Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Makna Nama dan Pengharapan

Keluaran 18:1-12

Nama-nama dalam Alkitab sering mencerminkan pengharapan kepada Tuhan, termasuk nama anak-anak Musa yang penuh arti.

Musa menamai anak pertamanya Gersom, yang berarti "orang asing di sana," karena ia merasa menjadi pendatang, baik di Midian maupun di Mesir, tanah yang pernah ia tinggali. Nama ini juga menggambarkan status umat Israel sebagai orang asing di Mesir (Kel. 2:22). Anak keduanya, Eliezer, berarti "Allah adalah penolongku," sebagai ucapan syukur karena Tuhan telah menyelamatkan Musa dari pedang Firaun. Nama ini mencerminkan penyelamatan Tuhan atas umat Israel dari perbudakan Mesir dan pengejaran Firaun (Kel. 2:23, 10-11).

Dua nama ini mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan Allah selalu menyelamatkan umat-Nya dari bahaya.

Bersyukurlah! Meski kita sering merasa terasing di dunia yang penuh dosa, kita dapat tetap bersukacita karena Allah yang besar dan mahakuasa selalu menyertai kita.

Share:

Dua Kunci Sukses: Doa dan Kolaborasi

Keluaran 17:8-16

1. Pentingnya Pola Kolaboratif

Dalam kehidupan modern, khususnya di era revolusi industri 4.0, kolaborasi menjadi strategi penting untuk meraih kesuksesan. Kesadaran bahwa setiap orang membutuhkan bantuan orang lain adalah langkah maju dalam membangun keluarga, gereja, masyarakat, bahkan bangsa.

Contoh Kolaborasi Israel:
Ketika umat Israel pertama kali menghadapi perang melawan bangsa Amalek, Musa dan Yosua menunjukkan pola kolaborasi yang luar biasa:

  • Yosua memimpin pasukan di medan perang dengan keberanian dan strategi.
  • Musa, Harun, dan Hur memberikan dukungan spiritual dengan berdoa di atas bukit.

Kolaborasi ini menunjukkan bahwa sukses tidak hanya tergantung pada kerja keras di lapangan, tetapi juga dukungan spiritual dan kebersamaan.


2. Doa Tiada Henti: Kunci Kemenangan

Musa mengangkat tongkat Allah dengan kedua tangannya sebagai simbol doa yang terus-menerus dinaikkan kepada Tuhan (ayat 11).

  • Ketika tangan Musa terangkat, pasukan Israel memperoleh kemenangan.
  • Ketika tangannya letih dan turun, pasukan Amalek mulai menguasai perang.

Hal ini menunjukkan bahwa doa adalah sumber kekuatan utama yang menopang perjuangan umat Tuhan.

Belajar dari Musa:

  • Doa membutuhkan ketekunan. Saat Musa menjadi letih, Harun dan Hur menopang tangannya agar tetap terangkat.
  • Doa menggerakkan komunitas. Perjuangan fisik Yosua di medan perang dan doa Musa di atas bukit membuahkan hasil ketika keduanya bekerja bersama-sama.

3. Kolaborasi: Kerja Sama Demi Keberhasilan

Kolaborasi Musa, Harun, Hur, dan Yosua menggambarkan pentingnya pembagian peran sesuai dengan kemampuan dan panggilan masing-masing.

  • Yosua dan pasukan: Berjuang dengan kekuatan fisik dan keberanian di lapangan.
  • Musa, Harun, dan Hur: Memberi dukungan spiritual dan moral dari tempat strategis.

Kolaborasi semacam ini memastikan keberhasilan, karena semua orang bekerja dalam satu visi yang sama dengan peran yang saling melengkapi.


4. Ora et Labora: Doa dan Kerja Bersama

Kolaborasi yang sukses berlandaskan doa yang tiada henti. Dalam kehidupan komunitas kristiani:

  • Doa adalah dasar: Sebelum melangkah, kita harus menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
  • Kolaborasi adalah pelengkap: Dengan rendah hati, kita bekerja bersama, saling menopang dan membantu untuk mencapai tujuan bersama.

