Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Allahlah yang Berdaulat

Roma 9:1-21

Kita sering mendengar ungkapan, “Kebenaran itu menyakitkan.” Walaupun terasa pahit, kebenaran tetap harus disampaikan agar kita tidak tersesat dan bisa hidup dalam terang Allah. Paulus menghayati prinsip ini saat berbicara tentang Israel dan pemilihan Allah.

  1. Kedudukan Israel dan Janji Keselamatan
    Paulus merasa sangat sedih atas kenyataan bahwa tidak semua orang Israel menerima keselamatan Allah. Walaupun mereka adalah bangsa yang diangkat menjadi anak, memiliki perjanjian, hukum Taurat, dan janji Allah (ayat 1-5), itu tidak otomatis membuat mereka menjadi anak-anak Allah. Paulus menjelaskan bahwa yang menjadi anak-anak Allah adalah mereka yang tergolong dalam anak-anak perjanjian, bukan sekadar keturunan jasmani (ayat 6-9). Dengan demikian, keselamatan bukan soal garis keturunan atau usaha manusia, melainkan panggilan Allah yang berdaulat.

  2. Kedaulatan Allah dalam Memilih dan Menetapkan
    Allah berhak atas segala ciptaan-Nya. Seperti seorang tukang periuk yang membentuk tanah liat menjadi berbagai macam bejana, Allah berhak memilih dan menetapkan umat pilihan-Nya (ayat 19-21). Pemilihan ini tidak berdasarkan agama, suku, atau prestasi manusia, melainkan kedaulatan Allah yang meliputi seluruh ciptaan-Nya. Kedaulatan ini menunjukkan kasih dan belas kasihan Allah, yang terbuka bagi siapa saja dari segala bangsa yang Ia pilih (ayat 14-18).

  3. Anugerah Keselamatan yang Harus Direspons dengan Syukur
    Kita adalah orang-orang yang menerima keselamatan karena anugerah Allah, bukan karena usaha, asal-usul, atau perbuatan kita. Harta, status, maupun prestasi manusia tidak bisa diandalkan untuk keselamatan. Allah memilih dan menetapkan kita dalam anugerah-Nya, dan kita dipanggil untuk merespons ini dengan ucapan syukur, bukan kesombongan.

  4. Panggilan untuk Memberitakan Keselamatan
    Keselamatan bukan hak istimewa bangsa atau kelompok tertentu. Paulus mengingatkan bahwa keselamatan Allah terbuka bagi semua bangsa. Jadi, meskipun kita tidak bisa menentukan siapa yang menjadi orang pilihan Allah, kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang tanpa kecuali. Inilah respons yang benar bagi kita, umat Allah, agar banyak orang dapat merasakan anugerah keselamatan yang juga kita terima.

Mengandalkan Anugerah, Bukan Status atau Perbuatan
Anugerah Allah yang kita terima tidaklah didasarkan pada siapa kita atau apa yang telah kita lakukan. Semua orang, apa pun suku dan bahasanya, berpeluang untuk menerima keselamatan. Oleh karena itu, mari kita hidup dengan rasa syukur dan rendah hati, menyadari bahwa keselamatan kita semata-mata adalah hasil kasih karunia-Nya.

Mari kita selalu ingat untuk tidak membatasi kasih Allah pada mereka yang menurut kita layak. Sebaliknya, mari kita membuka hati untuk memberitakan kasih dan keselamatan-Nya kepada semua orang di sekitar kita, sebagai respons terhadap kedaulatan Allah yang memilih dan menyelamatkan.

Share:

Pegang dan Terimalah!

Roma 8:31-39

Sering kali, tantangan dan pergumulan hidup bisa menggoyahkan hati kita. Kita mungkin merasa takut atau gentar ketika menghadapi masalah, bahkan sampai meragukan kasih Allah. Namun, Firman Tuhan mengingatkan kita tentang kepastian kasih Allah yang tak tergoyahkan dan anugerah-Nya yang luar biasa.

