Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Solusi dalam Pro dan Kontra

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi pro dan kontra, baik di lingkungan gereja, masyarakat, maupun keluarga. Menghadapi perbedaan pendapat dan perubahan adalah bagian yang tak terhindarkan, terutama ketika keyakinan dan tradisi yang sudah lama dijalankan dipertanyakan atau ditantang oleh pemikiran baru.

Salah satu contoh nyata dari situasi seperti ini dapat kita lihat dalam Kisah Para Rasul 15, ketika beberapa orang Kristen Yahudi menekankan pentingnya sunat sebagai tanda keselamatan. Mereka berpendapat bahwa orang non-Yahudi yang menjadi Kristen harus disunat sesuai dengan tradisi Yahudi (ayat 1, 5). Namun, hal ini mendapat perlawanan dari Paulus dan Barnabas, yang menegaskan bahwa keselamatan melalui Kristus tidak didasarkan pada praktik sunat atau hukum Taurat, melainkan iman kepada Yesus Kristus (ayat 2).

Bagaimana gereja awal menyelesaikan pro dan kontra ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Rasul-rasul dan para penatua mengadakan pertemuan bersama untuk membahas masalah ini secara terbuka (ayat 6). Mereka mendiskusikan masalah ini dengan semangat saling menghormati, bukan dengan permusuhan atau kebencian. Setiap orang diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, dan mereka mendengarkan satu sama lain dengan penuh perhatian.

Petrus berdiri dan menyampaikan kesaksian berdasarkan pengalamannya, yaitu bahwa Allah tidak membedakan antara orang Yahudi dan non-Yahudi, melainkan memberikan Roh Kudus kepada semua orang yang percaya, tanpa memandang latar belakang mereka (ayat 7-11). Setelah Petrus berbicara, umat menjadi tenang dan mendengarkan kisah Paulus dan Barnabas tentang mukjizat yang Allah lakukan di antara bangsa-bangsa non-Yahudi (ayat 12).

Yakobus, sebagai pemimpin, memberikan pendapatnya dengan hikmat. Ia mengusulkan agar orang-orang non-Yahudi yang percaya kepada Kristus tidak dibebani dengan kewajiban sunat, tetapi diingatkan untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Allah, seperti makanan yang tercemar oleh berhala dan percabulan (ayat 13-21). Usulan Yakobus berfokus pada hal-hal esensial dan menjaga persatuan dalam gereja.

Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa kunci untuk menyelesaikan pro dan kontra adalah dengan tunduk kepada kehendak Tuhan. Ketika semua pihak mengutamakan kehendak Allah dan bukan kepentingan pribadi, konflik dapat diselesaikan dengan damai. Tidak ada yang merasa menang atau kalah, karena yang diutamakan adalah kebenaran dan kasih Allah.

Pelajaran yang bisa kita ambil:

  1. Diskusi Terbuka dan Saling Mendengarkan
    Dalam menghadapi pro dan kontra, penting untuk menciptakan ruang di mana setiap orang bisa berbicara dan didengarkan dengan baik, tanpa rasa saling menyerang.

  2. Pengalaman Pribadi dan Kesaksian sebagai Alat Diskusi
    Pengalaman pribadi dalam pelayanan dan karya Allah bisa menjadi alat penting dalam menyelesaikan perbedaan pendapat, seperti kesaksian Petrus dan Paulus.

  3. Menundukkan Diri kepada Kehendak Tuhan
    Solusi terbaik dalam menghadapi perbedaan adalah dengan menundukkan diri kepada kehendak Allah. Ketika kita mengikuti kehendak Tuhan, kita tidak akan merasa sombong jika pendapat kita diterima, dan kita juga tidak akan merasa terluka jika pendapat kita ditolak.

Menghadapi perbedaan dengan kasih, hikmat, dan tunduk kepada kehendak Tuhan akan membawa kedamaian dan kesatuan, serta menjadi kesaksian bagi dunia tentang kasih Kristus yang menyatukan semua orang yang percaya.

