Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tidak Meremehkan Anak-anak

Lukas 2:41-52

Anak-anak sering kali dipandang sebelah mata di tengah masyarakat. Mereka dianggap tidak memahami kompleksitas dunia orang dewasa, sehingga keberadaan mereka kerap diremehkan. Namun, kisah Yesus pada usia dua belas tahun mengingatkan kita untuk tidak meremehkan anak-anak, karena mereka dapat menjadi alat Allah untuk menyatakan kebenaran-Nya.

Yesus, Anak yang Menginspirasi
Yesus, meskipun masih anak-anak, menunjukkan penguasaan firman Allah yang luar biasa. Dalam Lukas 2:41-52, kita melihat bahwa:

  1. Ia Taat Beribadah: Yesus mengikuti kebiasaan orang tua-Nya untuk beribadah ke Yerusalem, menunjukkan ketaatan dan kesungguhan dalam menyembah Allah (ay. 41-42).
  2. Ia Berani Menyatakan Kebenaran: Di tengah para ahli Taurat, Yesus mendiskusikan firman Allah dengan hikmat dan pengertian yang mengagumkan, bahkan membuat orang-orang dewasa takjub (ay. 46-47).
  3. Ia Tetap Taat kepada Orang Tua-Nya: Meski menyadari identitas-Nya sebagai Anak Allah, Yesus tetap menghormati orang tua-Nya dan menunjukkan ketaatan yang menjadi teladan (ay. 51).

Pelajaran bagi Kita
Anak-anak bukanlah sekadar individu kecil yang belum memahami dunia. Mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi besar untuk menyuarakan kebenaran-Nya. Namun, agar mereka dapat berkembang dengan benar, mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan orang dewasa:

  1. Mengisi Masa Emas dengan Kebenaran: Masa kanak-kanak adalah masa penting dalam pembentukan karakter dan iman. Kita, sebagai orang dewasa, perlu menanamkan firman Allah dan nilai-nilai ilahi sejak dini.
  2. Menghormati Potensi Anak-anak: Seperti Yesus yang membuat para ahli Taurat takjub, anak-anak juga memiliki potensi luar biasa yang tidak boleh diremehkan.
  3. Menjadi Teladan: Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Sebagai orang dewasa, kita harus menjadi contoh dalam kehidupan iman, kasih, dan ketaatan kepada Allah.

Membangun Masa Depan Bersama Anak-anak
Allah memberikan anak-anak sebagai anugerah, bukan hanya bagi keluarga mereka tetapi juga bagi gereja dan masyarakat. Mereka adalah pewaris iman yang akan melanjutkan karya Allah di dunia ini. Oleh karena itu, kita diajak untuk:

  • Menghormati mereka sebagai individu yang berharga di mata Allah.
  • Membimbing mereka dengan firman Allah dan kasih yang tulus.
  • Memberi mereka ruang untuk berkembang dan menyuarakan apa yang Allah taruh dalam hati mereka.

Doa
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mengajarkan kami untuk tidak meremehkan anak-anak. Tolonglah kami untuk menjadi teladan iman dan kasih bagi mereka, serta membimbing mereka dengan firman-Mu. Kiranya mereka bertumbuh menjadi pribadi yang mengasihi-Mu dan menjadi alat-Mu untuk menyatakan kebenaran di dunia ini. Amin.

Share:

Diserahkan untuk Menyelamatkan

Lukas 2:21-40

Ada saat-saat di mana kita dihadapkan pada pilihan untuk melakukan sesuatu yang bukan menjadi kewajiban kita. Dilema pun muncul: di satu sisi, kita tidak harus melakukannya; di sisi lain, hati kita tergerak karena dampaknya dapat membawa kebaikan bagi orang lain.

Yesus Kristus, Sang Juru Selamat dunia, memberi contoh nyata dalam hal ini. Walaupun Dia adalah Anak Allah yang kudus, Yesus tetap menjalani sunat dan diserahkan di Bait Allah, sesuai dengan Hukum Taurat (Luk. 2:21-24). Tindakan ini seolah-olah menyiratkan bahwa Dia, seperti manusia berdosa lainnya, memerlukan pengudusan. Namun, sesungguhnya tindakan ini adalah wujud kasih-Nya yang besar kepada dunia.

