Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Karunia yang Tidak Sia-sia

Roma 12:9-21

1. Karunia yang Dilandasi Kasih

Karunia tanpa kasih akan menjadi sia-sia. Rasul Paulus menegaskan bahwa kasih adalah elemen utama dalam penggunaan karunia (ayat 9). Karunia yang dipakai tanpa kasih hanya akan berujung pada kesombongan, kepura-puraan, atau penghargaan duniawi semata (bdk. 1Kor. 13:1-3).

Kasih yang dimaksud di sini bukanlah sekadar emosi atau perasaan, tetapi kasih yang tulus dan nyata dalam tindakan. Mengasihi sesama berarti memandang mereka sebagai saudara yang perlu kita pedulikan dengan sepenuh hati (ayat 10).

2. Ciri Kasih yang Tulus Ikhlas

Paulus menggambarkan kasih yang sejati dengan tindakan nyata:

  • Mengutamakan kebaikan dan menjauhi kejahatan (ayat 9).
  • Menghormati sesama lebih dari diri sendiri (ayat 10).
  • Bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan tekun dalam doa (ayat 12).
  • Berempati dengan yang bersukacita dan berduka (ayat 15).
  • Memberkati orang yang memusuhi, bukan mengutuk mereka (ayat 14).
  • Berbuat baik bahkan kepada mereka yang berbuat jahat (ayat 20).

Kasih sejati melampaui hubungan sesama orang percaya. Bahkan, terhadap seteru sekalipun, kasih memanggil kita untuk memberkati, mengampuni, dan menunjukkan kebaikan.

3. Mengalahkan Kejahatan dengan Kasih

Paulus mengakhiri nasihatnya dengan perintah untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan (ayat 17-21). Ia mengajarkan bahwa kasih adalah senjata paling ampuh untuk mengalahkan kejahatan. Ketika kita membalas kebencian dengan kasih, kita tidak hanya menghancurkan lingkaran kejahatan, tetapi juga memuliakan Tuhan melalui hidup kita.

Perenungan

  1. Apakah Kita Melayani dengan Kasih?
    Menggunakan karunia haruslah dilandasi kasih yang tulus. Apakah kita melayani karena ingin dihargai, atau karena kita ingin memuliakan Tuhan dan membantu sesama?

  2. Bagaimana Kita Menyikapi Orang yang Sulit?
    Kasih sejati menantang kita untuk memperlakukan musuh dengan baik. Apakah kita mampu memberkati mereka yang menyakiti kita, seperti yang diajarkan Yesus?

  3. Apa Motivasi Kita dalam Berbuat Baik?
    Apakah tindakan kita didasari ketulusan, atau ada motivasi tersembunyi seperti pujian, penghargaan, atau balas jasa?

Kesimpulan

Karunia adalah anugerah Allah, tetapi karunia tanpa kasih adalah sia-sia. Allah memanggil kita untuk menghidupi kasih yang tulus dalam segala hal yang kita lakukan, baik dalam melayani sesama maupun dalam menghadapi musuh. Kasih yang tulus ikhlas, yang lahir dari hati yang telah diperbarui oleh Tuhan, akan menghasilkan buah yang memuliakan Allah.

Hiduplah dengan kasih yang nyata, dan gunakan karunia untuk melayani dengan ketulusan!

Share:

Memiliki Karunia untuk Saling Melengkapi

Roma 12:1-8

1. Karunia Sebagai Wujud Kemurahan Allah

Paulus mengawali nasihatnya dengan ajakan untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Ini adalah respons atas kemurahan Tuhan (ayat 1). Kita dipanggil untuk menjalani hidup yang diperbarui oleh firman-Nya, menjauhkan diri dari pola dunia, dan membiarkan kehendak Allah membentuk kita (ayat 2).

2. Karunia untuk Melayani dan Melengkapi

Setiap orang percaya diperlengkapi dengan karunia berbeda-beda. Paulus menekankan pentingnya sikap rendah hati dalam menggunakan karunia tersebut (ayat 3). Dalam tubuh Kristus, setiap orang adalah bagian yang memiliki fungsi tertentu, dan semuanya saling melengkapi (ayat 4-5).