  1. Kasih Allah yang Terbukti Melalui Kristus
    Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, sebagai tebusan bagi kita. Dia rela mengorbankan yang paling berharga untuk menyelamatkan kita (ayat 32). Ini adalah bukti bahwa Allah begitu mengasihi kita dan akan memberikan segala sesuatu yang kita perlukan demi kebaikan kita di dalam Kristus. Kasih ini lebih besar dari segala kekhawatiran dan ketakutan kita.

  2. Allah yang Membela dan Menjamin Umat-Nya
    Di tengah segala tuduhan dan gugatan Iblis, Allah membenarkan kita sebagai umat pilihan-Nya. Kristus menjadi Pembela yang senantiasa hadir untuk kita di hadapan Allah (ayat 33-34). Tak ada kuasa atau tuduhan yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Allah menjamin kemenangan dan keselamatan bagi kita, bukan dalam bentuk kekayaan atau kenikmatan duniawi, melainkan melalui janji kehidupan kekal di dalam Kristus.

  3. Kasih yang Melampaui Segala Penderitaan
    Tak ada penderitaan atau tantangan yang dapat menghalangi kasih Allah dalam hidup kita. Bahkan, ketika kita mengalami kesulitan, penderitaan, atau bahaya maut, kasih Allah tetap hadir dan berkuasa. Dalam segala keadaan, Allah menjadikan kita lebih dari pemenang (ayat 35-37). Iman yang kita miliki bukan berarti bebas dari penderitaan, tetapi memberi kekuatan untuk bertahan dan percaya pada janji Allah.

  4. Jaminan Kasih yang Tak Terpisahkan
    Paulus menutup dengan pernyataan yang luar biasa: tak ada satu pun, baik maut, hidup, malaikat, kuasa, atau apa pun yang diciptakan, yang mampu memisahkan kita dari kasih Allah (ayat 38-39). Kasih Allah bersifat kekal dan tak tergoyahkan. Kita aman dalam kasih Allah yang sempurna, dan janji ini menjadi dasar yang kokoh bagi hidup kita.

Mengandalkan Kasih dan Janji Allah
Allah yang telah memanggil kita juga yang menjamin kehidupan kita sampai pada akhirnya. Keselamatan dan kasih-Nya adalah jaminan terbesar yang kita miliki di tengah dunia yang penuh pergumulan ini. Fokus pada kasih Allah yang besar akan membantu kita mengatasi kekhawatiran yang membatasi iman kita.

Marilah kita hidup dengan penuh keyakinan akan janji Allah. Pegang erat kasih-Nya dan terimalah jaminan keselamatan yang Ia berikan. Apa pun yang kita hadapi, ingatlah bahwa Allah yang penuh kuasa dan kasih senantiasa menyertai kita.

Share:

Menderita? Siapa Takut!

Roma 8:18-30

Dalam hidup, penderitaan dan tantangan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Banyak orang menyerah ketika hidup terasa pahit, terutama jika harapan mereka tidak sejalan dengan kenyataan yang mereka alami. Namun, sebagai anak-anak Allah, kita diajak untuk melihat penderitaan dengan cara yang berbeda. Penderitaan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses untuk mencapai kemuliaan yang Allah janjikan.

  1. Pengharapan di Tengah Penderitaan
    Paulus mengingatkan kita bahwa penderitaan saat ini tak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak (ayat 18). Ini adalah panggilan untuk hidup dengan fokus pada janji Allah, bukan pada kesulitan yang kita alami. Kita menantikan pembebasan, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk seluruh ciptaan (ayat 22-25). Dalam pengharapan inilah kita menemukan kekuatan untuk bertahan dan terus berjalan meskipun keadaan sulit.

  2. Roh Kudus sebagai Penolong
    Allah memahami keterbatasan kita dalam menghadapi penderitaan, dan itulah sebabnya Ia memberi kita Roh Kudus. Ketika kita lemah dan tak tahu apa yang harus kita doakan, Roh Kudus membantu kita untuk berdoa dalam pengharapan yang benar (ayat 26-27). Doa yang dipimpin Roh Kudus mengarahkan hati kita kepada kehendak Allah, memberikan ketenangan bahwa kita tidak berjalan sendiri.

