Perjuangan Orang Tua
Takut versus Akal Sehat
Karena takut akan bertambah banyaknya orang Ibrani di Mesir, Firaun mengambil tindakan kejam. Dia memerintahkan para pengawas dan rakyat Mesir untuk menindas bangsa Ibrani melalui kerja paksa, sehingga mereka mengalami penderitaan dan kepahitan dalam bekerja (6-14).
Tidak berhenti di situ, Firaun juga memerintahkan dua bidan bernama Sifra dan Pua, yang sering membantu perempuan Ibrani melahirkan, untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan oleh orang Ibrani (15-16).
Namun, rencana Firaun gagal karena Sifra dan Pua memilih untuk tidak menaati perintah tersebut. Sebaliknya, jumlah orang Ibrani semakin bertambah banyak (17-21). Akhirnya, Firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki dari keturunan Ibrani dibuang ke Sungai Nil. Tindakan ini mencerminkan ketakutan yang mendalam pada Firaun terhadap perkembangan bangsa Israel.
Jangan biarkan rasa takut menguasai kita hingga menjerumuskan kita ke dalam dosa dan kejahatan. Bagaimana cara kita menghadapi ketakutan? Rasa takut dapat diatasi dengan mengandalkan pertolongan Tuhan, karena akar dari ketakutan sering kali adalah kurangnya kepercayaan pada Tuhan. Sering kali, kita lebih memilih untuk mengandalkan apa yang kita lihat dan rasakan sendiri.
Tuhan tidak mengajarkan kita untuk mengabaikan keadaan sekitar, tetapi jangan sampai rasa takut merusak akal sehat kita, hingga kita mengabaikan Tuhan dan merugikan orang lain. Percayalah kepada Tuhan dan jangan bergantung pada pemahaman kita sendiri. Yakinlah bahwa Tuhan memberi kita kemampuan untuk mengatasi ketakutan dan melakukan hal yang benar.
Seperti Sifra dan Pua yang berani melakukan hal benar di mata Tuhan, kita pun diajak untuk berani hidup sesuai kehendak-Nya.
Pagi ini, marilah kita memohonkan berkat kepada Tuhan bagi Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudari sekalian. Kiranya Tuhan melimpahkan berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kita semua.
Kiranya Tuhan memberkati rumah tanggamu, anak-anakmu, cucu-cucumu, pekerjaanmu, sawah dan ladangmu, perusahaanmu, studimu, tokomu, usahamu, kantormu, kerja samamu, dan para pelangganmu. Biarlah berkat-Nya juga tercurah atas rumahmu, keluargamu, pelayananmu, gerejamu, majikanmu, dan calon pendampingmu.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Nya mengalir dengan limpah dalam hidup kita. Yang percaya katakan, Amin! Tuhan Yesus memberkati. 🙏
Jatuh Mati karena Khotbah Panjang
Kisah ini memberi gambaran tentang pertemuan gereja mula-mula. Pertemuan pada Minggu malam biasanya diadakan di rumah-rumah jemaat dan berlangsung hingga larut malam, sering kali diiringi diskusi dan perjamuan. Suasana yang tercipta adalah kehangatan, persahabatan, humor, dan bahkan mukjizat penyembuhan.
Pertanyaan yang menarik saat ini adalah: apakah gereja masih memiliki daya tarik bagi generasi muda? Dengan segala keterbatasan sumber daya yang mungkin dimiliki gereja mula-mula, mereka tetap mampu membangun komunitas yang dinamis, mengadakan pertemuan di rumah-rumah dengan Paulus atau tokoh-tokoh lain sebagai pengajar. Mereka menjadi pusat kehidupan yang nyata bagi gereja awal.
Di zaman modern, banyak upaya dilakukan untuk membangun komunitas di "ruang ketiga" seperti kafe, mal, atau restoran. Ada kecenderungan bahwa gereja mungkin dianggap kurang cocok sebagai tempat untuk membahas berbagai isu kehidupan masyarakat. Pertanyaannya, mungkinkah gereja dianggap tidak relevan dalam membicarakan hal-hal yang penting bagi kehidupan sehari-hari?