Daftar karunia yang Paulus sebutkan (ayat 6-8):

  • Bernubuat sesuai iman yang diberikan Allah.
  • Melayani dengan penuh kesungguhan.
  • Mengajar dengan ketekunan.
  • Menasehati dengan kebijaksanaan.
  • Memberi dengan sukacita.
  • Memimpin dengan kesungguhan hati.
  • Menunjukkan kemurahan dengan kerelaan.

Karunia-karunia ini adalah anugerah untuk mendukung tubuh Kristus, bukan untuk kesombongan pribadi.

3. Hidup dalam Harmoni dan Saling Melengkapi

Seperti tubuh yang memiliki banyak anggota, setiap bagian penting untuk menjalankan fungsi tertentu. Tidak ada bagian yang lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan analogi ini, Paulus mengingatkan bahwa karunia tidak untuk pameran kemampuan, tetapi untuk melayani dan menguatkan sesama dalam iman.

Perenungan

  1. Apa Karunia Kita?
    Setiap kita memiliki karunia unik dari Allah. Tugas kita adalah mengenal dan mengembangkan karunia tersebut, bukan membandingkan dengan orang lain.

  2. Bagaimana Kita Menggunakannya?
    Karunia itu bukan milik kita semata, tetapi alat untuk membawa berkat bagi orang lain. Apakah kita menggunakannya dengan semangat pelayanan?

  3. Hidup Sebagai Persembahan Hidup
    Menggunakan karunia adalah wujud persembahan hidup kepada Allah. Melalui pelayanan, tindakan, dan semangat memberi, kita menunjukkan bahwa hidup kita adalah milik-Nya.

Kesimpulan

Allah menciptakan kita dengan karunia yang berbeda-beda agar kita saling melengkapi sebagai tubuh Kristus. Jangan pernah meremehkan karunia yang terlihat sederhana atau merasa rendah diri dengan apa yang kita miliki. Sebaliknya, gunakan setiap karunia dengan sukacita, kerendahan hati, dan semangat melayani, sehingga nama Allah dipermuliakan.

Apa pun karunia yang kita miliki, persembahkanlah itu kepada Allah dan gunakanlah untuk melayani sesama!

Share:

Allah yang Menakjubkan

Roma 11:25-36

1. Rencana Allah yang Tak Terselami

Paulus dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan adalah karya Allah yang penuh misteri dan hikmat. Penolakan sementara oleh bangsa Israel atas keselamatan tidak berarti mereka ditinggalkan selamanya. Sebaliknya, Allah menggunakan momen itu untuk membawa bangsa-bangsa lain, termasuk kita, kepada keselamatan (ayat 25-26). Namun, pada akhirnya, bangsa Israel juga akan beroleh belas kasihan Allah sesuai dengan janji-Nya. Ini menunjukkan bahwa rencana Allah melampaui akal budi manusia, menakjubkan dan tidak dapat diselami.

2. Kasih Karunia bagi Semua

Baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi, keduanya berada dalam posisi ketidaktaatan. Namun, melalui belas kasihan Allah, kita semua dipanggil untuk menerima keselamatan. Kasih karunia-Nya tidak diberikan karena kita layak, tetapi karena Allah begitu mengasihi manusia (ayat 30-32). Dia menunjukkan bahwa keselamatan tidak bergantung pada usaha atau kebaikan kita, tetapi semata-mata pada belas kasihan-Nya.

3. Kemuliaan Allah yang Agung

Paulus melanjutkan dengan menyerukan kekaguman terhadap hikmat dan kebesaran Allah. Keputusan-Nya tak terselami, jalan-Nya tak tertandingi, dan rencana-Nya melampaui pengertian manusia (ayat 33-35). Ini membawa kita kepada doksologi yang penuh syukur:
"Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (ayat 36).

Perenungan untuk Kita

  1. Tidak Ada Tempat untuk Kesombongan
    Keselamatan yang kita terima adalah anugerah, bukan hasil usaha kita. Karena itu, kita tidak boleh merasa lebih baik daripada orang lain, tetapi harus tetap rendah hati di hadapan Allah.

  2. Syukuri Jalan Tuhan
    Kehidupan kita adalah bukti nyata betapa menakjubkannya karya Allah. Saat kita mengingat bagaimana Tuhan memimpin hidup kita, kita melihat tangan-Nya yang ajaib membimbing kita bahkan di tengah ketidaktaatan kita.