  3. Allah Turut Bekerja untuk Kebaikan
    Paulus menguatkan kita dengan mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (ayat 28). Bagi anak-anak-Nya, Allah tidak hanya menyertai, tetapi juga memampukan kita untuk semakin serupa dengan Kristus (ayat 29-30). Ini adalah jaminan bahwa penderitaan kita tidak sia-sia—Allah sedang membentuk kita, mempersiapkan kita untuk kemuliaan bersama-Nya.

Pengharapan yang Tak Tergoyahkan
Bagi mereka yang belum mengenal Kristus, penderitaan bisa terasa begitu berat karena tidak ada dasar pengharapan yang kuat. Namun, sebagai anak-anak Allah, kita diajak untuk berpegang pada janji-Nya dan percaya bahwa segala sesuatu berada dalam kendali-Nya. Bahkan di tengah penderitaan, kita tahu bahwa Allah sedang membawa kita menuju kemuliaan yang kekal.

Mari kita tidak menyerah atau berputus asa ketika menghadapi kesulitan. Letakkanlah pengharapan kita bukan pada apa yang tampak, tetapi pada janji Allah yang setia. Percayalah, Allah yang telah memilih kita akan memimpin kita hingga akhir dan membawa kita kepada kemuliaan bersama Yesus Kristus.

Share:

Kunci Keberhasilan Mengatasi Dosa

Roma 8:1-17

Melawan dosa adalah perjuangan yang tak mudah. Tubuh kita yang lemah sering kali jatuh dalam godaan, dan semakin kita berusaha dengan kekuatan sendiri, semakin sering kita gagal. Paulus mengingatkan kita bahwa manusia tak berdaya melawan dosa tanpa pertolongan Allah. Justru karena kelemahan kita, Allah mengutus Yesus untuk memerdekakan kita dari kuasa dosa, sehingga kita dapat hidup menurut Roh, bukan daging (ayat 3-4).

  1. Kehidupan yang Dipimpin oleh Roh
    Orang yang hidup menurut Roh memiliki pikiran yang diubahkan oleh Roh Kudus, dan ini menghasilkan damai sejahtera. Mereka adalah orang-orang yang menyenangkan Allah, karena mereka hidup bukan untuk memenuhi keinginan daging, melainkan untuk melakukan kehendak Allah (ayat 5-7). Inilah panggilan hidup orang percaya: menjadi milik Kristus dan menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya.

  2. Kristus Sumber Kehidupan dan Kebangkitan
    Di dalam Kristus, setiap orang percaya menerima hidup, pembenaran, dan kebangkitan (ayat 10-11). Hanya melalui Yesus, kita menerima jaminan untuk hidup dalam kebenaran sebagai anak-anak Allah. Dia memberikan kita kekuatan untuk mengalahkan dosa dan menjadi pewaris janji Allah (ayat 14-17). Sebutan “Bapa” yang diberikan kepada Allah bukan sekadar panggilan, melainkan sebuah pengakuan bahwa kita adalah anak-anak yang dikasihi dan diberi kekuatan untuk hidup dalam kemenangan.

  3. Kunci Kemenangan dalam Kristus
    Firman ini mengingatkan bahwa usaha manusia tidak cukup untuk mengalahkan dosa—kemenangan hanya mungkin ketika kita hidup dalam anugerah Yesus Kristus. Dia mematikan kuasa dosa dan memberi kita hidup yang baru, sehingga kita tak lagi harus tunduk pada keinginan daging. Seberapa besar pun usaha kita, hanya Yesus yang mampu memerdekakan kita dari dosa dan memberi kita keberhasilan sejati.