Share:

Mengenang Kasih Karunia Allah

Apa yang kita rasakan ketika kembali ke sebuah tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan manis? Begitulah yang dirasakan oleh Paulus dan Barnabas saat kembali ke Antiokhia, tempat di mana mereka pertama kali dipanggil oleh kasih karunia Allah untuk memberitakan Injil. Di sana, mereka memulai perjalanan iman yang penuh tantangan namun juga penuh berkat.

Antiokhia menjadi kota yang penuh kenangan bagi mereka, bukan hanya sebagai tempat awal pelayanan mereka, tetapi juga sebagai tempat di mana mereka bertumbuh dalam iman dan kesetiaan kepada Allah. Setelah menjelajahi banyak tempat dan memberitakan Injil kepada banyak orang, mereka kembali ke kota ini dengan hati penuh syukur. Mereka bersukacita karena pekerjaan besar yang Allah lakukan melalui mereka, mengingat bagaimana Tuhan menolong mereka memperoleh banyak murid dan membentuk para penatua bagi jemaat (ayat 23).

Namun, perjalanan pelayanan mereka tidaklah mudah. Mereka mengalami berbagai tantangan, ancaman, dan kesulitan. Iman mereka ditempa melalui banyak kesengsaraan, seperti yang diajarkan Paulus bahwa "untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak kesengsaraan" (ayat 22). Di tengah tantangan itu, kasih karunia Allah yang menopang mereka. Iman menjadi kekuatan yang membuat mereka bertahan dan terus maju dalam pekerjaan Tuhan.

Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, mereka menceritakan segala sesuatu yang Allah kerjakan melalui mereka. Mereka mengenang bagaimana Allah membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa lain dan menyaksikan kebesaran karya-Nya. Ini menunjukkan pentingnya mengenang kasih karunia Allah dalam kehidupan kita. Mengenang bagaimana Allah telah bekerja di masa lalu menguatkan iman kita dan mengingatkan kita akan kesetiaan-Nya.

Sebagai orang percaya, kita juga diundang untuk selalu mengenang kasih karunia Allah. Setiap tantangan yang kita hadapi dalam hidup adalah kesempatan untuk melihat bagaimana kasih-Nya yang tak habis-habisnya menyertai kita. Baik dalam kegagalan maupun keberhasilan, anugerah-Nya selalu ada. Pengalaman mengenang kasih karunia Allah akan membuat hati kita penuh dengan syukur dan mendorong kita untuk terus setia melayani-Nya.

Pelajaran yang bisa kita ambil:

  1. Kasih Karunia dalam Setiap Musim Kehidupan
    Kasih karunia Allah hadir dalam setiap musim kehidupan kita, baik di saat-saat keberhasilan maupun kegagalan.

  2. Iman Tumbuh dalam Tantangan
    Seperti Paulus dan Barnabas, tantangan dalam hidup justru menjadi ladang di mana iman kita bertumbuh kuat.

  3. Kesetiaan Tuhan dalam Pekerjaan-Nya
    Mengenang karya Tuhan dalam hidup kita meneguhkan keyakinan bahwa Tuhan selalu bekerja di balik setiap peristiwa, bahkan dalam kesulitan sekalipun.

Marilah kita selalu mengenang kasih karunia Allah yang bekerja dalam hidup kita, dan menjadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk lebih mengandalkan Dia dan bersyukur atas anugerah-Nya.


Share:

Pujian Ibadah Minggu 15 September

Share:

Tantangan Memberitakan Injil

Kamu mungkin tidak menyangka yang dikatakan Alkitab tentang aborsi
Kisah Para Rasul 13:50; 14:5,19
Setiap orang percaya memiliki tugas penting untuk memberitakan Injil, kabar sukacita tentang keselamatan yang diberikan melalui Tuhan Yesus. Dalam pelayanan Paulus dan Barnabas, kita melihat bahwa pemberitaan Injil bukanlah tugas yang mudah. Mereka menghadapi berbagai tantangan—penolakan, ancaman, penganiayaan, bahkan upaya pembunuhan.