Kasih yang Menggerakkan Penyerahan
Ketaatan Yesus terhadap Hukum Taurat menunjukkan kerendahhatian-Nya dan kehendak-Nya untuk sepenuhnya menggenapi janji Allah bagi keselamatan umat manusia. Tindakan tersebut menjadi penggenapan nubuat dan peneguhan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan.

Hal ini diteguhkan oleh tokoh-tokoh rohani seperti Simeon dan Hana. Simeon, yang dipimpin oleh Roh Kudus, mengenali Yesus sebagai Juru Selamat yang telah lama dinantikan (Luk. 2:25-32). Dalam nyanyian pujiannya, ia menyatakan bahwa Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan bagi umat Israel. Begitu pula Hana, seorang nabi perempuan yang setia melayani Allah, memberitakan tentang bayi Yesus sebagai penggenapan pengharapan umat (Luk. 2:36-38).

Teladan untuk Kita
Seperti Yesus yang rela menyerahkan diri-Nya demi keselamatan dunia, kita pun dapat meneladani-Nya dengan melakukan sesuatu yang mungkin bukan kewajiban kita, tetapi yang didorong oleh kasih. Ketika kita bertindak atas dasar kasih untuk membawa penghiburan, damai sejahtera, dan kebaikan bagi orang lain, kita mencerminkan karakter Kristus dalam hidup kita.

Aplikasi dalam Kehidupan

  1. Melakukan dengan kasih: Dalam situasi tertentu, pertimbangkan untuk membantu atau melayani orang lain meskipun itu bukan tanggung jawab langsung kita.
  2. Peka terhadap kehendak Allah: Belajar dari Simeon dan Hana yang peka terhadap rencana Allah, kita dapat mendekatkan diri kepada-Nya melalui doa dan penyembahan untuk memahami kehendak-Nya dalam hidup kita.
  3. Membawa damai sejahtera: Jadilah pembawa sukacita dan damai sejahtera bagi orang di sekitar kita, sebagaimana Yesus Kristus menjadi terang bagi dunia.

Doa
Tuhan Yesus, Engkau telah rela menyerahkan diri-Mu demi menyelamatkan kami. Ajarlah kami untuk mengikuti teladan-Mu, berbuat atas dasar kasih, dan menjadi terang serta damai sejahtera bagi dunia di sekitar kami. Bimbing kami untuk selalu menjalani hidup yang memuliakan nama-Mu. Amin.

Share:

Kesederhanaan yang Mulia

Lukas 2:8-20

Natal adalah momen yang penuh makna, tetapi sering kali disalahpahami. Bagi sebagian orang, Natal identik dengan kemeriahan, perayaan besar, dan pesta pora. Namun, di sisi lain, ada banyak orang yang merayakan Natal dalam kesederhanaan, bahkan dalam keterbatasan ekonomi.

Kisah kelahiran Yesus mengingatkan kita bahwa Juru Selamat dunia datang dalam kesederhanaan. Ia dilahirkan dalam sebuah palungan, dibedung, dan dirawat di tempat yang jauh dari kemewahan (Lukas 2:12). Berita kelahiran-Nya pun pertama kali disampaikan bukan kepada para pemimpin besar, tetapi kepada para gembala—golongan sederhana yang sering kali terpinggirkan (Lukas 2:8-11).

Kesederhanaan yang Memancarkan Kemuliaan

Kendati sederhana, kelahiran Yesus justru penuh dengan kemuliaan:

  1. Kemuliaan yang dinyatakan oleh bala tentara surga (Lukas 2:13-14). Para malaikat memuji Allah atas kelahiran Sang Mesias, menunjukkan bahwa kesederhanaan bukanlah penghalang bagi kemuliaan Allah.
  2. Kesaksian yang membangun iman (Lukas 2:17-20). Para gembala, setelah mendengar berita dari malaikat dan menyaksikan sendiri Sang Juru Selamat, menyebarkan kabar sukacita itu kepada semua orang, membuktikan bahwa berita keselamatan bisa datang dari siapa saja.

Makna Natal yang Sesungguhnya

Kesederhanaan kelahiran Yesus mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam gemerlap duniawi. Natal bukan tentang pesta besar atau hadiah mahal, tetapi tentang menyambut kehadiran Kristus dalam hidup kita.

