Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Takjub oleh Kebenaran

Kisah Para Rasul 13:4-12

Kisah tentang Sergius Paulus dalam bacaan ini mengajarkan kita pentingnya memiliki hati yang rindu akan kebenaran, terlepas dari jabatan, kekayaan, atau prestasi yang kita miliki di dunia ini. Sergius Paulus, meskipun seorang gubernur yang berkuasa dan cerdas, merasa ada kekosongan dalam hidupnya yang hanya dapat diisi oleh kebenaran firman Allah.

Dalam pencariannya akan kebenaran, ia mendengar tentang Paulus dan Barnabas yang memberitakan firman Allah. Namun, di sisi lain, Elimas, nabi palsu, berusaha menghalangi Sergius Paulus dari mengenal kebenaran. Elimas mencoba memutarbalikkan kenyataan dan membelokkan gubernur dari jalan Tuhan. Tetapi, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya melalui Paulus, yang dengan kuasa Roh Kudus menghukum Elimas dengan kebutaan. Ironisnya, Elimas yang hendak membutakan hati gubernur dari kebenaran justru dibutakan matanya oleh Tuhan.

Pelajaran dari perikop ini:

  1. Kebenaran Lebih Berharga daripada Duniawi:
    Kekayaan, jabatan, dan prestasi duniawi tak dapat memenuhi kehampaan jiwa manusia. Hanya dengan mencari dan menerima kebenaran firman Allah, kita bisa menemukan kepuasan sejati. Seperti Sergius Paulus, jangan biarkan apa pun menghalangi kita dari pencarian akan kebenaran.

  2. Jangan Menghalangi Kebenaran:
    Elimas menjadi contoh nyata bagaimana Allah menentang siapa pun yang berusaha membelokkan orang lain dari jalan kebenaran. Hidup kita harus menjadi saksi kebenaran, bukan penghalang bagi orang lain untuk mengenal Tuhan.

  3. Kuasa Allah dalam Mengungkapkan Kebenaran:
    Tuhan selalu punya cara untuk menunjukkan kasih dan kuasa-Nya. Ketika kita memiliki hati yang rindu akan kebenaran, Dia akan membimbing kita dengan cara-Nya yang ajaib, seperti yang dialami oleh Sergius Paulus. Kebesaran Tuhan akan membuat kita takjub dan mengubah hidup kita.

Seperti sang gubernur yang dibuat takjub oleh firman Tuhan, biarlah kita juga memiliki hati yang terbuka untuk menerima kebenaran, dan tidak menghalangi orang lain dari jalan Tuhan.

Doa Pagi:

Tuhan, kami datang pada-Mu pagi ini, memohon berkat-Mu yang penuh kasih. Berkati kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera kami. Lindungi keluarga kami, pekerjaan, dan pelayanan kami. Berkati setiap langkah kami, agar kami selalu berjalan dalam kebenaran-Mu. Kami percaya berkat-Mu melimpah atas kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Pengutusan dan Kerendahan Hati

Kisah Para Rasul 12:24-13:3

Dalam bacaan ini, kita melihat bagaimana Barnabas dan Saulus dipilih dan diutus oleh Roh Kudus untuk misi pemberitaan Injil. Peristiwa ini menunjukkan dua nilai penting yang dapat kita pelajari: pengutusan dan kerendahan hati.

Ketika Roh Kudus menyatakan pengkhususan Barnabas dan Saulus, nabi dan pengajar yang lain di Antiokhia merespons dengan kerendahan hati. Mereka tidak merasa tersaingi atau iri atas pemilihan ini. Sebaliknya, mereka mendukung penuh pengutusan tersebut dengan doa, puasa, dan penumpangan tangan (ayat 3). Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari bahwa panggilan dan pemilihan berasal dari Allah, dan setiap orang punya bagian dalam rencana besar-Nya.

Pelajaran yang bisa kita ambil:

1. Kerendahan Hati dalam Pengutusan:
Pengutusan dalam gereja membutuhkan kerendahan hati, baik dari yang diutus maupun dari mereka yang tetap tinggal. Semua yang terlibat harus tunduk pada kehendak Allah, mengesampingkan ego dan kekecewaan pribadi, serta dengan setia melayani sesuai dengan bagian masing-masing.


2. Doa dan Dukungan:
Ketika Barnabas dan Saulus diutus, jemaat di Antiokhia memberikan dukungan melalui doa dan puasa. Mereka menyadari bahwa tugas memberitakan Injil bukanlah tugas yang mudah, dan karenanya memohon penyertaan Tuhan untuk rekan-rekan mereka. Demikian juga, gereja masa kini harus selalu mendukung para pelayan yang diutus melalui doa dan dukungan moral.