Di Ikonium, Listra, dan Derbe, mereka tidak hanya ditolak, tetapi juga diancam akan dilempari batu dan disiksa (14:5). Di Listra, Paulus dilempari batu hingga diseret keluar kota karena dianggap mati (14:19). Namun, meskipun menghadapi tantangan yang berat, Paulus dan Barnabas tidak menyerah. Mereka terus bersemangat dalam memberitakan Injil karena memiliki keyakinan penuh pada pertolongan Tuhan dan penghiburan dari Roh Kudus.

Hal ini mengajarkan kita bahwa tantangan dalam memberitakan Injil tidak dapat dihindari. Iblis akan berusaha keras menggagalkan pemberitaan Injil agar orang-orang tidak mendengar kabar keselamatan. Namun, kita tidak perlu takut. Tuhan berjanji akan menyertai kita dalam setiap langkah kita, seperti yang tertulis dalam Matius 28:20b, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.”

Dari kisah Paulus dan Barnabas, kita belajar tiga hal penting:

  1. Keberanian Menghadapi Tantangan
    Pemberitaan Injil sering kali menghadapi perlawanan. Namun, kita dipanggil untuk tetap berani, tidak mundur, dan percaya pada kuasa Tuhan yang menyertai kita.

  2. Pertolongan dan Penyertaan Tuhan
    Paulus dan Barnabas mampu bertahan bukan karena kekuatan mereka sendiri, tetapi karena pertolongan dan penghiburan dari Roh Kudus. Demikian juga, kita harus mengandalkan Tuhan dalam setiap tantangan yang kita hadapi.

  3. Tetap Setia dalam Pemberitaan Injil
    Meskipun ada tantangan, kita harus tetap setia dalam tugas memberitakan Injil kepada semua orang, di setiap kesempatan, baik atau tidak baik waktunya. Injil adalah kabar sukacita yang harus disampaikan kepada setiap orang.

Sebagai orang percaya, kita diutus untuk memberitakan Injil di mana pun kita berada. Jangan biarkan tantangan atau rasa takut menghentikan kita. Tuhan menyertai dan melindungi kita. Mari kita berani dan setia dalam melaksanakan panggilan ini.

Doa:
Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas tugas yang Kau berikan untuk memberitakan Injil. Berikan kami keberanian dan kekuatan untuk tetap setia, meskipun ada tantangan. Kami percaya bahwa Engkau akan selalu menyertai dan melindungi kami dalam setiap langkah kami. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

Diutus Memberitakan Injil

Kisah Para Rasul 13:13-49

Dalam perikop ini, Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan mereka untuk memberitakan Injil, dimulai dari Pafos hingga ke Pisidia, Antiokhia (ayat 13-14). Di sana, Paulus menggunakan kesempatan yang diberikan di rumah ibadat untuk berbicara tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus (ayat 15-16). Paulus menjelaskan bahwa Yesus adalah keturunan Daud yang dijanjikan oleh Allah, dan melalui kematian serta kebangkitan-Nya, Yesus membawa pengampunan dosa bagi semua orang yang percaya (ayat 38-39).

Pesan Injil yang disampaikan Paulus ini diterima dengan sangat baik oleh banyak orang, sehingga pada hari Sabat berikutnya, hampir seluruh kota berkumpul untuk mendengarkan firman Tuhan (ayat 44). Namun, ada juga orang-orang Yahudi yang iri hati dan menentang pemberitaan Paulus (ayat 45). Meski begitu, Paulus dan Barnabas tetap berani menyampaikan bahwa Injil harus diberitakan bukan hanya kepada orang Yahudi, tetapi juga kepada semua bangsa (ayat 46-47).

Dari kisah ini, kita bisa belajar beberapa hal penting:

1. Menjadi Duta Injil
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi duta Injil, menyampaikan kabar baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus kepada semua orang. Tugas ini adalah panggilan kita sebagai umat yang telah mengalami kasih dan anugerah Allah.