Mari belajar dari Musa dan Yosua:

  • Tempatkan doa sebagai prioritas dalam setiap aktivitas kita.
  • Tumbuhkan semangat kolaborasi dengan kerendahan hati, saling mendukung, dan berbagi peran demi menyatakan karya keselamatan Tuhan.

Doa:
Tuhan, ajar kami untuk selalu berserah kepada-Mu melalui doa yang tulus dan penuh iman. Teguhkan kami untuk bekerja bersama dalam semangat persatuan, sehingga karya keselamatan-Mu nyata dalam hidup kami dan komunitas kami. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Share:

Tanda untuk Diingat

Keluaran 17:1-7

1. Arti Tanda dalam Kehidupan

Tanda bukan sekadar penunjuk arah atau simbol, tetapi sering menjadi pengingat akan pengalaman hidup yang penuh makna. Dalam perjalanan hidup umat Israel, tanda berupa perubahan nama tempat dari Rafidim menjadi Masa dan Meriba adalah pelajaran penting.

  • Rafidim berarti "tempat istirahat," tetapi karena umat Israel berbantah dan mencobai Tuhan, namanya diubah menjadi Masa ("pencobaan") dan Meriba ("perbantahan").
  • Perubahan ini mengingatkan mereka akan ketidakpercayaan mereka kepada Allah meskipun Allah telah menunjukkan kuasa-Nya sebelumnya.

2. Persoalan yang Berulang, Respons yang Berbeda

Umat Israel menghadapi masalah serupa: kekurangan air (bdk. Kel. 15:22-24). Namun, bukannya belajar dari pengalaman sebelumnya, mereka malah mengeluh, berbantah dengan Musa, dan mencobai Allah (ayat 2-3).

  • Mereka lupa bahwa Allah pernah menyelamatkan mereka dengan cara ajaib.
  • Seharusnya, iman mereka bertumbuh ketika menghadapi persoalan yang sama, tetapi yang terjadi adalah kebalikannya.

Meski demikian, Allah tetap menunjukkan kesetiaan-Nya. Melalui Musa, Allah memerintahkan batu di Horeb dipukul, dan air pun keluar untuk mereka minum (ayat 5-6).

3. Tanda Kesetiaan Tuhan dalam Hidup Kita

Kisah ini mengajarkan bahwa Allah tetap setia meskipun kita sering kali tidak percaya atau mengeluh. Kesetiaan Allah harusnya mendorong kita untuk lebih bersyukur dan percaya kepada-Nya.

  • Pengingat dalam Kehidupan Kita:
    • Buatlah tanda khusus yang mengingatkan kita akan kasih dan pertolongan Tuhan, seperti menulis ayat favorit, memakai simbol salib, atau menyimpan catatan doa yang telah dijawab Tuhan.
    • Tanda-tanda ini membantu kita menghormati Tuhan dan tetap percaya kepada-Nya dalam segala situasi.

4. Berkat untuk Kita Semua

Mari kita memohon berkat Tuhan yang melimpah dalam hidup kita, keluarga, pekerjaan, dan pelayanan. Tuhan yang setia akan selalu menyertai dan memenuhi kebutuhan kita.

Doa:
Tuhan Yesus, kami bersyukur atas kasih setia-Mu yang tidak pernah berhenti dalam hidup kami. Ajarlah kami untuk belajar dari pengalaman kami bersama-Mu, sehingga iman kami makin bertumbuh. Biarlah setiap tanda yang kami buat menjadi pengingat akan kebaikan-Mu. Kiranya berkat-Mu mengalir melimpah dalam hidup kami, keluarga kami, dan setiap pekerjaan yang kami lakukan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Yang percaya katakan, "Amin!"
Tuhan Yesus memberkati. 🙏

Share:

Percaya kepada Providentia Dei

Keluaran 16:1-35

1. Apa itu Providentia Dei?

Providentia Dei berasal dari bahasa Latin yang berarti penyediaan Allah. Kata ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang memandang ke depan dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh umat-Nya. Tidak ada yang kebetulan dalam rencana Allah. Seperti yang dikatakan Jakob Oetama, pendiri Kompas Group:
"Hidup ini seolah-olah bagai suatu kebetulan-kebetulan, tapi bagi saya itulah providentia Dei, itulah penyelenggaraan Allah."