Hal yang terpenting adalah memercayai kabar baik tentang kedatangan-Nya dan menyerahkan hati, pikiran, serta seluruh hidup kita kepada-Nya. Dengan begitu, perayaan Natal menjadi momen penuh makna, jauh melampaui sekadar tradisi dan kemeriahan duniawi.

Renungan Natal:
Dalam kesederhanaan hidup kita, kemuliaan Allah tetap dapat dinyatakan. Seperti para gembala, mari kita menyambut Yesus dengan iman, membagikan kabar sukacita kepada sesama, dan merayakan Natal dengan hati yang tulus dan penuh syukur.

Selamat merayakan Natal yang sederhana namun penuh kemuliaan bersama Juru Selamat kita, Yesus Kristus.

Share:

Pujian 25 desember 2024

Share:

Mesias yang Dibutuhkan

Lukas 2:1-7

Dalam hidup, kita sering mengandalkan berbagai "penyelamat" seperti uang, kedudukan, koneksi, atau teknologi saat menghadapi masa sulit. Namun, apakah itu semua benar-benar mampu memenuhi kebutuhan terdalam kita?

Harapan Bangsa Yahudi
Bangsa Yahudi kala itu tengah berada dalam masa kritis di bawah penjajahan Romawi. Mereka menantikan Mesias, Sang Penyelamat yang diyakini akan membebaskan mereka. Sayangnya, pengharapan mereka terdistorsi oleh pandangan duniawi—mereka mengharapkan seorang pemimpin yang penuh kuasa dan kemegahan, bukan seorang bayi yang lahir dalam kesederhanaan.

Pemenuhan Janji Allah
Peristiwa pencatatan warga sipil yang dilakukan oleh pemerintah Romawi (Luk. 2:1-2) menjadi alat Allah untuk menggenapi nubuat tentang kelahiran Sang Mesias di Betlehem (Luk. 2:3-5; bdk. Mi. 5:1). Yusuf dan Maria kembali ke kota leluhur mereka, mengukuhkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud (Yes. 11:1, 10). Ini membuktikan bahwa kelahiran Yesus bukanlah kebetulan, tetapi pemenuhan janji Allah yang telah direncanakan dengan sempurna.

Kesederhanaan Mesias
Yesus, Mesias sejati, lahir dalam kesederhanaan dan kerendahhatian (Luk. 2:6-7). Sebuah kandang hewan menjadi tempat kelahiran-Nya, sebuah palungan menjadi bantal pertama-Nya. Ini menggambarkan sifat-Nya sebagai Hamba yang menderita, yang rela mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia (bdk. Yes. 53). Namun, kesederhanaan ini membuat banyak orang, termasuk bangsa Yahudi, tidak mampu mengenali-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan dan dibutuhkan.

Mesias yang Sejati
Sebagai orang percaya, kita diajak untuk mengenali bahwa hanya Yesus Kristus yang mampu menjadi Mesias sejati yang kita butuhkan. Keselamatan, iman, pengharapan, dan kasih hanya dapat ditemukan di dalam-Nya. Semua figur penyelamat lain bersifat sementara dan tidak dapat menjawab kebutuhan rohani manusia.

Refleksi:

  • Apakah kita masih bergantung pada "penyelamat" duniawi saat menghadapi tantangan?
  • Sudahkah kita mengenal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Mesias sejati dalam hidup kita?

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau adalah Mesias yang Engkau janjikan dan yang kami butuhkan. Ajarlah kami untuk tidak terfokus pada penyelamat-penyelamat duniawi yang fana, melainkan selalu percaya kepada-Mu sebagai satu-satunya sumber keselamatan, iman, pengharapan, dan kasih. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.

Share:

Pujian Sejati Umat-Nya

Lukas 1:67-80

Orang Kristen dikenal suka memuji Tuhan, bahkan frasa "Puji Tuhan" sering melekat dalam keseharian mereka. Namun, pujian sejati adalah pujian yang tulus, dinaikkan kepada Allah Tritunggal, dan lahir dari hati yang dipenuhi Roh Kudus, seperti pujian Zakharia.

Zakharia memuji Tuhan dengan iman, meyakini bahwa Allah telah menepati janji-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya dan melepaskan mereka dari musuh-musuh mereka (Lukas 1:68-75). Pujian ini lahir dari keyakinan bahwa Allah memampukan umat-Nya untuk menyembah-Nya dengan sukacita, kekudusan, dan kebenaran.