  3. Percaya pada Rencana-Nya
    Rencana Allah sering kali tidak dapat dipahami, tetapi kita tahu bahwa Dia selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28). Karena itu, kita dipanggil untuk percaya sepenuhnya kepada jalan-Nya.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah bukti nyata dari kasih karunia dan kebesaran Allah yang menakjubkan. Jangan berhenti untuk bersyukur dan memuji-Nya karena karya keselamatan-Nya yang ajaib dalam hidup kita. Sekalipun kita tidak mengerti sepenuhnya jalan-Nya, kita tahu bahwa Dia selalu bekerja dengan cara yang luar biasa untuk membawa kita kepada rencana-Nya yang sempurna.

Mari bersyukur atas kasih dan hikmat-Nya yang tak terselami!

Share:

Hati-hati dengan Zona Nyaman!

Roma 11:11-23

Zona nyaman sering kali menjadi perangkap bagi orang percaya. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Kristen non-Yahudi memberikan peringatan yang relevan bagi kita hingga saat ini. Walaupun bangsa-bangsa non-Yahudi mendapatkan kesempatan menerima keselamatan karena pelanggaran bangsa Yahudi, hal itu tidak berarti bahwa mereka boleh merasa aman tanpa waspada.

1. Bangsa Yahudi Tetap Orang Pilihan

Paulus menegaskan bahwa bangsa Yahudi tetaplah umat pilihan Allah (ayat 23). Pelanggaran mereka membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima keselamatan, tetapi bukan berarti Allah meninggalkan mereka sepenuhnya. Allah memberikan kesempatan bagi bangsa Yahudi untuk bertobat dan dipulihkan. Ini adalah bukti bahwa Allah tetap setia kepada janji-Nya.

2. Peringatan bagi Non-Yahudi

Paulus menggunakan ilustrasi pohon zaitun untuk menjelaskan posisi bangsa non-Yahudi sebagai cabang yang dicangkokkan (ayat 17-21). Jika cabang asli saja bisa dipatahkan karena ketidaktaatan, maka cabang yang dicangkokkan pun dapat dipatahkan jika mereka tidak setia. Artinya, keselamatan yang telah diterima tidak boleh dianggap enteng atau menjadi alasan untuk sombong secara rohani.

3. Allah yang Penuh Kemurahan dan Keadilan

Paulus mengingatkan bahwa Allah bukan hanya penuh kemurahan, tetapi juga keadilan (ayat 22). Keselamatan adalah anugerah, namun tidak berarti Allah mentoleransi dosa. Kita harus menghargai anugerah keselamatan dengan hidup dalam ketaatan, sebab Allah berhak untuk menghukum mereka yang tidak menghormati kasih karunia-Nya.

4. Waspadai Zona Nyaman

Seperti pengemudi yang terlalu nyaman di jalan tol hingga kehilangan kewaspadaan, orang percaya juga bisa terjebak dalam zona nyaman rohani. Ketika merasa aman dan puas dengan keadaan kita, ada bahaya untuk mulai melonggarkan ketaatan atau menurunkan standar iman. Inilah saat kita harus berhati-hati agar tidak keluar dari jalur yang telah Tuhan tetapkan.

  • Jaga Ketaatan: Jangan lengah dalam hidup rohani. Teruslah bertekun dalam doa, firman, dan pelayanan.
  • Hindari Kesombongan Rohani: Ingat bahwa keselamatan adalah murni anugerah Allah, bukan karena usaha kita.
  • Hidup dengan Penuh Syukur: Tunjukkan rasa syukur atas keselamatan dengan hidup yang memuliakan Allah.

Keselamatan adalah pemberian yang luar biasa dari Allah, tetapi juga tanggung jawab yang besar. Jangan terlena dengan zona nyaman, tetapi hiduplah dengan sikap yang menghormati dan menghargai anugerah keselamatan. Apa pun situasi kita, tetaplah setia dan waspada. Berbaliklah segera jika kita mulai keluar jalur, dan kembalilah kepada jalan-Nya.

Share:

Dengarkan dan Lakukan!

