Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pujian Ibadah Minggu 12.januari 2025

Share:

Firman Tuhan Mengubah Diriku

(Lukas 6:6-11)

Firman Tuhan digambarkan sebagai pedang bermata dua yang tajam. Ia bekerja dengan kuasa untuk mengubah hati, pikiran, dan hidup manusia, dimulai dari diri sendiri sebelum menjangkau orang lain. Namun, sering kali manusia justru menggunakan firman Tuhan untuk menghakimi, bukan untuk membangun.

Ahli Taurat dan orang Farisi dalam perikop ini adalah contoh nyata. Sebagai pemuka agama, mereka mempelajari Kitab Suci, tetapi mereka menggunakan aturan keagamaan untuk mencari kesalahan Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan seorang lumpuh pada hari Sabat, mereka melihatnya sebagai pelanggaran hukum, bukan sebagai perbuatan kasih yang menyelamatkan.

Yesus menunjukkan bahwa inti dari firman Tuhan adalah kasih. Ketika Ia menyembuhkan orang lumpuh di hadapan banyak orang, Yesus sedang mengajarkan bahwa firman Allah adalah untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa (ayat 9). Firman Tuhan seharusnya membangun, menguatkan, dan membawa hidup, bukan menghukum atau menjatuhkan.

Pelajaran bagi kita:

1. Firman Tuhan untuk Mengubah Diri. Sebelum menggunakan firman Tuhan untuk orang lain, biarkan firman itu terlebih dahulu mengubahkan hati dan perilaku kita.


2. Berbuat Kasih dengan Berani. Seperti Yesus, mari kita tunjukkan kasih dengan tindakan nyata, bahkan ketika itu menuntut keberanian melawan pandangan yang salah.


3. Melayani dengan Bela Rasa. Firman Tuhan adalah alat untuk melayani dengan kasih, bukan senjata untuk menyalahkan. Pelayanan kasih sejati membawa kesembuhan, baik secara fisik maupun rohani.



Mari kita menjadikan firman Tuhan sebagai dasar hidup yang terus memperbarui diri dan memampukan kita untuk mengasihi sesama. Dengan demikian, firman itu tidak hanya mengubah diri kita tetapi juga membawa perubahan bagi dunia di sekitar kita.

Doa:
Bapa di surga, kami bersyukur atas firman-Mu yang hidup dan berkuasa. Jadikanlah firman-Mu alat untuk mengubah hidup kami, agar kami menjadi saksi kasih-Mu bagi sesama.

Berkatilah keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan segala usaha kami. Kiranya damai sejahtera, kesehatan, dan hikmat-Mu menyertai kami di tahun yang baru ini. Berikan kekuatan agar kami terus bertumbuh dalam iman dan menjadi terang di tengah dunia.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami bersyukur dan berdoa.

Amin.

Share:

Motivasi yang Benar dalam Menaati Aturan

Lukas 6:1-5

Menaati aturan adalah hal yang penting untuk menjaga keteraturan dan kehidupan bersama. Namun, ketaatan harus dilandasi dengan motivasi yang benar, bukan hanya kepatuhan harfiah yang kaku. Dalam perikop ini, Yesus mengajarkan bagaimana memahami dan menaati aturan dengan kasih dan pengertian yang mendalam.

1. Ketaatan Harfiah Orang Farisi

Orang Farisi memandang aturan Sabat secara letterlijk (harfiah) tanpa memperhatikan konteks atau tujuan di balik aturan tersebut. Ketika mereka melihat murid-murid Yesus memetik gandum untuk dimakan pada hari Sabat, mereka langsung menegur dan menganggapnya sebagai pelanggaran hukum Sabat (ayat 1-2).

Pendekatan ini menekankan legalitas dan formalitas semata, tanpa mempertimbangkan kebutuhan manusia atau kasih yang seharusnya menjadi inti dari aturan tersebut.

2. Ketaatan Yesus: Kasih di Atas Legalitas

Yesus menunjukkan bahwa aturan harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. Ia mengingatkan orang Farisi tentang tindakan Daud yang memakan roti sajian di Bait Allah untuk menghindari kelaparan (ayat 3-4).

Meskipun secara teknis tindakan itu melanggar aturan, motivasinya untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadikannya dapat dibenarkan. Yesus kemudian menegaskan bahwa "Anak Manusia adalah Tuan atas hari Sabat" (ayat 5), menunjukkan bahwa tujuan utama aturan adalah untuk memuliakan Tuhan dan memelihara kehidupan manusia.