2. Keberanian dalam Memberitakan Injil
Paulus dan Barnabas menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam memberitakan Injil, meskipun ada perlawanan dan iri hati dari beberapa orang. Mereka tidak mundur, tetapi justru semakin giat menyebarkan kebenaran Injil kepada semua orang.


3. Keselamatan bagi Semua Orang
Injil tidak terbatas hanya pada satu kelompok atau bangsa. Paulus menegaskan bahwa melalui Yesus Kristus, keselamatan ditawarkan kepada semua orang yang percaya, baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Ini mengajarkan kita tentang inklusivitas Injil, bahwa setiap orang berhak mendengar kabar keselamatan.



Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dipanggil untuk memberitakan Injil dengan berani dan penuh kasih. Mulailah dari lingkungan terdekat kita—keluarga, sahabat, dan tetangga—agar semakin banyak orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Doa Siang:
Tuhan yang penuh kasih, siang ini kami datang kepada-Mu, memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkati rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, serta pelayanan kami. Biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam setiap aspek kehidupan kami. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

Takjub oleh Kebenaran

Kisah Para Rasul 13:4-12

Kisah tentang Sergius Paulus dalam bacaan ini mengajarkan kita pentingnya memiliki hati yang rindu akan kebenaran, terlepas dari jabatan, kekayaan, atau prestasi yang kita miliki di dunia ini. Sergius Paulus, meskipun seorang gubernur yang berkuasa dan cerdas, merasa ada kekosongan dalam hidupnya yang hanya dapat diisi oleh kebenaran firman Allah.

Dalam pencariannya akan kebenaran, ia mendengar tentang Paulus dan Barnabas yang memberitakan firman Allah. Namun, di sisi lain, Elimas, nabi palsu, berusaha menghalangi Sergius Paulus dari mengenal kebenaran. Elimas mencoba memutarbalikkan kenyataan dan membelokkan gubernur dari jalan Tuhan. Tetapi, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya melalui Paulus, yang dengan kuasa Roh Kudus menghukum Elimas dengan kebutaan. Ironisnya, Elimas yang hendak membutakan hati gubernur dari kebenaran justru dibutakan matanya oleh Tuhan.

Pelajaran dari perikop ini:

  1. Kebenaran Lebih Berharga daripada Duniawi:
    Kekayaan, jabatan, dan prestasi duniawi tak dapat memenuhi kehampaan jiwa manusia. Hanya dengan mencari dan menerima kebenaran firman Allah, kita bisa menemukan kepuasan sejati. Seperti Sergius Paulus, jangan biarkan apa pun menghalangi kita dari pencarian akan kebenaran.

  2. Jangan Menghalangi Kebenaran:
    Elimas menjadi contoh nyata bagaimana Allah menentang siapa pun yang berusaha membelokkan orang lain dari jalan kebenaran. Hidup kita harus menjadi saksi kebenaran, bukan penghalang bagi orang lain untuk mengenal Tuhan.

  3. Kuasa Allah dalam Mengungkapkan Kebenaran:
    Tuhan selalu punya cara untuk menunjukkan kasih dan kuasa-Nya. Ketika kita memiliki hati yang rindu akan kebenaran, Dia akan membimbing kita dengan cara-Nya yang ajaib, seperti yang dialami oleh Sergius Paulus. Kebesaran Tuhan akan membuat kita takjub dan mengubah hidup kita.

Seperti sang gubernur yang dibuat takjub oleh firman Tuhan, biarlah kita juga memiliki hati yang terbuka untuk menerima kebenaran, dan tidak menghalangi orang lain dari jalan Tuhan.

Doa Pagi:

Tuhan, kami datang pada-Mu pagi ini, memohon berkat-Mu yang penuh kasih. Berkati kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera kami. Lindungi keluarga kami, pekerjaan, dan pelayanan kami. Berkati setiap langkah kami, agar kami selalu berjalan dalam kebenaran-Mu. Kami percaya berkat-Mu melimpah atas kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Pengutusan dan Kerendahan Hati

Kisah Para Rasul 12:24-13:3

Dalam bacaan ini, kita melihat bagaimana Barnabas dan Saulus dipilih dan diutus oleh Roh Kudus untuk misi pemberitaan Injil. Peristiwa ini menunjukkan dua nilai penting yang dapat kita pelajari: pengutusan dan kerendahan hati.