Roma 10:18-21

Mendengar dan mengerti adalah dua hal yang berbeda. Sekalipun seseorang mendengar sesuatu, belum tentu ia memahaminya. Dalam Kitab Roma, Paulus menyoroti masalah ini dalam kehidupan bangsa Israel. Mereka mendengar firman Allah berkali-kali, baik melalui Nabi Musa maupun Nabi Yesaya (ayat 19-20), namun sayangnya mereka gagal untuk mengerti dan taat kepada-Nya.

  1. Mendengar Tanpa Ketaatan
    Israel sudah berulang kali mendengar firman, namun ketidaktaatan mereka menunjukkan bahwa sekadar mendengar tidaklah cukup. Ketika firman Allah disampaikan, yang lebih penting adalah sikap hati yang benar untuk menerima, memahami, dan menghidupinya. Allah menghendaki umat yang mengasihi dan menaati-Nya, bukan hanya sekadar pendengar.

  2. Bahaya Ketidaktaatan
    Sejarah Israel mengajarkan bahwa ketidaktaatan membawa konsekuensi serius. Paulus mengingatkan kita melalui kisah bangsa ini untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga untuk merespons firman dengan hati yang taat. Kedegilan hati Israel membawa mereka kepada hukuman Allah, bukan berkat. Seperti yang dikatakan Yakobus, kita harus menjadi "pelaku firman, bukan hanya pendengar" (Yak. 1:22).

  3. Pendengaran yang Membawa Ketaatan
    Ketika kita mendengar firman Tuhan dengan hati yang benar, kita menjadi semakin dekat kepada-Nya. Pendengaran yang disertai dengan pengertian yang benar mendatangkan ketaatan, dan ketaatan membawa berkat serta kedamaian dari Allah. Semakin kita mengenal firman-Nya, semakin besar kasih kita kepada-Nya, dan semakin kita terdorong untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

  4. Menghidupi Firman dengan Setia
    Bacalah dan renungkan firman Allah setiap hari, bukan hanya sebagai rutinitas tetapi dengan hati yang terbuka untuk mendengar dan melakukannya. Firman Allah bukan sekadar informasi, tetapi adalah kekuatan yang memulihkan dan mengubahkan hidup kita. Kita dipanggil untuk menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar, agar hidup kita memuliakan Allah.

Respon Kita
Belajarlah dari sejarah bangsa Israel. Pendengaran tanpa sikap hati yang benar hanya membawa murka Allah. Namun, mendengar dan melakukan firman-Nya membawa kita kepada hidup dalam kasih dan janji keselamatan. Mari kita setia dalam membaca, mendengar, dan melaksanakan firman Tuhan, agar karya-Nya nyata dalam hidup kita dan memancarkan kasih-Nya kepada duni

Share:

Bukan Ditolak, tetapi Dipilih

Roma 11:1-7

Penolakan adalah hal yang menyakitkan, terutama ketika kita sudah merasa yakin akan penerimaan. Paulus mengangkat isu ini dalam hubungannya dengan umat Allah, Israel. Apakah mungkin Allah menolak umat yang telah dipilih-Nya? Paulus dengan tegas menjawab: tidak. Allah tidak menolak umat-Nya, melainkan selalu menyisakan kelompok pilihan berdasarkan anugerah-Nya.

  1. Bukti Kasih Setia Allah terhadap Pilihan-Nya
    Paulus menyebut dirinya sebagai bukti pertama bahwa Allah tidak membuang umat-Nya. Paulus adalah orang Israel yang telah dipilih dan diselamatkan oleh Allah (ayat 1). Bukti lain adalah sejarah bangsa Israel di zaman nabi Elia, ketika meskipun banyak nabi yang memberontak, Allah tetap menyisakan tujuh ribu orang setia bagi-Nya (ayat 2-4). Maka, Allah selalu memiliki umat pilihan, kelompok yang disisihkan berdasarkan kasih karunia-Nya.

  2. Dipilih Berdasarkan Anugerah
    Orang-orang percaya tidak dipilih karena prestasi atau perbuatan, melainkan karena kasih karunia Allah semata (ayat 5-6). Pengakuan ini mengingatkan kita akan sifat pemilihan Allah yang bukan hasil usaha kita, melainkan pemberian cuma-cuma dari Allah. Anugerah ini seharusnya membangkitkan rasa syukur dan tanggung jawab, bukan kesombongan atau kebanggaan pribadi.