Penyediaan Allah ini adalah bukti kasih dan pemeliharaan-Nya yang tidak pernah berhenti dalam kehidupan umat-Nya, termasuk dalam perjalanan Israel di padang gurun menuju Kanaan.


2. Providentia Dei dalam Kehidupan Umat Israel

Umat Israel mengalami pemeliharaan Allah yang luar biasa selama empat puluh tahun di padang gurun, sebuah tempat yang secara logis tidak memungkinkan untuk menopang kehidupan. Allah menunjukkan providentia-Nya melalui:

  1. Roti Manna dan Burung Puyuh (ayat 12-16, 31):

    • Manna, yang berarti "Apakah ini?" adalah makanan yang Allah turunkan dari langit setiap pagi.
    • Burung puyuh datang untuk memenuhi kebutuhan protein mereka.
      Pemeliharaan ini bukan hanya fisik, tetapi juga sebagai tanda bahwa Allah peduli dan terlibat dalam kehidupan umat-Nya.
  2. Kebutuhan yang Selalu Dipenuhi:
    Meski mereka berada di tempat yang keras, kebutuhan pokok mereka tidak pernah terabaikan. Kasih setia Allah nyata meskipun mereka sering bersungut-sungut dan melawan-Nya.

  3. Umat yang Kurang Percaya:

    • Umat Israel sering kali meragukan Allah (ayat 2-3) dan bahkan melanggar perintah-Nya (ayat 28).
    • Sikap mereka mencerminkan hati manusia yang mudah lupa pada kebaikan Allah dan lebih sering fokus pada kekhawatiran akan masa depan.

3. Providentia Dei dalam Kehidupan Kita

Pemeliharaan Allah yang ajaib di padang gurun menjadi pengingat bagi kita bahwa:

  • Allah mengetahui kebutuhan kita: Tidak ada satu kebutuhan pun yang terlewat dari perhatian-Nya. Ia menyediakan bukan hanya kebutuhan jasmani tetapi juga rohani.
  • Allah berkuasa untuk menyediakan yang terbaik: Apa yang Ia sediakan mungkin tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, tetapi pasti yang terbaik untuk kebaikan kita.

4. Sikap yang Harus Kita Miliki

  1. Percaya pada Allah: Jangan biarkan kekhawatiran atau ketidakpercayaan merampas sukacita kita. Allah yang sama yang memelihara Israel di padang gurun adalah Allah yang memelihara kita hari ini.
  2. Berserah pada kehendak Allah: Fokuskan hati dan pikiran untuk mencari kehendak-Nya, bukan hanya memenuhi keinginan kita sendiri.
  3. Bersyukur atas pemeliharaan Allah: Ketika kita melihat ke belakang, kita pasti bisa menemukan banyak bukti kasih setia Allah yang terus menopang kita.

5. Refleksi Pribadi

Dalam perjalanan hidup ini, kita sering menemui jalan yang sulit, seperti padang gurun yang dihadapi umat Israel. Namun, jalan itu tidak pernah lepas dari penyertaan Allah.

  • Apakah kita bersungut-sungut seperti Israel, ataukah kita bersyukur atas penyediaan-Nya?
  • Apakah kita lebih sering mengandalkan kekuatan sendiri, ataukah kita menyerahkan segalanya pada providentia Dei?

6. Doa

Tuhan, Engkau adalah Allah yang tahu kebutuhan kami bahkan sebelum kami menyadarinya. Terima kasih atas kasih pemeliharaan-Mu yang tak pernah putus dalam hidup kami. Ajarlah kami untuk percaya sepenuhnya kepada-Mu, mencari kehendak-Mu, dan bersyukur atas segala yang telah Kau sediakan. Amin.

Share:

Doa sebagai Ganti Sungut-sungut

Keluaran 15:22-27

Sungut-sungut adalah reaksi umum ketika manusia merasa frustrasi, kecewa, atau tidak puas dengan situasi. Namun, alih-alih menjadi solusi, sungut-sungut sering kali memperburuk suasana hati dan hubungan dengan orang lain. Dalam kisah perjalanan umat Israel di Padang Gurun Syur, kita melihat bagaimana Allah mengajarkan umat-Nya untuk mengatasi kebiasaan buruk ini.