Ketika Roh Kudus menyatakan pengkhususan Barnabas dan Saulus, nabi dan pengajar yang lain di Antiokhia merespons dengan kerendahan hati. Mereka tidak merasa tersaingi atau iri atas pemilihan ini. Sebaliknya, mereka mendukung penuh pengutusan tersebut dengan doa, puasa, dan penumpangan tangan (ayat 3). Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari bahwa panggilan dan pemilihan berasal dari Allah, dan setiap orang punya bagian dalam rencana besar-Nya.

Pelajaran yang bisa kita ambil:

1. Kerendahan Hati dalam Pengutusan:
Pengutusan dalam gereja membutuhkan kerendahan hati, baik dari yang diutus maupun dari mereka yang tetap tinggal. Semua yang terlibat harus tunduk pada kehendak Allah, mengesampingkan ego dan kekecewaan pribadi, serta dengan setia melayani sesuai dengan bagian masing-masing.


2. Doa dan Dukungan:
Ketika Barnabas dan Saulus diutus, jemaat di Antiokhia memberikan dukungan melalui doa dan puasa. Mereka menyadari bahwa tugas memberitakan Injil bukanlah tugas yang mudah, dan karenanya memohon penyertaan Tuhan untuk rekan-rekan mereka. Demikian juga, gereja masa kini harus selalu mendukung para pelayan yang diutus melalui doa dan dukungan moral.


3. Mengalihkan Tanggung Jawab dengan Sukarela:
Jemaat Antiokhia tidak keberatan menggantikan tugas Barnabas dan Saulus di gereja. Mereka menunjukkan kerendahan hati dengan menerima tanggung jawab yang ditinggalkan, sehingga pekerjaan Tuhan di gereja tetap berjalan.



Kesimpulan:
Kerendahan hati adalah kunci dalam menghidupi pengutusan dan misi Allah. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, kita tunduk pada kehendak-Nya dan berani melangkah atau mendukung mereka yang dipanggil untuk melayani. Dengan demikian, gereja dapat mengutus dan melaksanakan amanat agung Allah dengan penuh kesatuan dan kasih.

Doa Pagi:

Tuhan yang penuh kasih, kami datang kepada-Mu pagi ini memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkati rumah tangga kami, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, dan pelayanan kami. Sertailah kami dalam segala hal yang kami kerjakan, dan biarlah berkat-Mu mengalir melimpah. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Kuasa Doa