Refleksi sebagai Anak-anak Allah
Sudahkah kita sungguh-sungguh hidup sebagai anak-anak Allah yang dipimpin oleh Roh-Nya? Jika kita memiliki Yesus dalam hidup kita, maka hidup kita akan berubah dari dalam, dan kita akan semakin mampu mengalahkan dosa dan menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah.

Mari kita tunduk kepada kehendak Allah dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Kunci keberhasilan kita bukanlah kekuatan diri sendiri, tetapi penyerahan penuh kepada Yesus, yang telah mengalahkan dosa dan memberi kita hidup yang kekal.

Share:

Kamu Milik Dia

Roma 7:1-6

Menjadi milik Allah adalah sebuah status yang sangat berharga, yang memberi arah baru dalam hidup kita. Paulus memahami bahwa hidup dalam kedagingan, di mana dosa berkuasa, menghasilkan maut (ayat 5). Hukum Taurat membantu kita memahami dosa, namun juga membuat kita menyadari betapa lemahnya kita untuk memenuhi tuntutannya (ayat 7-11). Namun, saat kita menjadi milik Allah, hidup kita tidak lagi dikendalikan oleh kedagingan, tetapi oleh Roh Allah yang memberi kita kebebasan sejati (ayat 6).

  1. Kebahagiaan Menjadi Milik Allah
    Bagi Paulus, menjadi milik Allah adalah sukacita yang lebih besar dari segala hal yang pernah ia miliki (bdk. Filipi 3:8). Paulus, yang dulu hidup dalam aturan Hukum Taurat, kini mengerti bahwa keselamatannya tidak tergantung pada kemampuannya menjalankan hukum tersebut, melainkan pada karya Kristus yang telah mati dan bangkit untuknya (bdk. Galatia 2:19-20). Kini, ia melayani dengan kuasa Roh, bukan lagi dengan kekuatan hukum, tetapi dengan kekuatan anugerah yang menyelamatkannya.

  2. Tanggung Jawab sebagai Milik Allah
    Menjadi milik Allah berarti menghasilkan buah yang membawa kehidupan bagi orang lain. Sebagai orang percaya, kita adalah perpanjangan kasih Allah di dunia, yang membawa kesaksian hidup Kristus. Dalam segala tantangan yang ia hadapi, Paulus terus setia dalam kesadaran bahwa hidupnya adalah milik Allah. Hal ini tidak selalu mudah, karena mengikut Kristus sering kali memerlukan pengorbanan, baik dalam menghadapi penolakan maupun fitnah.

  3. Menghasilkan Buah Kebenaran
    Paulus mengajak kita untuk menghasilkan kebenaran bukan sekadar karena takut akan larangan, tetapi karena kebenaran itu sendiri adalah bagian dari hidup kita sebagai milik Allah. Setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan kita seharusnya menjadi buah kasih-Nya, yang menyaksikan kebaikan Allah kepada orang lain. Dalam setiap tindakan, kita punya kesempatan untuk mencerminkan kasih Allah, sehingga orang lain merasakan dampaknya.

Refleksi Kehidupan sebagai Milik Allah
Apakah kita telah menyadari bahwa kita adalah milik Allah? Hal ini memberi makna besar dalam hidup kita dan mendorong kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Mari kita memohon agar Roh Kudus menolong kita menghasilkan buah kebenaran, agar setiap orang yang kita temui dapat melihat dan merasakan kasih Allah. Hidup sebagai milik Allah adalah kehormatan dan panggilan yang penuh kasih—mari kita jalani dengan penuh sukacita dan kesetiaan.

Share:

Hamba Dosa versus Hamba Kebenaran

Roma 6:15-23

Paulus mengingatkan jemaat Roma bahwa kebebasan dari dosa bukanlah izin untuk hidup semaunya. Beberapa jemaat tampaknya menyalahartikan anugerah sebagai izin untuk hidup bebas tanpa batasan, dengan alasan bahwa kasih karunia Allah pasti akan selalu mengampuni. Namun, pemahaman seperti ini justru bertentangan dengan tujuan keselamatan yang Allah berikan.