Pelajaran dari Kisah di Mara

  1. Kondisi yang Memicu Sungut-sungut
    Setelah tiga hari berjalan tanpa menemukan air, umat Israel akhirnya tiba di Mara. Namun, air di sana tidak bisa diminum karena rasanya pahit. Situasi ini memicu ketidakpuasan mereka, dan mereka pun bersungut-sungut kepada Musa (Kel. 15:22-24).

  2. Respons Musa: Doa kepada Tuhan
    Ketika menghadapi sungut-sungut umat, Musa tidak ikut terbawa emosi atau membalas dengan kemarahan. Sebaliknya, ia memilih untuk berseru kepada Tuhan. Respons ini menghasilkan mukjizat: Allah menunjukkan sepotong kayu yang digunakan Musa untuk menjadikan air itu manis dan layak diminum (Kel. 15:25a).

  3. Penyediaan dan Ujian dari Tuhan
    Allah tidak hanya memenuhi kebutuhan umat-Nya, tetapi juga memberi perintah yang jelas: mereka harus mendengarkan suara-Nya dan hidup benar di hadapan-Nya. Dengan demikian, setiap mukjizat menjadi pengingat akan kesetiaan Allah dan panggilan untuk taat (Kel. 15:25b-26).

Pelajaran untuk Kita

  1. Menghentikan Kebiasaan Bersungut-sungut
    Sungut-sungut tidak pernah menghasilkan solusi. Sebaliknya, itu memperburuk suasana hati dan menimbulkan konflik. Alih-alih bersungut-sungut, kita diajar untuk datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah dan memohon pertolongan-Nya.

  2. Menanggapi dengan Doa
    Ketika dihadapkan dengan orang yang bersungut-sungut atau situasi yang sulit, respons terbaik adalah meniru Musa: berdoa. Doa membawa kita lebih dekat kepada Allah, yang memiliki kuasa untuk mengubah situasi dan memberikan hikmat dalam menghadapinya.

  3. Percaya pada Pemeliharaan Tuhan
    Tuhan yang menyelamatkan Israel dari Mesir adalah Tuhan yang sama yang memelihara mereka di padang gurun. Dalam situasi hidup kita, apa pun kesulitan yang dihadapi, percayalah bahwa Tuhan mampu menyediakan apa yang kita perlukan sesuai waktu-Nya.

Sungut-sungut adalah respons manusiawi, tetapi tidak membangun. Sebaliknya, doa adalah respons yang memperlihatkan iman kepada Allah. Mari kita belajar untuk mengganti keluhan dengan doa, karena hanya Tuhan yang mampu mengubah situasi menjadi lebih baik.

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau." (Mazmur 55:23)

Doa:
Tuhan, ajar kami untuk mengganti sungut-sungut kami dengan doa. Ketika menghadapi situasi yang sulit, kiranya kami belajar untuk percaya kepada-Mu, yang selalu menyediakan apa yang kami perlukan. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Lagu Iman

Keluaran 15:1-21

Lagu memiliki daya yang kuat untuk menyentuh hati, menyatukan jiwa, dan mengekspresikan iman dengan cara yang unik. Sejak zaman Musa, umat Allah telah menggunakan lagu sebagai sarana untuk menyatakan syukur, iman, dan kesaksian mereka. Kidung Musa di tepi Laut Teberau adalah contoh nyata bagaimana musik dan syair menjadi bentuk respons yang indah terhadap karya Tuhan yang besar.

Lagu Sebagai Ungkapan Iman

  1. Pengakuan akan Tuhan sebagai Kekuatan
    Dalam nyanyian mereka, Musa dan umat Israel mengakui Tuhan sebagai sumber kekuatan dan keselamatan mereka (Kel. 15:2). Lagu itu adalah pernyataan iman yang memuliakan Allah sebagai pahlawan mereka.