Kisah Para Rasul 12:1-19Dalam perjalanan awal gereja, para rasul menghadapi banyak tantangan, penolakan, bahkan penganiayaan. Salah satu peristiwa penting adalah ketika Yakobus dibunuh dan Petrus dipenjara oleh Raja Herodes untuk menyenangkan orang Yahudi (ayat 1-3). Herodes berusaha menghentikan penyebaran pengajaran tentang Yesus Kristus dengan menekan para rasul. Namun, peristiwa ini tidak memadamkan semangat iman jemaat. Sebaliknya, mereka terus berdoa dengan tekun dan sungguh-sungguh untuk Petrus (ayat 5).Jawaban Tuhan atas doa-doa mereka sangat nyata. Petrus dibebaskan secara ajaib oleh malaikat Tuhan dari penjara yang dijaga sangat ketat (ayat 7-11). Peristiwa ini menunjukkan betapa besar kuasa Tuhan yang hadir melalui doa umat-Nya. Meskipun keadaan terlihat tidak mungkin, kuasa Tuhan melampaui segala batasan manusia.Dari perikop ini, ada beberapa pelajaran penting tentang doa:Doa sebagai Kekuatan Umat
Doa adalah napas kehidupan orang percaya. Tanpa doa, kehidupan rohani kita akan mati. Melalui doa, umat Tuhan memperoleh kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan, serta menyatukan mereka dalam pelayanan dan kesaksian.Kuasa Doa yang Menggerakkan
Doa memiliki kuasa yang luar biasa untuk mengubah keadaan. Sama seperti Petrus yang dibebaskan secara ajaib, doa jemaat yang tekun dan penuh kesungguhan menghasilkan mukjizat yang nyata. Tuhan bekerja melalui doa umat-Nya.Setia dalam Berdoa
Kesetiaan dalam doa adalah tanda iman yang kuat. Kita dipanggil untuk terus berdoa bagi diri sendiri, sesama, serta bangsa dan negara kita. Tuhan mendengar setiap doa yang dipanjatkan dengan hati yang tulus, dan Ia bekerja lebih besar dari yang kita bayangkan.Sebagai orang percaya, kita harus menjadi pendoa yang setia dalam seluruh aspek kehidupan kita—baik itu dalam pelayanan, persekutuan, maupun kesaksian. Doa bukan hanya permohonan, tetapi juga ungkapan kepercayaan penuh kepada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu.Doa Pagi:Tuhan yang penuh kasih, kami datang kepada-Mu pagi ini, memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kami. Berkatilah rumah tangga kami, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, serta pelayanan kami. Kami percaya bahwa berkat-Mu mengalir dengan limpah dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Share:

Penyertaan Tuhan bagi Gereja-Nya

Kisah Para Rasul 11 : 19-30

Tuhan adalah pencipta gereja, sehingga kehadiran-Nya akan selalu menyertai gereja. Sejak awal, gereja telah menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan. Dalam perikop ini disebutkan bahwa umat Tuhan tersebar akibat penganiayaan (19). Tentu saja, hal ini memperlemah mereka, karena kekuatan biasanya tumbuh dari persatuan, sementara penganiayaan membuat mereka terpencar.

Namun, meskipun tersebar, mereka tetap mengabarkan Injil, meskipun pada awalnya hanya kepada orang Yahudi (19). Pada tahap ini, penyebaran Injil tampak berjalan lambat. Meski demikian, Allah tetap menunjukkan pemeliharaan-Nya bagi gereja-Nya. Dia bisa menggunakan siapa pun, termasuk orang-orang dari Siprus dan Kirene, yang kemudian mengabarkan Injil kepada orang Yunani (20). Dengan demikian, penyebaran Injil semakin meluas.

Selanjutnya, Tuhan menunjukkan penyertaan-Nya dengan cara lain, yaitu dengan mengutus Barnabas ke Antiokhia untuk menggembalakan umat-Nya di sana (23). Karena jumlah jemaat yang semakin banyak, Barnabas mengajak Saulus untuk melayani bersama selama satu tahun (25-26). Dalam masa tersebut, mereka berdua dengan penuh kesungguhan mengajar umat Tuhan (26). Selain itu, mereka juga mengorganisir bantuan sosial untuk membantu umat yang memerlukan (28).

Semua ini adalah bukti nyata pemeliharaan Tuhan terhadap gereja-Nya. Walaupun menghadapi penganiayaan, umat Tuhan tetap terpelihara dan terus mengabarkan Injil. Tuhan juga memelihara umat-Nya melalui gembala yang diutus-Nya, yang dengan setia mengajar dan menolong mereka yang membutuhkan.

Oleh karena itu, kita dapat memetik pelajaran penting bahwa gereja Tuhan selalu berada dalam pemeliharaan dan penyertaan Tuhan. Jadi, kita tidak perlu takut menghadapi penderitaan atau kesulitan. Tugas gereja adalah tetap setia memberitakan Injil dan menjalankan misinya.

Selain itu, kita juga perlu bersyukur dan menyadari bahwa setiap hamba Tuhan yang diutus untuk melayani di gereja kita adalah bukti nyata pemeliharaan Tuhan terhadap gereja-Nya

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.