3. Mengalihkan Tanggung Jawab dengan Sukarela:
Jemaat Antiokhia tidak keberatan menggantikan tugas Barnabas dan Saulus di gereja. Mereka menunjukkan kerendahan hati dengan menerima tanggung jawab yang ditinggalkan, sehingga pekerjaan Tuhan di gereja tetap berjalan.



Kesimpulan:
Kerendahan hati adalah kunci dalam menghidupi pengutusan dan misi Allah. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, kita tunduk pada kehendak-Nya dan berani melangkah atau mendukung mereka yang dipanggil untuk melayani. Dengan demikian, gereja dapat mengutus dan melaksanakan amanat agung Allah dengan penuh kesatuan dan kasih.

Doa Pagi:

Tuhan yang penuh kasih, kami datang kepada-Mu pagi ini memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkati rumah tangga kami, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, dan pelayanan kami. Sertailah kami dalam segala hal yang kami kerjakan, dan biarlah berkat-Mu mengalir melimpah. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Kuasa Doa

Kisah Para Rasul 12:1-19Dalam perjalanan awal gereja, para rasul menghadapi banyak tantangan, penolakan, bahkan penganiayaan. Salah satu peristiwa penting adalah ketika Yakobus dibunuh dan Petrus dipenjara oleh Raja Herodes untuk menyenangkan orang Yahudi (ayat 1-3). Herodes berusaha menghentikan penyebaran pengajaran tentang Yesus Kristus dengan menekan para rasul. Namun, peristiwa ini tidak memadamkan semangat iman jemaat. Sebaliknya, mereka terus berdoa dengan tekun dan sungguh-sungguh untuk Petrus (ayat 5).Jawaban Tuhan atas doa-doa mereka sangat nyata. Petrus dibebaskan secara ajaib oleh malaikat Tuhan dari penjara yang dijaga sangat ketat (ayat 7-11). Peristiwa ini menunjukkan betapa besar kuasa Tuhan yang hadir melalui doa umat-Nya. Meskipun keadaan terlihat tidak mungkin, kuasa Tuhan melampaui segala batasan manusia.Dari perikop ini, ada beberapa pelajaran penting tentang doa:Doa sebagai Kekuatan Umat
Doa adalah napas kehidupan orang percaya. Tanpa doa, kehidupan rohani kita akan mati. Melalui doa, umat Tuhan memperoleh kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan, serta menyatukan mereka dalam pelayanan dan kesaksian.Kuasa Doa yang Menggerakkan
Doa memiliki kuasa yang luar biasa untuk mengubah keadaan. Sama seperti Petrus yang dibebaskan secara ajaib, doa jemaat yang tekun dan penuh kesungguhan menghasilkan mukjizat yang nyata. Tuhan bekerja melalui doa umat-Nya.Setia dalam Berdoa
Kesetiaan dalam doa adalah tanda iman yang kuat. Kita dipanggil untuk terus berdoa bagi diri sendiri, sesama, serta bangsa dan negara kita. Tuhan mendengar setiap doa yang dipanjatkan dengan hati yang tulus, dan Ia bekerja lebih besar dari yang kita bayangkan.Sebagai orang percaya, kita harus menjadi pendoa yang setia dalam seluruh aspek kehidupan kita—baik itu dalam pelayanan, persekutuan, maupun kesaksian. Doa bukan hanya permohonan, tetapi juga ungkapan kepercayaan penuh kepada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu.Doa Pagi:Tuhan yang penuh kasih, kami datang kepada-Mu pagi ini, memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkatilah rumah tangga kami, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, serta pelayanan kami. Kami percaya bahwa berkat-Mu mengalir dengan limpah dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Share:

Penyertaan Tuhan bagi Gereja-Nya

Kisah Para Rasul 11 : 19-30

Tuhan adalah pencipta gereja, sehingga kehadiran-Nya akan selalu menyertai gereja. Sejak awal, gereja telah menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan. Dalam perikop ini disebutkan bahwa umat Tuhan tersebar akibat penganiayaan (19). Tentu saja, hal ini memperlemah mereka, karena kekuatan biasanya tumbuh dari persatuan, sementara penganiayaan membuat mereka terpencar.

Namun, meskipun tersebar, mereka tetap mengabarkan Injil, meskipun pada awalnya hanya kepada orang Yahudi (19). Pada tahap ini, penyebaran Injil tampak berjalan lambat. Meski demikian, Allah tetap menunjukkan pemeliharaan-Nya bagi gereja-Nya. Dia bisa menggunakan siapa pun, termasuk orang-orang dari Siprus dan Kirene, yang kemudian mengabarkan Injil kepada orang Yunani (20). Dengan demikian, penyebaran Injil semakin meluas.