Misi Paulus terasa sangat nyata dalam kehidupan gereja rumah, ruang pertama bagi jemaat. Di sana ada perjamuan, persahabatan, bahkan kejadian-kejadian luar biasa seperti Eutikhus yang tertidur sampai mati dan disembuhkan. Namun, tak seorang pun meragukan relevansi gereja mula-mula yang begitu hidup di tengah umat.
Mungkin ini adalah humor Alkitab bagi kita. Saat ini banyak orang tertidur di gereja, tetapi sedikit yang disembuhkan. Mungkinkah kita bisa menghidupkan kembali visi gereja rumah seperti yang dipraktikkan oleh Paulus?
Berkontribusi secara Positif
Efesus adalah pusat utama penyembahan kepada dewi Artemis (35). Artemis dianggap sebagai pelindung kota, dan jika kuilnya terancam, penduduk percaya bencana dapat menimpa mereka. Ketakutan ini menjadi pendorong kuat bagi massa untuk melawan Paulus.
Pengaruh ajaran Paulus begitu besar hingga memicu kekacauan dan demonstrasi besar-besaran di Gedung Kesenian kota (29-32). Di tengah kekacauan, seorang bernama Aleksander didorong oleh orang-orang Yahudi ke tengah kerumunan untuk memberikan penjelasan (33). Namun, tidak jelas apakah tugasnya adalah untuk menjauhkan sinagoge dari keterlibatan dengan Paulus atau mencoba menjelaskan bahwa Paulus dan pengikutnya berada di bawah perlindungan hukum Roma. Bagaimanapun, keributan terus berlangsung, dengan massa berteriak-teriak selama dua jam (34).
Di tengah kekacauan ini, seorang wakil pemerintah datang untuk menenangkan massa dan menegaskan bahwa Paulus dan murid-muridnya tidak melanggar hukum (35-41). Dengan demikian, Paulus terbebas dari tuduhan penistaan agama dan pemberontakan. Kisah ini menunjukkan pengaruh ajaran Paulus yang terus meluas dan diakui oleh masyarakat luas.
Setiap kali pengikut Yesus memberikan kontribusi besar melalui pewartaan Injil, selalu ada risiko terjadi konflik dengan berbagai kepentingan bisnis atau kekuasaan. Jika ada pihak yang merasa dirugikan, hal tersebut bisa memicu persekusi atau penganiayaan. Lukas menegaskan bahwa Paulus dan para pengikut Yesus bukanlah pemberontak. Selama umat Kristen terus mewartakan Injil, perlindungan Tuhan akan senantiasa menyertai mereka.
Di masa kini, mampukah umat Kristen di Indonesia tetap konsisten dalam mewartakan Injil dan berkontribusi secara positif bagi masyarakat luas?
Jangan Mempermainkan Kuasa Allah!
Ketika melihat bagaimana Paulus menggunakan nama Yesus untuk melakukan keajaiban, seperti kesembuhan dan pengusiran setan (lih. 19:12), beberapa eksorsis Yahudi, termasuk tujuh anak Imam Besar Skewa, mencoba meniru metode tersebut (14). Namun, upaya mereka berakhir tragis. Orang yang kerasukan setan justru menyerang anak-anak Skewa, membuat mereka lari keluar dalam keadaan telanjang (16). Bermain dengan kekuatan spiritual memang berbahaya, apalagi jika kekuatan tersebut adalah kuasa sejati dan nyata. Bahkan Iblis bersaksi, "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu siapa?" (15). Meski mereka mempermainkan nama Yesus, ironisnya, nama Yesus justru semakin dikenal (17).
Permainan kekuasaan, politik, dan uang atas nama agama adalah fenomena yang sudah ada sejak zaman dahulu. Umat Kristen di Indonesia juga tidak lepas dari praktik-praktik semacam ini, terutama karena agama dan simbol-simbolnya sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Lebih jauh lagi, kehadiran platform media sosial yang dilengkapi dengan AI (Kecerdasan Buatan) menghadirkan tantangan baru. Dengan mengenali pola konsumsi berita penggunanya, platform ini dapat menyebarkan berita-berita yang relevan dengan preferensi individu, menyebabkan polarisasi dan adu pendapat di masyarakat. Isu-isu yang mengatasnamakan agama bisa terpolarisasi dengan cepat melalui cara ini. Dengan demikian, "setan" di zaman modern merusak individu bahkan negara melalui cara-cara yang lebih canggih.