  1. Bebas dari Dosa, Terikat kepada Kebenaran
    Allah membebaskan kita dari dosa bukan untuk memberikan kebebasan tanpa aturan, melainkan untuk memampukan kita menaati pengajaran-Nya dan menjalani hidup dalam kebenaran (ayat 16-19). Sebelum mengenal Kristus, orang percaya hidup sebagai “hamba dosa,” terikat pada nafsu duniawi dan keinginan diri. Namun, setelah diselamatkan, kita dipanggil untuk menjadi “hamba kebenaran,” yaitu hidup sesuai dengan kehendak Allah, bukan mengikuti keinginan dosa.

  2. Dua Jalan, Dua Tujuan
    Paulus menggambarkan perbedaan antara dua status hidup: hamba dosa dan hamba kebenaran. Ketika kita hidup sebagai hamba dosa, kita tidak mampu menjalani kebenaran, dan hasilnya adalah rasa malu dan akhirnya kematian (ayat 20-21). Sebaliknya, hidup sebagai hamba kebenaran menghasilkan buah pengudusan, dan pada akhirnya, hidup yang kekal (ayat 22). Menjadi hamba kebenaran memang menuntut komitmen dan disiplin, namun hasilnya adalah kehidupan dalam Kristus yang mengarahkan kita pada keselamatan kekal.

  3. Upah Dosa adalah Maut, tetapi Karunia Allah adalah Hidup Kekal
    Ayat yang sangat dikenal, Roma 6:23, menyatakan bahwa “upah dosa adalah maut,” tetapi anugerah Allah dalam Kristus adalah kehidupan kekal. Dosa mungkin menawarkan kesenangan sementara, tetapi akhirnya menjerat kita pada kebinasaan. Sebaliknya, jalan kebenaran mungkin tidak selalu mudah, namun melalui hidup kudus kita menerima kehidupan kekal dalam Kristus. Paulus mengingatkan bahwa kita tidak bisa hidup setengah-setengah—dalam dosa sekaligus dalam kebenaran—melainkan harus memutuskan untuk sepenuhnya menjadi milik Allah.

Refleksi untuk Kehidupan Kita Hari Ini
Sebagai orang percaya, kita diundang untuk memeriksa diri. Apakah kita masih hidup seperti hamba dosa, atau sudah hidup sebagai hamba kebenaran? Apakah masih ada kebiasaan-kebiasaan dosa yang sulit kita lepaskan? Mari kita jujur di hadapan Tuhan, akui segala kelemahan kita, dan mintalah kekuatan-Nya. Perbuatan benar apa yang dapat kita lakukan hari ini? Lakukanlah dengan segenap hati demi kemuliaan Allah.

Mari gunakan kebebasan kita bukan untuk mengulangi dosa, tetapi untuk hidup dalam kebenaran, menjadi saksi bagi Kristus, dan menggenapi tujuan-Nya di dalam hidup kita.

Share:

Arti Hidup di dalam Kristus

Roma 6:1-14

Paulus melanjutkan pengajarannya tentang kehidupan di dalam Kristus, menekankan bahwa orang yang percaya kepada-Nya bukan hanya menerima pengampunan tetapi juga mengalami transformasi yang mendalam. Hidup dalam Kristus berarti kita ikut ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Paulus menggambarkan bahwa dengan mengakui iman kepada Yesus, kita mengidentifikasi diri kita dengan pengorbanan dan kebangkitan-Nya.

  1. Menjadi Satu dengan Kristus
    Paulus menjelaskan bahwa ketika kita percaya kepada Kristus, kita menjadi satu dengan-Nya: mati, dikuburkan, dan dibangkitkan bersama Dia. Ini bukan sekadar simbol, melainkan panggilan untuk meninggalkan kehidupan lama kita. Dengan pernyataan retorik “Atau tidak tahukah kamu …?” Paulus menegaskan bahwa menjadi satu dengan Kristus adalah dasar bagi kehidupan baru kita (ayat 3-6). Jika kita telah menjadi satu dengan kematian Kristus, kita pun diundang untuk hidup dalam kebangkitan-Nya—hidup dalam kuasa-Nya yang mengalahkan dosa.