  3. Hidup sebagai Orang Pilihan
    Paulus mengingatkan kita untuk hidup sebagai orang-orang pilihan. Pilihan ini membawa implikasi bagi setiap tindakan, pikiran, dan perkataan kita. Menjadi orang pilihan Allah tidak berarti kita dapat bertindak sesuka hati, tetapi justru memberi kita tanggung jawab untuk hidup memuliakan Dia. Cara kita berpikir, bertindak, dan berbicara harus mencerminkan kebenaran dan kasih Allah.

  4. Bersyukur dan Berbuat Maksimal
    Kesadaran bahwa kita dipilih oleh Allah harus menjadi alasan kita untuk berbuat baik dan menampilkan kasih-Nya di tengah dunia. Menghidupi iman kita sebagai orang pilihan berarti melayani Allah dan sesama dengan sepenuh hati, tanpa menghakimi atau meremehkan orang lain.

Respon Kita
Hari ini kita diingatkan bahwa kita adalah orang pilihan, bukan orang buangan. Kita bukan dipilih karena kekuatan atau kehebatan kita, tetapi semata-mata karena kemurahan Allah. Mari kita renungkan, betapa istimewanya kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk menjadi umat-Nya. Kiranya kita terus menghidupi identitas sebagai orang-orang pilihan dengan menyatakan kebenaran dan kasih Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Share:

Pujian Natal 15 Desember 2024

Share:

Akui, Percaya, dan Beritakan!

Roma 10:4-15

Kita sering kali merasa kecewa pada diri sendiri ketika gagal menaati firman Tuhan. Kekecewaan ini bisa membuat kita frustrasi karena menyadari ketidakmampuan kita untuk memenuhi seluruh tuntutan hukum Allah dengan sempurna. Firman Tuhan dalam perikop ini mengingatkan kita bahwa keselamatan tidak bergantung pada usaha kita memenuhi Hukum Taurat, tetapi pada karya Kristus yang sudah menggenapi semua tuntutan hukum (ayat 4). Hukum Taurat menekankan perbuatan, sementara iman menekankan ketergantungan kita kepada Kristus (ayat 5-7).

  1. Kristus, Inti dari Keselamatan
    Tidak ada satu pun manusia yang dapat hidup benar di hadapan Allah melalui usaha sendiri, kecuali Yesus Kristus yang telah memenuhi setiap tuntutan hukum Allah dengan sempurna. Dialah pusat kebenaran dan keselamatan kita. Oleh sebab itu, keselamatan yang sejati hanya dapat kita peroleh dengan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan mempercayai kebangkitan-Nya. Allah telah menyediakan keselamatan ini bagi setiap orang yang percaya, seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya dan Yoel (ayat 9-13; lih. Yes. 28:16; Yoel 2:32).

  2. Mengandalkan Anugerah, Bukan Usaha Sendiri
    Pembenaran dan keselamatan datang kepada kita bukan karena kesempurnaan dalam menjalankan firman, tetapi karena Kristus yang telah menggenapi seluruh tuntutan Allah bagi kita. Semua ini adalah kasih karunia Allah, diberikan kepada kita saat kita masih berdosa, bukan sebagai hasil usaha kita. Ini menunjukkan betapa besar kasih Allah kepada kita, yang tak bersyarat dan penuh belas kasih.

  3. Dipanggil untuk Menghidupi dan Memberitakan Injil
    Setelah menerima keselamatan, kita juga menerima panggilan untuk memberitakan kabar baik itu kepada orang lain. Rasul Paulus mengingatkan bahwa Injil harus disampaikan supaya orang lain dapat mengenal Kristus dan memperoleh keselamatan (ayat 14-15). Allah menggunakan kita sebagai perpanjangan tangan-Nya untuk membawa kabar keselamatan kepada dunia.