Ia juga menyadari peran anaknya, Yohanes Pembaptis, dalam rencana Allah. Yohanes dipilih dan dipelihara Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias (76-80).

Pujian sejati muncul dari pengalaman pribadi akan kuasa Allah dan hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Sebagai umat yang telah menerima Yesus Kristus, kita pun dipanggil untuk menaikkan pujian syukur atas karya penyelamatan dan pemenuhan janji Allah yang sempurna. Mari kita memuliakan-Nya dengan hati yang penuh iman dan sukacita.

Share:

Wujud Rahmat Allah

Lukas 1:57-66

Masa Adven mengingatkan kita akan penantian yang penuh harapan terhadap janji Allah yang digenapi melalui kelahiran Yesus Kristus, Sang Imanuel. Salah satu peristiwa penting yang memperlihatkan kasih Allah adalah kelahiran Yohanes Pembaptis, yang menjadi pembuka jalan bagi Mesias.

Mukjizat dan Sukacita
Elisabet, yang sebelumnya mandul, akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki, Yohanes (Luk. 1:57). Peristiwa ini bukan hanya membawa sukacita bagi Zakharia dan Elisabet, tetapi juga bagi seluruh sanak saudara mereka (Luk. 1:58). Rahmat Allah nyata melalui penghapusan aib Elisabet dan pemulihan Zakharia dari kebisuannya sebagai akibat ketidakpercayaannya (Luk. 1:64). Penantian panjang mereka akhirnya terbayar dengan sukacita dan keajaiban yang hanya dapat dilakukan oleh Allah.

Keheranan dan Keyakinan
Kehadiran Yohanes menimbulkan keheranan, terutama dalam hal pemilihan namanya (Luk. 1:59-63). Namun, Zakharia dan Elisabet yakin bahwa anak mereka memiliki peran khusus dalam rencana Allah. Nama Yohanes, yang berarti "Allah adalah murah hati," menggambarkan maksud ilahi yang menyertainya. Sukacita mereka bukan hanya untuk keluarga sendiri, tetapi juga menjadi berkat bagi banyak orang.

Kasih Allah yang Terbesar
Melalui Yohanes, jalan dipersiapkan bagi kedatangan Juru Selamat, Yesus Kristus. Kehadiran-Nya adalah wujud kasih Allah yang terbesar bagi umat manusia. Penantian akan Sang Juru Selamat telah berakhir, dan kasih karunia Allah kini tersedia bagi semua orang.

Aplikasi dalam Hidup Kita
Sukacita yang berasal dari rahmat Allah seharusnya mengalir dalam hidup kita. Ketika kita menerima kasih Allah, sukacita itu dapat kita bagikan kepada keluarga, teman, dan semua orang yang kita temui. Rahmat Allah mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

Pertanyaan untuk Merenung:
Apakah kita telah menerima Tuhan Yesus Kristus dalam hati kita? Sudahkah kita bersukacita atas kasih-Nya yang menyelamatkan?

Doa Berkat:
Mari berdoa pagi ini, memohon berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dari Tuhan. Kiranya berkat-Nya melimpah dalam hidup kita, keluarga kita, pekerjaan kita, dan pelayanan kita. Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah rahmat-Nya mengalir melimpah. Yang percaya katakan, AMIN. Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Gembira yang Egois?

Lukas 1:46-56

Apa yang Membuat Kita Bergembira?
Menjelang Natal, banyak orang mengalami kegembiraan—entah karena berkumpul dengan keluarga, tukar kado, atau menghadiri perayaan. Namun, kita perlu bertanya, apakah kegembiraan kita hanya berpusat pada diri sendiri?

Maria, dalam nyanyiannya (Magnificat), menunjukkan kegembiraan yang mendalam bukan hanya karena berkat pribadi yang diterimanya, tetapi juga atas rahmat Allah bagi orang lain. Ia memuji Tuhan karena:

  1. Perbuatan besar-Nya kepada Maria (ay. 46-49).
  2. Rahmat-Nya kepada orang-orang yang takut akan Dia (ay. 50).
  3. Pemeliharaan-Nya atas yang lapar dan Israel, umat-Nya (ay. 53-54).

Maria memberikan contoh kegembiraan sejati, yang melibatkan rasa syukur atas anugerah Allah untuk dirinya dan juga orang lain.