  2. Mati bagi Dosa, Hidup bagi Allah
    Sebagaimana Kristus mati untuk dosa satu kali dan hidup untuk Allah, kita pun diundang untuk mengikuti teladan-Nya. Paulus mengingatkan jemaat bahwa hidup dalam Kristus berarti mematikan dosa, bukan memberi ruang baginya untuk menguasai hidup kita (ayat 7-11). Kehidupan lama, penuh dengan kebiasaan dan dosa, sudah tidak lagi memiliki tempat dalam hidup kita yang baru di dalam Kristus. Dengan demikian, hidup bagi Allah bukan hanya tuntutan moral, melainkan panggilan rohani untuk menghidupi kehendak Allah dalam setiap tindakan kita.

  3. Menyerahkan Diri kepada Kebenaran
    Paulus menutup pengajarannya dengan sebuah seruan untuk menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah (ayat 12-14). Kita tidak lagi menjadi alat kejahatan, melainkan alat kebenaran. Hidup baru dalam Kristus memampukan kita untuk meninggalkan keinginan dosa dan memuliakan Allah dengan hidup kita. Inilah cara kita membalas kasih Allah yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.

Refleksi untuk Hidup Hari Ini
Sebagai orang percaya, kita diingatkan bahwa hidup kita adalah milik Kristus. Maka, kita diminta untuk setia meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Allah dan terus hidup dalam kehendak-Nya. Hidup baru ini bukan sekadar perubahan perilaku, tetapi sebuah kehidupan yang sepenuhnya dihidupi bagi kemuliaan Allah.

Mari kita memohon agar Tuhan menolong kita untuk memahami arti hidup baru dalam Kristus dan menguatkan kita untuk tetap setia dalam setiap perjalanan iman kita. Biarlah Tuhan menyertai dan menuntun langkah-langkah kita sehingga kita dapat hidup dalam kebenaran dan memuliakan nama-Nya di setiap kesempatan.

Share:

Adam Versus Kristus

Roma 5:12-19

Dosa merupakan kenyataan hidup yang tidak bisa disangkal, dan kematian adalah bukti nyata dari akibat dosa itu. Setiap manusia mengalami kematian, yang menunjukkan bahwa semua orang telah berdosa. Dosa pertama Adam, nenek moyang manusia, membawa konsekuensi maut bagi seluruh umat manusia. Sejak kejatuhannya, setiap keturunan Adam memiliki natur dosa dalam dirinya (ayat 12). Namun, Paulus menyampaikan kabar baik: kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus melampaui kuasa dosa dan mengalahkan maut.

  1. Adam, Wakil dari Dosa dan Kematian
    Paulus menjelaskan bahwa dosa bukan hanya masalah melanggar Hukum Taurat, seperti yang dipahami oleh orang Yahudi. Jauh sebelum Hukum Taurat diberikan, dosa sudah ada, dan seluruh manusia telah terkena dampaknya. Adam, dengan pelanggarannya, mewakili seluruh umat manusia dalam keberdosaan dan konsekuensi kematian (ayat 13-14). Sebagai akibatnya, dosa dan kematian menyebar ke semua keturunannya.

  2. Kristus, Wakil dari Keselamatan dan Kehidupan
    Berbeda dengan Adam, Yesus Kristus menjadi wakil bagi orang yang percaya kepada-Nya. Melalui ketaatan Kristus, kita menerima kasih karunia dan anugerah keselamatan yang tidak ternilai. Adam membawa dosa, tetapi Kristus membawa pembenaran; Adam membawa penghakiman, tetapi Kristus membawa anugerah pengampunan (ayat 15-17). Kristus menjadi perwakilan kita yang membebaskan dari penghakiman dan memberikan hidup kekal.