Oleh karena itu, menghayati dan menghormati nama Yesus seperti yang dilakukan Paulus menjadi sangat penting di zaman kita. Apakah kita memandang nama Yesus hanya sebagai sarana untuk meraih keuntungan pribadi? Hati-hatilah dalam bermain dengan kuasa Allah, karena kuasa-Nya sanggup menundukkan setan demi memberikan kesaksian bagi kemuliaan-Nya!
Kebangunan Iman dan Kesatuan Tubuh Kristus
Para pengikut Yohanes Pembaptis sudah familiar dengan karya Allah melalui nenek moyang mereka, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Komunitas Yahudi diaspora ini secara rutin berkumpul di sinagoge, merindukan kedatangan kerajaan Allah melalui keturunan Daud, kerajaan yang tidak berasal dari dunia ini. Dengan kedatangan Yesus, realitas Kerajaan Allah telah digenapi. Pelayanan Paulus kepada murid-murid Yohanes di Efesus ini memperkuat penghayatan iman mereka, menuntun mereka kepada cinta kasih Kristus.
Pada zaman ini, gereja-gereja Protestan sering terlibat dalam perselisihan. Banyak perdebatan modern berfokus pada istilah seperti "baptisan Roh Kudus" atau "fenomena bahasa Roh." Namun, masalah yang dihadapi Paulus dan gereja mula-mula jauh berbeda. Pada abad pertama, komunitas Yahudi sendiri sudah terbagi menjadi beberapa aliran, tetapi Paulus dengan gigih mendorong kebangunan iman dan kasih dalam Yesus, melampaui batasan kelompok, suku, etnis, dan bangsa.
Apakah ini mungkin adalah inti dari iman dalam Kristus? Paulus sungguh-sungguh percaya bahwa cinta kasih Yesus begitu kuat, mampu menyatukan berbagai kelompok dan etnis, bukan memecah belah seperti yang kadang dilakukan oleh para ahli agama.
Ironisnya, banyak perdebatan mengenai bahasa Roh dan baptisan Roh Kudus kini justru menjadi penyebab perpecahan dalam gereja, bukan sarana untuk membangun iman dan membawa kesembuhan. Paulus, di sisi lain, berjuang demi pemulihan—bukan hanya pemulihan fisik individu, tetapi juga iman dan kesatuan tubuh Kristus.
Komunitas Orang-orang yang Mengasihi Tuhan
Injil telah tersebar hingga ke Aleksandria, Mesir, dan berbagai tempat lainnya. Salah satu orang yang terpengaruh oleh penyebaran Injil tersebut adalah Apolos, seorang Yahudi yang terkenal. Tuhan sungguh bekerja melalui komunitas orang percaya, membangkitkan sosok seperti Apolos yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengajar, dan dengan itu memperkaya iman banyak orang percaya.
Dalam kisah ini, Apolos justru menerima pengajaran lebih mendalam tentang Jalan Tuhan dari pasangan Priskila dan Akwila (26), yang merupakan rekan sekerja Paulus dan tinggal di Efesus. Biasanya, kita mungkin mengharapkan pengajaran Injil yang mendalam datang dari para rasul atau tokoh besar. Namun, dalam kisah yang ditulis Lukas, justru komunitas orang biasa, yang namanya jarang disebut, memberikan kontribusi besar dalam kehidupan Apolos. Dalam Surat Korintus, tampak bahwa Apolos memberikan pengaruh besar dalam pelayanan bersama Paulus di Korintus dan memiliki cukup banyak pengikut (lih. 1 Kor 3:4-6).
Kita sering kali tidak sepenuhnya menyadari bagaimana Allah bekerja melalui komunitas orang-orang yang mengasihi Tuhan. Banyak kesaksian pertobatan yang muncul bukan dari perdebatan atau diskusi mengenai kebenaran doktrinal, melainkan melalui persahabatan dan hubungan dalam komunitas orang percaya. Dengan jelas, jalan keselamatan Tuhan tidak bisa dipisahkan dari hubungan yang terjalin di dalam keluarga Allah.