Selanjutnya, Tuhan menunjukkan penyertaan-Nya dengan cara lain, yaitu dengan mengutus Barnabas ke Antiokhia untuk menggembalakan umat-Nya di sana (23). Karena jumlah jemaat yang semakin banyak, Barnabas mengajak Saulus untuk melayani bersama selama satu tahun (25-26). Dalam masa tersebut, mereka berdua dengan penuh kesungguhan mengajar umat Tuhan (26). Selain itu, mereka juga mengorganisir bantuan sosial untuk membantu umat yang memerlukan (28).

Semua ini adalah bukti nyata pemeliharaan Tuhan terhadap gereja-Nya. Walaupun menghadapi penganiayaan, umat Tuhan tetap terpelihara dan terus mengabarkan Injil. Tuhan juga memelihara umat-Nya melalui gembala yang diutus-Nya, yang dengan setia mengajar dan menolong mereka yang membutuhkan.

Oleh karena itu, kita dapat memetik pelajaran penting bahwa gereja Tuhan selalu berada dalam pemeliharaan dan penyertaan Tuhan. Jadi, kita tidak perlu takut menghadapi penderitaan atau kesulitan. Tugas gereja adalah tetap setia memberitakan Injil dan menjalankan misinya.

Selain itu, kita juga perlu bersyukur dan menyadari bahwa setiap hamba Tuhan yang diutus untuk melayani di gereja kita adalah bukti nyata pemeliharaan Tuhan terhadap gereja-Nya

Share:

Pujian Ibadah Minggu 8 September 2024

 

Share:

Merespons Positif Kehendak Allah

Kisah Para Rasul 11:1-18Menghadapi kehendak Tuhan kadang bisa menjadi tantangan, terutama ketika kehendak itu bertentangan dengan pandangan atau kebiasaan kita. Dalam Kisah Para Rasul 11:1-18, kita melihat bagaimana rasul-rasul lain kesulitan menerima bahwa Petrus telah masuk ke rumah orang bukan Yahudi dan bahkan memberitakan Injil kepada mereka (ayat 2-3). Ini menciptakan ketegangan di antara mereka karena tradisi Yahudi menganggap bangsa lain sebagai najis.Namun, yang menarik dari kisah ini adalah cara Petrus menghadapi situasi tersebut. Dia tidak membalas kritikan dengan debat teologis atau kemarahan. Sebaliknya, Petrus dengan sabar menjelaskan pengalaman dan penglihatannya, bagaimana Tuhan menunjukkan kepadanya bahwa tidak ada manusia yang najis di mata Allah, dan bagaimana Roh Kudus juga turun atas Kornelius dan keluarganya (ayat 5-17).Setelah mendengar penjelasan Petrus, rasul-rasul lainnya merespons dengan sikap positif. Mereka menyadari bahwa Allah juga mengaruniakan keselamatan dan pertobatan kepada bangsa-bangsa lain, dan mereka pun bersukacita (ayat 18).Dari kisah ini, kita bisa belajar beberapa hal penting:Bertanggung Jawab dengan Sabar dan Lemah Lembut
Ketika kita dipanggil untuk menyampaikan kehendak Allah, seperti Petrus, kita harus siap bertanggung jawab dengan sabar dan lemah lembut. Petrus tidak memaksakan pandangannya, melainkan memberikan penjelasan yang jelas dan penuh kasih.Menerima Kehendak Tuhan dengan Hati Terbuka
Ketika berada di posisi sebagai penerima pesan, meskipun isi pesan mungkin tidak sesuai dengan harapan atau keyakinan kita, kita harus merespons secara positif. Dalam kasus ini, para rasul tidak menolak pesan Petrus, tetapi membuka hati mereka untuk memahami apa yang Allah sedang kerjakan.Percaya bahwa Kehendak Allah Selalu yang Terbaik
Setelah mereka memahami bahwa apa yang terjadi adalah kehendak Allah, para rasul merespons dengan sukacita. Mereka mengakui bahwa rencana Tuhan jauh lebih besar dari pemahaman manusia. Kita juga harus belajar untuk mempercayai bahwa kehendak Allah selalu yang terbaik, meskipun mungkin sulit diterima pada awalnya.Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencintai, mencari, dan mematuhi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Kita harus setia dalam melaksanakan kehendak-Nya, baik itu dalam kehidupan pribadi kita maupun dalam kesaksian kepada orang lain.
Doa Pagi:
Tuhan yang penuh kasih, kami datang kepada-Mu memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkatilah keluarga kami, pekerjaan kami, pelayanan kami, dan seluruh aspek hidup kami. Kiranya berkat-Mu mengalir dengan limpah, memberi kekuatan dan penghiburan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Share:

Berita Injil Bersifat Inklusif

Kisah Para Rasul 10Mengubah cara pandang seseorang, terutama yang sudah tertanam secara turun-temurun, bukanlah hal yang mudah. Namun, Kisah Para Rasul 10 memperlihatkan kepada kita bagaimana Tuhan memulai perubahan yang signifikan dalam sejarah gereja, yaitu membawa berita Injil yang inklusif, bukan lagi eksklusif untuk satu bangsa saja.Pasal ini mengisahkan bagaimana Injil mulai disebarkan ke seluruh dunia, melewati batas-batas etnis dan tradisi yang sebelumnya dipegang erat oleh orang Yahudi. Petrus, yang awalnya memiliki pandangan eksklusif tentang siapa yang layak menerima Injil, menerima penglihatan dari Tuhan yang mengubah cara pandangnya. Melalui peristiwa ini, Petrus dipersiapkan untuk menyampaikan Injil kepada Kornelius, seorang bukan Yahudi yang saleh.Tiga Pelajaran Penting dari Pasal Ini:
1. Umat Pilihan Allah Dimaknai Secara Rohani, Bukan Politis
Orang Yahudi dulu menganggap diri mereka sebagai satu-satunya umat pilihan Allah berdasarkan ikatan darah dan hukum Taurat. Namun, dalam Kisah Para Rasul 10, kita belajar bahwa pilihan Allah adalah spiritual, terbuka untuk semua orang yang percaya kepada-Nya, tanpa memandang latar belakang etnis atau kebangsaan. Dengan pemahaman ini, Injil dapat diberitakan kepada seluruh dunia, tidak lagi eksklusif bagi satu bangsa.
2. Kesatuan dalam Iman, Bukan Kesatuan Berdasarkan Darah
Petrus menerima Kornelius bukan karena mereka berbagi darah atau bangsa yang sama, melainkan karena iman yang sama kepada Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa kesatuan dalam gereja didasarkan pada iman kepada Kristus, bukan pada identitas etnis atau budaya.
3. Yesus Kristus sebagai Pusat Kebenaran
Ketika Kornelius menerima karunia Roh Kudus dan dibaptis, Petrus menyampaikan berita tentang Yesus Kristus sebagai pusat kebenaran. Ini menegaskan bahwa inti dari iman Kristen bukanlah hukum Taurat atau tradisi Yahudi, melainkan Injil Yesus Kristus, yang membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya.
Berita Injil bersifat inklusif, terbuka bagi semua orang tanpa memandang latar belakang mereka. Kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang, bukan hanya kepada kelompok atau suku tertentu. Selain itu, kita diajak untuk menghidupi kesatuan dalam Kristus, yang melampaui batas-batas etnis dan budaya. Dalam perspektif ini, kita bersatu bukan karena ikatan darah, tetapi karena iman kepada Yesus Kristus, yang adalah pusat dari segala kebenaran.
Doa Pagi:Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas berkat-Mu yang melimpah dalam hidup kami. Kami memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera bagi kami semua—untuk keluarga kami, pekerjaan kami, pelayanan kami, dan seluruh aspek kehidupan kami. Semoga berkat-Mu mengalir dengan limpah, memperkuat dan memelihara kami dalam iman kepada-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Share:

