-orang yang hidup tidak benar justru menikmati kekayaan dan kenyamanan. Meskipun tampaknya mereka hidup tanpa masalah, pemazmur mengingatkan kita bahwa kekayaan dan kemuliaan duniawi tidak dapat membebaskan seseorang dari kenyataan yang tak terelakkan—kematian.

Meskipun kita yang berusaha hidup benar juga akan menghadapi kematian, pengharapan kita tidak berhenti di situ. Pemazmur menegaskan bahwa Allah akan membebaskan kita dari kematian, memberikan pengharapan yang melampaui kehidupan dunia ini. Pengharapan ini adalah kekuatan bagi kita untuk tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, meskipun jalan hidup kita penuh tantangan dan kesulitan.

Kita diajak untuk melihat kehidupan ini dari perspektif kekekalan, di mana kebahagiaan dan kemegahan duniawi hanyalah sementara. Pengharapan yang kita miliki bukanlah pada apa yang fana, tetapi pada kehidupan kekal yang dijanjikan Allah. Ini memberi kita alasan kuat untuk terus hidup benar, bahkan ketika godaan untuk menyerah dan iri kepada orang lain begitu kuat.

Sebagai orang percaya, kita harus tetap teguh dalam iman kita, mengingat bahwa pengharapan kita jauh melampaui apa yang dunia ini bisa tawarkan. Kita juga dipanggil untuk mengingatkan orang-orang di sekitar kita agar tidak tergoda oleh kemewahan duniawi yang sementara, melainkan untuk mengejar kekayaan rohani yang kekal. Pada akhirnya, yang menentukan akhir hidup kita adalah kepada siapa kita menaruh kepercayaan kita—apakah pada hal-hal duniawi yang sementara atau pada Allah yang memberikan hidup kekal.

Share:

Tak Hanya Perkasa

Mazmur 48 menegaskan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang perkasa, yang melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Namun, kuasa Allah tidak hanya ditunjukkan melalui kemenangan dalam peperangan atau perlindungan dari musuh, tetapi juga melalui kasih setia dan keadilan-Nya. Mazmur ini memperingatkan kita untuk berhati-hati agar tidak terjerumus dalam rasa superioritas yang bisa muncul ketika menyadari keperkasaan Allah.

Allah tidak hanya melindungi umat-Nya dari serangan bangsa-bangsa lain, tetapi juga menuntut agar umat-Nya hidup dalam kebenaran dan keadilan. Dia adalah Allah yang adil dan penuh kasih setia, yang tidak hanya membela umat-Nya dari ketidakadilan, tetapi juga menegur umat-Nya jika mereka sendiri bersikap tidak adil.

Kita boleh merasa aman dan bangga karena Allah yang perkasa melindungi kita, tetapi kita juga harus ingat bahwa Dia mengharapkan kita untuk menjadi saluran kasih setia dan keadilan-Nya bagi orang-orang di sekitar kita. Allah ingin agar melalui kehidupan kita, orang lain dapat merasakan kasih setia dan keadilan-Nya yang nyata.

Dengan demikian, iman kita kepada Allah yang perkasa seharusnya tidak membuat kita merasa superior, tetapi justru mendorong kita untuk hidup dalam kerendahan hati, kasih, dan keadilan, mengikuti teladan Tuhan kita. Kita dipanggil untuk menghidupi karakter Allah yang penuh kasih setia dan adil, sehingga kehadiran-Nya dirasakan oleh semua orang yang kita temui.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 25 Agustus

Share:

Umat dari Yang Maha Tinggi

Sebagai orang Kristen, kita memang sering merasa bangga karena menyembah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, yang adalah Raja di atas segala raja. Namun, kebanggaan ini bisa berbahaya jika membuat kita merasa superior dan memandang rendah orang lain yang tidak seiman. Penting untuk diingat bahwa meskipun Tuhan adalah Allah yang Maha Tinggi, Dia juga adalah Allah yang kudus dan adil.

Tuhan memilih Israel bukan karena mereka besar atau kuat, tetapi justru karena mereka kecil dan lemah (Ulangan 7:7-9). Pilihan ini didasari oleh belas kasihan Tuhan kepada Israel yang menderita di bawah penindasan di Mesir. Allah tidak berpihak pada ketidakadilan, bahkan jika itu dilakukan oleh umat-Nya sendiri. Dia adalah Allah yang adil, yang merendahkan bangsa-bangsa yang melakukan kejahatan dan ketidakadilan.

Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan keadilan. Jika kita mengaku sebagai umat Tuhan tetapi memperlakukan orang lain dengan tidak adil, kita tidak layak merayakan kemenangan Tuhan atas kefasikan. Allah yang adil mungkin tidak akan membela kita jika kita sendiri tidak hidup dalam keadilan.

Oleh karena itu, kita harus mengingat bahwa sebagai umat Tuhan, kita adalah penerima belas kasihan yang besar. Kebanggaan kita seharusnya bukan pada status kita, tetapi pada belas kasihan yang telah kita terima. Kita dipanggil untuk setia mendengarkan dan mempraktikkan firman Tuhan, hidup dalam kekudusan, dan siap untuk disempurnakan oleh-Nya. Dengan demikian, kita bisa benar-benar merayakan kemenangan Tuhan dengan hati yang murni dan sikap yang benar.

Share:

Di Mana Kita Dapat Berlindung?