  2. Kesaksian atas Karya Tuhan
    Melalui lirik-lirik mereka, umat Israel menceritakan kebesaran Allah yang telah membelah laut, menghancurkan musuh, dan melindungi umat-Nya. Lagu mereka menjadi kesaksian yang memuliakan Allah di hadapan bangsa-bangsa lain (Kel. 15:3-10).

  3. Sukacita yang Menular
    Miryam dan para perempuan mengiringi nyanyian itu dengan rebana dan tarian, mengajak semua orang untuk bersukacita dalam kemenangan Tuhan (Kel. 15:20-21). Ini menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi sarana untuk menyatukan hati umat.

Lagu sebagai Ekspresi Kita Hari Ini

Mungkin tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menciptakan lagu, tetapi kita dapat:

  • Menyanyikan lagu-lagu iman yang sudah ada: Nyanyian pujian dan penyembahan yang sesuai dengan pengalaman dan isi hati kita dapat menjadi sarana yang kuat untuk berdoa dan memuliakan Tuhan.
  • Menggunakan lagu untuk menguatkan sesama: Lagu yang kita nyanyikan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk membangkitkan iman dan sukacita orang lain.
  • Mengubah lirik lagu menjadi kesaksian pribadi: Menyesuaikan syair dengan pengalaman hidup kita dapat membuat lagu lebih bermakna dan relevan.

Berkat melalui Musik

Melalui musik, kita diberi cara yang unik untuk mengungkapkan hal-hal yang sulit diucapkan dengan kata-kata biasa. Lagu dapat membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, mengingatkan kita akan kasih dan kuasa-Nya, serta menjadi alat untuk menyampaikan kebenaran-Nya kepada orang lain.

"Aku akan bernyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut." (Keluaran 15:1)

Marilah kita menjadikan lagu sebagai bagian dari perjalanan iman kita—sebagai alat untuk memuliakan Tuhan, bersaksi, dan mempererat persekutuan kita dengan sesama. Nyanyikanlah lagu imanmu, biarlah itu menjadi persembahan yang harum bagi Allah.

Share:

Tuhan yang Berperang

Keluaran 14:15-31

Di tengah krisis besar, umat Israel menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil diatasi: Laut Teberau terbentang di depan mereka, sementara tentara Mesir mengejar dari belakang. Dalam situasi ini, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya sebagai pembela umat-Nya, menggambarkan bahwa Dialah "Tuhan yang berperang."

Kuasa Tuhan yang Tak Tertandingi

  1. Perlindungan Ilahi
    Tuhan menghalangi pasukan Mesir dengan tiang awan, melindungi umat-Nya dari serangan langsung (Kel. 14:19-20). Ini menunjukkan betapa Allah menjadi pelindung yang sempurna.

  2. Mukjizat Laut Terbelah
    Tuhan memerintahkan Musa untuk mengulurkan tangannya, dan laut pun terbelah. Jalan di tengah laut yang kering menjadi bukti kuasa-Nya yang tak terbatas (Kel. 14:21-22).

  3. Kekalahan Musuh
    Pasukan Mesir, dengan segala kekuatan militer mereka, tidak berdaya melawan rencana Allah. Ketika mereka mencoba mengejar, roda kereta mereka terhambat, dan akhirnya mereka tenggelam oleh air yang kembali menyatu (Kel. 14:23-28).

Pesan bagi Kita Hari Ini

Seperti Israel, kita mungkin menghadapi "lautan" dalam hidup—masalah besar yang tampaknya tak teratasi, atau musuh yang terus mengejar. Dalam momen-momen itu:

  • Berserulah kepada Tuhan: Jangan ragu meminta pertolongan-Nya. Tuhan mendengar seruan umat-Nya.
  • Percayalah kepada-Nya: Tuhan adalah pembela yang setia. Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya di tengah pergumulan.
  • Lihatlah karya-Nya: Ketika kita bergantung kepada-Nya, Tuhan dapat membukakan jalan di tempat yang tampaknya mustahil.