Banyak yang berpendapat bahwa generasi muda masa kini mendambakan komunitas di mana mereka bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan jujur. Mungkinkah kita dapat membangun komunitas seperti itu, di mana iman dan kerohanian dapat berkembang dengan subur? Apolos memiliki hubungan persahabatan yang erat dengan Priskila dan Akwila dalam komunitas yang demikian. Iman tumbuh dengan baik di tengah-tengah komunitas yang hidup dalam penyembahan kepada Yesus, Sang Kristus!
Pagi ini, kami mohonkan berkat dari Tuhan untuk Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudari sekalian. Semoga berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir di dalam hidup kita semua.
Kami juga berdoa agar rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, sawah dan ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, serta hubungan bisnis semuanya diberkati. Kiranya Tuhan juga memberkati setiap pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendampingmu.
Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa agar berkat-Nya melimpah dalam hidup kami. Bagi yang percaya, katakanlah AMIN! Tuhan Yesus memberkati.
Komitmen pada Misi, Jiwa yang Gereget
Tindakan mencukur rambut sebagai bagian dari nazar menandakan bahwa Paulus berkomitmen tidak hanya kepada misinya dalam memberitakan Injil, tetapi juga kepada tradisi keagamaan yang dia jalani. Ini menunjukkan bahwa meskipun Paulus sering dituduh menentang Taurat, dia tetap mematuhi aturan-aturan dalam konteks tertentu. Bahkan di tengah-tengah penganiayaan dan kesulitan yang dia hadapi, Paulus terus setia kepada misinya sebagai rasul Yesus Kristus, dan ini tercermin dalam tindakannya sebagai seorang yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Dalam hal ini, Paulus menampilkan kualitas yang dalam dunia pendidikan modern dikenal sebagai grit atau gereget—yakni kegigihan dan gairah yang kuat dalam mengejar tujuan jangka panjang. Menurut penelitian psikologi pendidikan, grit adalah faktor penentu keberhasilan yang lebih signifikan daripada kecerdasan intelektual (IQ). Orang yang memiliki grit memiliki daya juang yang tinggi, mampu bertahan dalam menghadapi tantangan, dan memiliki dedikasi kuat terhadap apa yang mereka yakini.
Paulus adalah sosok yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, dididik oleh Gamaliel, seorang pemimpin Farisi yang terkenal. Namun, yang membuat misinya sukses bukan hanya kecerdasannya, melainkan ketekunannya, dedikasinya, dan semangat juangnya. Bahkan ketika menghadapi persekusi, ancaman, atau tantangan, Paulus tidak mundur, tetapi justru semakin kuat dalam panggilan hidupnya.
Kita mungkin tidak menerima panggilan misi seperti Paulus, tetapi kita semua memiliki panggilan dalam hidup kita—baik itu dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, atau kehidupan sehari-hari. Terkadang kita berfokus pada kecerdasan atau keterampilan sebagai faktor penentu keberhasilan, namun kisah Paulus mengingatkan kita bahwa komitmen, ketekunan, dan iman adalah kunci dalam mencapai tujuan. Grit atau gereget dalam iman kita kepada Tuhan juga memungkinkan kita untuk bertahan di tengah tantangan dan terus berjalan dengan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam tangan-Nya.
Mari kita belajar dari Paulus, yang tidak hanya mengandalkan intelektualitas, tetapi juga berpegang teguh pada panggilannya dengan penuh kesetiaan dan komitmen kepada Tuhan. Dalam segala hal yang kita lakukan, marilah kita berjuang dengan gereget yang sama, sambil mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan kita.
Semoga berkat dari Tuhan Yesus mengalir melimpah bagi kita semua, membawa kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam setiap aspek kehidupan. Kiranya Tuhan memberkati setiap keluarga, anak-anak, dan cucu-cucu kita. Diberkatilah pekerjaan kita, usaha kita, studi kita, sawah dan ladang kita, serta semua yang kita kerjakan. Semoga Tuhan memberkati setiap pelayanan, gereja, tempat usaha, dan masa depan kita.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat dan anugerah-Nya memenuhi hidup kita dengan kasih, kekuatan, dan kedamaian yang sempurna. Yang percaya katakan, **AMIN!**
Tuhan Yesus memberkati! 🙏✨