Dalam hidup, tekanan dan tantangan sering kali datang dari berbagai arah—entah dari dunia luar yang penuh ketidakpastian, hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, atau bahkan dari dalam diri kita sendiri, seperti ketakutan dan trauma. Di tengah semua ini, kita butuh tempat berlindung yang aman.

Pemazmur menggambarkan Allah sebagai tempat perlindungan yang kokoh dan tidak tergoyahkan (Mazmur 46:2). Ketika dia menghadapi ancaman nyata seperti pengepungan dan peperangan, dia juga telah merasakan kelepasan yang nyata dari Allah. Ini bukan sekadar konsep, tetapi pengalaman hidup yang dialaminya secara langsung.

Pemazmur menggunakan gambaran alam yang dahsyat—gempa bumi, letusan gunung api, dan badai di lautan—untuk menunjukkan bahwa bahkan kekuatan alam yang paling menakutkan pun tidak sebanding dengan keperkasaan Allah (Mazmur 46:3-4). Dia juga memandang ke masa depan dengan keyakinan bahwa Allah, pahlawan yang perkasa, akan menghentikan semua peperangan dan membawa kedamaian yang sempurna (Mazmur 46:9-10). Keyakinan ini memberikan rasa aman dan ketenangan, bahkan di tengah badai kehidupan.

Pengalaman pemazmur mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat kepada masalah atau tekanan yang ada, tetapi juga kepada Allah yang lebih besar daripada segala sesuatu yang kita hadapi. Saat kita mengingat bagaimana Allah telah menolong kita di masa lalu, kita dapat menemukan ketenangan dan pengharapan untuk masa depan. Bahkan ketika tekanan semakin berat, kita dapat yakin bahwa Allah yang sama yang telah menyertai kita, akan terus melakukannya.

Dalam saat-saat paling gelap, penting untuk menjaga perspektif kita dan mengingat keperkasaan dan penyertaan Allah. Dengan begitu, kita tidak hanya dapat mengatasi ketakutan kita, tetapi juga membantu orang lain menemukan tempat berlindung yang sama di dalam Tuhan.

Share:

Komitmen Pemimpin

Mazmur ini menyoroti pentingnya komitmen seorang pemimpin, khususnya seorang raja, dalam menjalankan tugasnya dengan kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan. Dalam konteks acara pernikahan, sering kali kita mendengar karakter mempelai pria dan wanita diperkenalkan oleh orang-orang terdekat mereka. Demikian pula dalam Mazmur ini, pemazmur memperkenalkan sang raja sebagai mempelai pria yang diundang untuk memimpin dengan bijaksana dan adil, serta mengajak sang mempelai wanita untuk tunduk kepada suaminya yang akan menjadi raja.

Karakter dan Komitmen Raja: Pemazmur menggambarkan tidak hanya penampilan fisik dan gaya bicara sang raja, tetapi juga komitmennya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan (Mazmur 45:3-6). Pemazmur menyadari bahwa raja diangkat bukan hanya untuk berkuasa, tetapi untuk mencintai keadilan dan kebenaran, serta untuk memimpin dengan hati yang peduli pada kesejahteraan umat (Mazmur 45:7-8). Pemimpin dalam Alkitab, termasuk raja-raja Israel, diharapkan untuk tidak hanya menjadi penguasa, tetapi juga hamba Allah yang menjalankan pemerintahan dengan adil dan benar, sebagaimana diatur dalam Ulangan 16:18-20.

Peran Permaisuri: Pemazmur juga memberikan arahan kepada permaisuri raja, mengajak dia untuk "melupakan bangsamu dan seisi rumah ayahmu" (Mazmur 45:11). Ini bukan sekadar anjuran untuk meninggalkan latar belakangnya, tetapi panggilan untuk mengutamakan kepentingan kerajaan dan umat Allah di atas kepentingan pribadi atau keluarga. Sebagai permaisuri, ia harus bersama-sama dengan raja berkomitmen untuk melayani Allah dan mengedepankan kebenaran serta keadilan dalam pemerintahan.

Kebenaran dan Keadilan dalam Alkitab: Kebenaran dan keadilan dalam Alkitab bukan hanya konsep teoretis tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti menjauhi penyembahan berhala, tidak menindas orang lain, dan tidak mengambil keuntungan dari kesulitan sesama (Yehezkiel 18:5-9). Seorang pemimpin yang adil akan menghindari kecurangan dan setia menjalankan hukum dengan benar. Tindakan yang benar dan adil dari seorang pemimpin tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kesejahteraan orang banyak.

Pentingnya Kepemimpinan yang Adil: Sejarah Israel menunjukkan bahwa pemimpin yang baik harus mampu menjaga komitmennya terhadap Allah dan kebenaran, serta tidak terpengaruh oleh godaan atau kepentingan pribadi. Beberapa raja seperti Salomo, Ahab, atau Yoram terjatuh dalam dosa dan kezaliman karena terpengaruh oleh istri-istri mereka yang menjauhkan mereka dari Allah.

Doa untuk Pemimpin: Bacaan ini mengundang kita untuk mendoakan para pemimpin kita, termasuk presiden, agar mereka mampu memimpin dengan adil dan benar. Marilah kita berdoa agar mereka tidak tergoda oleh kepentingan sepihak, tetapi tetap berkomitmen untuk menyejahterakan rakyat dan menjunjung tinggi kebenaran serta keadilan. Kepemimpinan yang benar adalah refleksi dari kehendak Allah, dan kita semua bertanggung jawab untuk mendukung dan mendoakan para pemimpin kita agar mereka dapat menjalankan tugas mereka sebagai wakil Allah di bumi ini.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.