Tidak Bergantung pada Manusia

Kisah Para Rasul 9:32-43
Allah yang kita sembah adalah Allah yang menyejarah, yang hadir dalam kehidupan manusia melalui banyak mukjizat. Mukjizat ini masih terjadi hingga hari ini, namun sering kali dimaknai secara keliru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami peristiwa mukjizat dengan benar, khususnya dalam konteks bacaan dari Kisah Para Rasul 9:32-43.Ada dua prinsip utama yang bisa kita pelajari terkait mukjizat yang dilakukan oleh Petrus dalam perikop ini.1. Mukjizat Tidak Bergantung pada Manusia
Mukjizat yang terjadi dalam Alkitab, termasuk dalam bacaan ini, tidak bergantung pada manusia, baik sebagai fasilitator (seperti Petrus) maupun sebagai penerima mukjizat. Mukjizat pertama dalam bacaan ini adalah penyembuhan seorang lumpuh oleh Petrus (ayat 34). Dalam mukjizat kedua, Petrus membangkitkan Tabita (ayat 40-41), seorang wanita yang sudah mati. Dalam kedua peristiwa ini, penerima mukjizat bersifat pasif; mereka tidak melakukan apa-apa untuk mendapatkan mukjizat itu. Ini menunjukkan bahwa mukjizat terjadi karena kehendak Allah, bukan karena usaha manusia.2. Mukjizat Dikerjakan oleh Allah untuk Kemuliaan-Nya
Meskipun Allah menggunakan manusia seperti Petrus sebagai alat-Nya, tujuan akhir dari setiap mukjizat adalah untuk memuliakan Allah. Dalam bacaan ini, hasil dari mukjizat yang dilakukan oleh Petrus adalah banyak orang yang percaya dan berbalik kepada Tuhan (ayat 35, 42). Ini menunjukkan bahwa mukjizat yang terjadi bukan untuk mengagungkan manusia, tetapi untuk membawa orang-orang lebih dekat kepada Allah.Dari dua prinsip ini, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:a. Bersyukur atas Kasih Allah yang Tidak Bersyarat
Mukjizat yang diberikan Allah adalah tanda kasih-Nya yang tidak bersyarat. Jika kasih Allah menuntut syarat tertentu, tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat memenuhinya. Kita harus bersyukur karena kasih Allah yang melampaui segala kondisi dan keadaan kita.b. Menghargai Anugerah Allah
Ketika kita menerima berkat atau mukjizat dari Allah, kita tidak boleh merasa lebih istimewa daripada orang lain. Semua berkat dan mukjizat adalah anugerah dari Allah, yang diberikan berdasarkan kehendak-Nya, bukan karena keistimewaan kita.c. Menempatkan Allah sebagai yang Paling Utama
Menerima mukjizat seharusnya membuat kita lebih menyadari kehadiran Allah dalam hidup kita dan mendorong kita untuk menempatkan Allah sebagai yang paling utama. Mukjizat adalah sarana untuk memuliakan Allah, bukan untuk memusatkan perhatian pada diri kita sendiri atau pada manusia yang menjadi alat-Nya.Dengan demikian, kita diajak untuk melihat mukjizat sebagai karya Allah yang sepenuhnya dikerjakan oleh-Nya, untuk tujuan yang lebih besar daripada sekadar kepentingan pribadi, yakni untuk kemuliaan-Nya dan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya.
Share:

Pertobatan yang Radikal

Kata "radikal" sering kali diartikan secara negatif. Padahal, makna sebenarnya adalah sesuatu yang mengakar atau sampai ke akarnya. Dengan pemahaman ini, setiap anak Tuhan seharusnya memiliki cinta yang radikal terhadap Tuhan.

Rasul Paulus mengalami perjumpaan yang mendalam dengan Tuhan, dan hal ini memberikan dampak besar dalam hidupnya. Setelah disembuhkan oleh Tuhan melalui Ananias, dia segera memberitakan Yesus sebagai Anak Allah (20). Saulus pasti sudah menyadari konsekuensi dari tindakannya. Konsekuensi tersebut langsung dia rasakan, seperti ketika orang-orang Yahudi mulai mengincarnya dan berniat untuk membunuhnya (23). Di sisi lain, murid-murid Tuhan pun meragukannya dan tidak mempercayainya.

Namun, meskipun Saulus sangat menyadari risiko yang dihadapinya, dia dengan berani terus mengabarkan Injil Tuhan. Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa Tuhan mampu mengubah hidup seseorang secara radikal. Saulus, yang sebelumnya 'radikal' dalam kebenciannya terhadap orang Kristen, kini berbalik secara radikal menjadi pengikut Tuhan. Hingga akhir hidupnya, Saulus melayani Tuhan dengan penuh kesetiaan. Melalui pelayanannya, Injil Tuhan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia.

Pertobatan sejati pasti membawa perubahan. Kata "pertobatan" sendiri berarti berbalik, yakni berubah arah 180 derajat. Jika sebelumnya menghadap ke barat, kini kita beralih ke timur. Jika sebelumnya mengejar dosa dan dunia, kini kita berbalik mengejar Allah. Meskipun kita masih hidup di dunia dan bisa jatuh dalam pencobaan serta berbuat dosa, kita tetap harus mengingat bahwa kita adalah manusia berdosa. Namun, pertobatan adalah komitmen untuk tidak lagi menikmati dosa. Pertobatan membuat kita lebih sadar akan dosa, bahkan membenci dosa. Lebih dari itu, pertobatan seharusnya membawa kita untuk mencintai kehendak Allah dan melakukan pekerjaan-Nya.

Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan diri kita agar pertobatan yang kita jalani benar-benar menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut meliputi: perubahan pikiran, perubahan perilaku, perubahan hati, dan perubahan perkataan.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.