Menghindari Kegembiraan yang Egois

Kegembiraan yang sejati haruslah melibatkan kepedulian terhadap orang lain dan tidak menimbulkan kesedihan bagi sesama. Dalam konteks Natal, kita diingatkan untuk merayakan dengan kasih dan tanggung jawab, seperti:

  • Peduli kepada yang membutuhkan, bukannya hanya mengutamakan kemeriahan.
  • Menghindari perilaku boros yang merusak lingkungan.
  • Membangun suasana perayaan yang penuh kasih dan tidak memicu iri hati.

Natal adalah waktu untuk bersyukur atas anugerah Allah yang besar dan membagikan sukacita kepada sesama serta menjaga alam ciptaan-Nya.

Doa Berkat

Mari kita berdoa:
"Ya Tuhan, kami bersyukur atas kasih dan rahmat-Mu yang melimpah dalam hidup kami. Kami mohon, curahkan berkat-Mu atas kami semua—kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera. Berkati rumah tangga kami, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, dan pelayanan kami. Semoga segala sesuatu yang kami lakukan memuliakan nama-Mu. Kami percaya dan menerima berkat-Mu dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin."

Selamat merayakan Natal dengan kegembiraan yang penuh kasih dan kepedulian. Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Bestie: Sahabat Sejati dalam Kehidupan dan Iman

(Lukas 1:39-56)

Makna Persahabatan Sejati

Istilah bestie menggambarkan hubungan yang erat, saling mendukung, dan penuh kepercayaan antara dua orang. Persahabatan sejati bukan hanya tentang kebersamaan dalam suka, tetapi juga tentang berbagi pergumulan, saling menguatkan, dan menjadi sumber dukungan dalam menjalani hidup.


Maria dan Elisabet: Bestie dalam Rencana Tuhan

  1. Saling Menguatkan dalam Panggilan Allah

    • Ketika Maria mendengar kabar dari malaikat bahwa ia akan mengandung Sang Juruselamat, ia segera pergi menemui Elisabet (ayat 39).
    • Elisabet, yang juga mengandung secara ajaib di usia tua, memahami pergumulan Maria. Mereka berbagi pengalaman dan saling mendukung dalam perjalanan iman mereka.
  2. Afirmasi Positif

    • Elisabet memberikan afirmasi kepada Maria dengan menyebutnya "diberkati di antara semua perempuan" (ayat 42). Kata-kata ini memberikan kekuatan bagi Maria untuk menerima panggilannya dengan penuh iman.
    • Maria, pada gilirannya, menguatkan Elisabet melalui nyanyian pujian yang dikenal sebagai Magnificat, yang menekankan kebesaran Allah dan kepercayaan Maria pada rencana-Nya (ayat 46-55).
  3. Persahabatan yang Menopang

    • Hubungan mereka adalah contoh bahwa persahabatan sejati melibatkan kehadiran, empati, dan doa bersama. Elisabet menyambut Maria dengan penuh kasih, dan Maria tinggal bersamanya selama tiga bulan (ayat 56).

Belajar Menjadi Bestie yang Baik

  1. Mendengarkan dengan Empati

    • Seorang sahabat sejati tidak hanya mendengar, tetapi benar-benar memahami perasaan dan kebutuhan temannya.
    • Jangan hanya fokus pada diri sendiri; jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan yang tulus.
  2. Memberikan Afirmasi Positif

    • Kata-kata yang membangun dapat memberikan kekuatan dan harapan. Seperti Elisabet yang memuji Maria, mari kita membiasakan diri untuk memberikan dorongan kepada sahabat kita.
  3. Saling Membantu dalam Pergumulan

    • Kehadiran seorang sahabat sangat berarti di tengah tekanan hidup. Jangan ragu untuk menawarkan bantuan atau menjadi tempat curhat bagi sahabat kita.
  4. Menghindari Pengkhianatan dan Egoisme

    • Persahabatan sejati tidak mencari keuntungan sepihak. Kita dipanggil untuk menjadi sahabat yang setia, bukan "parasit" yang hanya memanfaatkan orang lain.

Persahabatan dalam Iman

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk menjadikan persahabatan sebagai sarana saling meneguhkan iman. Seperti Maria dan Elisabet yang bersama-sama memuji kebesaran Allah, kita pun dipanggil untuk mendukung sahabat kita dalam perjalanan spiritual mereka.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.