  4. Menghidupi dan Menyampaikan Kabar Baik
    Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup seturut firman Tuhan dan juga untuk memberitakan Injil melalui perkataan dan tindakan kita. Injil bukan sekadar teori; itu adalah kehidupan yang nyata yang harus terlihat melalui kasih, pengampunan, dan ketulusan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Respon Kita
Mari kita perbarui komitmen kita kepada Kristus dengan mengakui bahwa Dialah satu-satunya jalan keselamatan dan percaya pada kuasa kebangkitan-Nya. Ketika kita mengakui Kristus sebagai Tuhan, kita menyatakan iman kita kepada dunia dan memperlihatkan kasih karunia-Nya melalui hidup kita. Inilah panggilan kita sebagai anak-anak Allah: menghidupi firman dan menyampaikan keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita dengan penuh sukacita dan syukur.

Share:

Buah dari Iman

Roma 9:30--10:3

Sebagai orang percaya, kita dipanggil menjadi garam dan terang dunia, menjadi saksi yang memancarkan kasih dan kebenaran Allah. Namun, di tengah panggilan ini, sering kali kita mendapati bahwa hidup kita bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain jika tidak mencerminkan iman yang sejati.

  1. Kebenaran Berdasarkan Iman
    Allah menunjukkan bahwa kebenaran sejati diperoleh melalui iman, bukan melalui usaha manusia. Paulus mencatat bahwa banyak bangsa yang tidak mengejar kebenaran Allah justru mendapatkannya karena mereka percaya, sementara bangsa Israel, meski mengenal hukum Allah, gagal dalam mengejar kebenaran karena mereka terlalu berfokus pada perbuatan (ayat 30-31). Dalam hal ini, mereka lebih mengandalkan kebenaran yang mereka bangun sendiri, bukannya kebenaran Allah yang ditawarkan melalui iman kepada Kristus (ayat 32).

  2. Iman sebagai Dasar, Perbuatan sebagai Buah
    Paulus menginginkan bangsa Israel dan semua orang percaya untuk menerima keselamatan dengan benar, yaitu didasarkan pada iman yang tulus. Tanpa dasar iman, perbuatan kita hanyalah sekadar usaha manusia yang tidak dapat memenuhi standar Allah. Namun, perbuatan yang dihasilkan dari iman adalah perbuatan yang sejati, yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:26, “Iman tanpa perbuatan adalah mati.” Iman dan perbuatan berjalan seiring sebagai bukti hidup yang berkenan kepada Allah.

  3. Keselamatan Bukan karena Kebaikan Diri Sendiri
    Jika kita fokus pada perbuatan atau kebaikan diri sendiri, kita bisa terjebak dalam pola pikir yang berusaha membangun kriteria keselamatan berdasarkan standar kita sendiri. Ini sering berujung pada sikap sombong rohani dan kesalahpahaman bahwa kita bisa memperoleh keselamatan dengan usaha manusia. Keselamatan adalah anugerah Allah, dan perbuatan baik adalah respons kita terhadap kasih karunia itu, bukan syaratnya. Itulah sebabnya kita perlu melibatkan Kristus dalam segala hal yang kita lakukan, sebagai wujud syukur atas keselamatan yang telah kita terima.

  4. Menyatakan Kasih Allah melalui Perbuatan
    Perbuatan yang lahir dari iman akan memancarkan kasih Allah kepada orang lain. Ketika kita menolong atau melayani dengan tulus, orang lain bisa merasakan kehadiran dan kasih Allah yang sejati. Melalui perbuatan yang kita lakukan, nama Tuhan dipermuliakan, bukan karena keterampilan kita, tetapi karena itulah kehendak-Nya agar kita hidup sebagai kesaksian-Nya di dunia ini.

Menghidupi Iman Setiap Hari
Mari kita periksa dasar dari setiap tindakan kita. Apakah kita melayani dengan pengertian yang benar dan iman yang teguh pada Yesus Kristus? Atau masihkah kita cenderung mengandalkan kebaikan dan kemampuan diri sendiri? Iman yang sejati akan melahirkan perbuatan yang memperkenalkan kasih dan kebenaran Allah kepada dunia.

Setiap hari, libatkanlah Tuhan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan kita. Biarlah hidup kita menjadi cerminan kasih Allah yang memuliakan nama-Nya, sehingga kita bisa benar-benar menjadi garam dan terang yang menginspirasi dunia.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.