Andalkan Tuhan dalam Pertempuran Hidup

Tuhan yang berperang bagi Israel adalah Tuhan yang sama yang memerangi setiap tekanan, ketakutan, dan persoalan yang kita hadapi. Jangan biarkan tantangan hidup membuat kita kehilangan iman. Sebaliknya, jadikanlah itu sebagai kesempatan untuk mengalami kuasa-Nya secara nyata.

"TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14)

Dalam keheningan iman, percayalah bahwa Tuhan sedang bekerja dan memimpin kita kepada kemenangan yang sejati. Dialah andalan kita yang setia, Sang Juru Selamat yang berperang untuk kebaikan umat-Nya.

Share:

Tuhan Mengeraskan Hati

Keluaran 14:1-14

1. Hati yang Dikeraskan oleh Allah

Ketika Firaun memutuskan untuk mengejar bangsa Israel setelah membebaskan mereka, tindakan ini bukanlah semata-mata karena emosi manusiawi. Alkitab menyatakan bahwa TUHAN mengeraskan hati Firaun (ayat 8).

Namun, pengertian ini harus dilihat dalam konteks:

  • Pilihan Firaun yang berulang kali menolak Allah: Sebelumnya, Firaun berkali-kali diberi kesempatan untuk bertobat melalui tulah-tulah di Mesir, tetapi ia terus menolak Allah (Kel. 7-11). Ketika hati manusia terus menolak kebenaran, Allah dapat membiarkan atau memperkuat pilihan tersebut demi tujuan yang lebih besar.
  • Rencana Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya: Allah mengeraskan hati Firaun bukan untuk memperdaya, tetapi untuk menyatakan kuasa-Nya atas Mesir dan meneguhkan iman Israel. Dalam hal ini, kebebalan Firaun menjadi alat dalam rencana ilahi yang lebih besar (ayat 4, 17-18).

2. Ketakutan dan Protes Israel

Ketika bangsa Israel melihat pasukan Mesir yang mendekat dengan kekuatan besar (kereta, perwira, dan tentara), mereka merasa sangat ketakutan (ayat 10). Ketakutan itu mendorong mereka untuk:

  • Memprotes Musa: Mereka menyalahkan Musa karena merasa perjalanan ini akan berakhir dengan kematian mereka di padang gurun (ayat 11-12).
  • Meragukan Allah: Meski mereka telah menyaksikan berbagai mukjizat sebelumnya, ketakutan mereka menunjukkan lemahnya iman mereka.

3. Jawaban Musa: Keyakinan pada Allah yang Berperang

Musa menguatkan bangsa Israel dengan seruan yang penuh iman:

  • "Jangan takut, berdirilah tetap, dan lihatlah keselamatan dari TUHAN" (ayat 13). Musa mengingatkan mereka bahwa keselamatan berasal dari Tuhan, bukan dari usaha manusia.
  • "TUHAN akan berperang untuk kamu" (ayat 14). Tuhanlah yang memegang kendali penuh atas situasi ini. Pasukan Mesir yang kuat tidak ada artinya di hadapan kuasa Allah.

4. Ajaran bagi Kita Hari Ini

Kisah ini mengandung pelajaran mendalam bagi kehidupan rohani kita:

  1. Hati-hati dengan kekerasan hati terhadap Allah: Seperti Firaun, ketika kita terus-menerus menolak tuntunan Allah, hati kita bisa menjadi semakin keras, menjauhkan kita dari kebenaran-Nya.
  2. Tuhan bekerja melalui tantangan: Ketika kita menghadapi masalah besar, itu bukan berarti Tuhan telah meninggalkan kita. Kadang-kadang, Ia mengizinkan kesulitan untuk memperkuat iman kita dan menyatakan kuasa-Nya.
  3. Percayalah pada janji penyelamatan-Nya: Ketika kita merasa terpojok oleh situasi, kita dipanggil untuk berdiri teguh dalam iman, percaya bahwa Tuhan akan berperang bagi kita.