  3. Anugerah Allah Melampaui Kuasa Dosa
    Paulus menjelaskan bahwa walaupun dosa masuk melalui ketidaktaatan satu orang, yaitu Adam, anugerah keselamatan terjadi melalui kebenaran dan ketaatan Kristus. Dengan anugerah-Nya, setiap orang yang percaya menerima hidup kekal dan pembenaran (ayat 18-19). Kasih karunia Allah jauh lebih besar dari kuasa dosa. Meskipun dosa menjalar dengan cepat, anugerah Allah lebih berkuasa dan menyelamatkan setiap orang yang beriman kepada-Nya.

Sebagai orang percaya, kita patut bersyukur atas anugerah Allah yang berlimpah, yang melalui Kristus telah mengalahkan maut dan menyediakan pembenaran. Ini menjadi jaminan bahwa kehidupan kekal sudah menjadi milik kita di dalam Kristus. Walaupun dosa tampak menguasai dunia, kasih karunia Allah berkuasa atas segalanya.

Share:

Hanya Melalui Iman

Roma 4:1-15

Paulus menggambarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang kita peroleh melalui iman kepada Kristus, bukan hasil dari usaha manusia. Untuk memperjelas hal ini, Paulus mengutip teladan Abraham, seorang tokoh yang sangat dihormati oleh bangsa Yahudi. Abraham dianggap benar oleh Allah bukan karena perbuatan atau usahanya sendiri, melainkan karena imannya.

  1. Keselamatan Bukanlah Hasil Usaha Manusia
    Paulus menjelaskan bahwa jika seseorang bekerja, maka upah yang diterimanya adalah haknya, tetapi keselamatan berbeda (ayat 4-5). Keselamatan adalah pemberian Allah, bukan sesuatu yang bisa diperoleh melalui usaha atau kerja keras. Abraham disebut benar bukan karena perbuatannya, tetapi karena imannya. Dengan kata lain, Tuhan tidak sedang “membayar” Abraham; sebaliknya, Ia memberikan anugerah kepada Abraham sebagai bukti kasih-Nya.

  2. Kebenaran Abraham Berdasarkan Iman, Bukan Ketaatan Hukum Taurat
    Banyak orang Yahudi saat itu berpikir bahwa Abraham dibenarkan karena ia menaati hukum-hukum Tuhan, khususnya tentang sunat (ayat 9-15). Mereka percaya bahwa menaati Hukum Taurat adalah cara untuk mendapat pengakuan sebagai orang benar. Namun, Paulus menegaskan bahwa Abraham dibenarkan karena imannya, bahkan sebelum hukum sunat diperintahkan. Abraham tinggal di tengah bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi tetap percaya pada janji-janji Tuhan, sekalipun tampak mustahil. Iman Abraham adalah bentuk kepercayaan penuh pada kuasa dan janji Allah, dan ini adalah anugerah dari Allah sendiri.

  3. Iman sebagai Pemberian Allah
    Bahkan iman Abraham bukanlah hasil usahanya sendiri, tetapi anugerah Allah. Sejak awal, Allah memilih dan memanggil Abraham, serta memberikan iman yang kuat kepadanya, sehingga Abraham mampu percaya di tengah situasi sulit. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan juga adalah karunia dari Allah.

Bagaimana dengan kita saat ini? Sudahkah kita benar-benar mengandalkan iman kepada Tuhan, atau masih mencoba memperoleh keselamatan dan kebaikan dengan kekuatan kita sendiri? Allah menghendaki agar kita benar-benar bergantung kepada-Nya dalam iman. Ingatlah, pembenaran dari Allah hanya terjadi ketika kita mau percaya sepenuhnya kepada-Nya, tanpa bergantung pada kekuatan atau prestasi kita.

Mari kita berdoa dan memohon agar Allah mengaruniakan iman yang teguh kepada kita, seperti yang diberikan-Nya kepada Abraham, sehingga kita dapat menjalani hidup dalam ketergantungan sepenuhnya pada anugerah-Nya.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.