5. Menanggapi dengan Iman

Ketika masalah datang, janganlah kita seperti Israel yang segera mengeluh dan meragukan Allah. Sebaliknya:

  • Berserulah kepada Allah dalam doa: Nyatakan ketakutan kita kepada-Nya, tetapi tetap percaya pada kuasa-Nya.
  • Percaya pada pimpinan Tuhan: Jalan Tuhan mungkin tampak tidak masuk akal atau sulit, tetapi itu selalu membawa kebaikan dan kemuliaan bagi-Nya.
  • Ingatlah kemenangan Tuhan yang sudah terjadi dalam hidup kita: Sama seperti Israel, kita memiliki pengalaman tentang pertolongan Tuhan di masa lalu. Gunakan itu sebagai dasar untuk iman kita hari ini.

Doa:
"Tuhan, sering kali kami takut ketika masalah datang menghimpit. Ajarlah kami untuk percaya bahwa Engkau selalu berperang bagi kami. Tolong kami untuk tidak mengeraskan hati, tetapi tetap taat dan setia kepada-Mu. Amin."

Share:

Jalan Memutar yang Aman

Keluaran 13:17-22

1. Jalan Allah yang Tidak Selalu Logis bagi Manusia

Ketika Allah menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir, Ia memilih jalur yang lebih panjang dan melelahkan, yakni melalui padang gurun, bukan jalan pintas melalui negeri Filistin (ayat 17-18). Secara manusia, keputusan ini tampak tidak masuk akal. Namun, ada alasan mendalam di baliknya:

  • Melindungi bangsa Israel dari bahaya: Jalur Filistin penuh dengan benteng Mesir, yang bisa membuat Israel gentar dan kembali ke Mesir. Allah tahu kondisi mereka yang masih lemah dan belum siap menghadapi peperangan.
  • Pendidikan rohani: Jalur padang gurun adalah tempat di mana Allah mendidik mereka untuk bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

Keputusan Allah selalu berdasarkan hikmat-Nya yang melampaui pemahaman manusia. Ia melihat bahaya yang tidak kita lihat dan mempersiapkan jalan terbaik, meskipun tampak memutar.

2. Tanda Penyertaan Allah: Tiang Awan dan Tiang Api

Di sepanjang perjalanan melalui padang gurun, Allah tidak meninggalkan umat-Nya tanpa tuntunan. Ia hadir melalui:

  • Tiang awan: Menyertai mereka di siang hari untuk melindungi dari panas terik.
  • Tiang api: Memberi penerangan dan perlindungan di malam hari.

Kehadiran tiang awan dan tiang api adalah bukti nyata bahwa Allah berjalan bersama umat-Nya. Penyertaan-Nya adalah jaminan bahwa meski melalui jalan memutar, mereka tetap berada dalam perlindungan dan bimbingan-Nya.

3. Ajaran bagi Kita Hari Ini

Seperti bangsa Israel, kita sering kali ingin mengambil jalan tercepat dan termudah untuk mencapai tujuan hidup. Namun, Allah kadang-kadang menuntun kita melalui jalan yang lebih panjang atau sulit untuk:

  • Melindungi kita dari bahaya yang belum kita sadari.
  • Menguatkan iman dan karakter kita di tengah tantangan.
  • Membangun kebergantungan kita kepada-Nya.

Di dalam Yesus Kristus, realitas Allah dan manusia bersatu. Kristus adalah Imanuel, Allah yang hadir bersama kita, yang menuntun kita dalam setiap musim kehidupan, bahkan di tengah jalan memutar yang sulit.

4. Respon Kita

  • Percayalah pada hikmat Allah: Jangan mengandalkan pemahaman sendiri, tetapi percayalah bahwa rencana Allah selalu yang terbaik (Ams. 3:5-6).
  • Berpegang pada penyertaan-Nya: Yesus adalah tiang awan dan api dalam hidup kita. Ia berjalan bersama kita melalui setiap lembah dan gunung.
  • Jangan menyerah: Hambatan bukan akhir dari perjalanan. Tuhan yang menuntun akan membawa kita tiba di tujuan tepat pada waktu-Nya.

Doa:
"Tuhan, ajar kami untuk mempercayai tuntunan-Mu, bahkan ketika jalan-Mu terasa sulit dan memutar. Kami yakin, penyertaan-Mu dalam Kristus cukup bagi kami untuk melangkah dengan iman. Amin."

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.