3. Prinsip Ketaatan yang Sejati

Yesus mengajarkan bahwa:

  • Ketaatan harus lahir dari kasih kepada Tuhan: Kita menaati aturan bukan untuk kepentingan aturan itu sendiri, tetapi sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan (Mat. 22:37-38).
  • Ketaatan harus memelihara kehidupan: Perintah Tuhan selalu bertujuan untuk kebaikan manusia. Ketika aturan diterapkan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada kehidupan, aturan itu kehilangan maknanya.
  • Ketaatan harus disertai kasih kepada sesama: Semua aturan Tuhan dirancang untuk menjaga hubungan kita dengan sesama (Mat. 22:39-40).

Aplikasi dalam Hidup

  1. Evaluasi Motivasi: Apakah kita menaati firman Tuhan untuk menunjukkan kesalehan ataukah karena kasih kepada Tuhan?
  2. Utamakan Kasih: Dalam setiap keputusan, pastikan kasih dan kepedulian kepada sesama menjadi landasan.
  3. Jangan Menghakimi: Hindari sikap mencari-cari kesalahan orang lain. Fokuslah pada pertumbuhan iman kita sendiri.

Doa:
"Tuhan Yesus, tolonglah kami untuk menaati firman-Mu dengan kasih dan pemahaman yang benar. Jauhkan hati kami dari sikap legalistis dan bantulah kami untuk selalu memprioritaskan kasih kepada-Mu dan sesama. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin."

Semoga renungan ini mendorong kita untuk menaati aturan Tuhan dengan hati yang tulus dan motivasi yang benar. 🙏

Share:

Firman Tuhan untuk Memperbarui Diri

Lukas 5:33-39

Perikop ini mengajarkan pentingnya memperbarui pola pikir dan hati kita dalam mengikuti Kristus. Yesus menggunakan ilustrasi sehari-hari seperti pesta pernikahan, kain baru, dan anggur baru untuk menunjukkan bahwa kehadiran-Nya membawa pembaruan yang mendalam dan mematahkan cara lama yang kaku serta terbatas.

Orang-orang Farisi, dalam fanatisme religius mereka, gagal memahami makna sejati dari aturan keagamaan. Mereka berfokus pada ritual seperti puasa tanpa memahami tujuan utama dari tindakan tersebut, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam tanggapan Yesus, kita menemukan tiga prinsip penting:


1. Puasa dalam Konteks yang Tepat

Yesus menjelaskan bahwa puasa adalah bentuk respons terhadap Allah, bukan kewajiban ritual yang harus dilakukan tanpa memandang waktu atau situasi. Dalam hal ini, Yesus menekankan pentingnya memahami waktu yang tepat:

  • Sukacita bersama Sang Mempelai (Yesus) tidak cocok untuk diwarnai dengan duka puasa.
  • Kesedihan dan puasa akan datang ketika Sang Mempelai (Yesus) tidak lagi bersama mereka (ayat 34-35).

Penerapan: Kita diajak untuk memahami makna di balik ibadah kita, bukan hanya melakukannya karena kebiasaan atau aturan belaka.


2. Perintah Tuhan Bertujuan untuk Mendekatkan Diri Kepada-Nya

Yesus mengkritik praktik keagamaan yang dilakukan hanya untuk menunjukkan kesalehan diri. Sebaliknya, ibadah sejati, termasuk puasa, bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan Allah.

Penerapan: Mari kita introspeksi—apakah doa, puasa, atau pelayanan kita dilakukan untuk memuliakan Allah, ataukah untuk mencari pengakuan manusia?


3. Kehidupan yang Baru Membutuhkan Hati yang Baru

Ilustrasi tentang kain baru dan anggur baru menegaskan bahwa hidup bersama Kristus membutuhkan pembaruan total:

  • Kain lama tidak cocok dengan tambalan kain baru.
  • Anggur baru tidak bisa disimpan dalam kantong kulit tua.

Ini menggambarkan perlunya meninggalkan cara lama yang sudah usang dan tidak sesuai dengan pembaruan dalam Kristus. Kita tidak bisa memadukan kehidupan lama yang berdosa dengan kehidupan baru yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Penerapan: Kita harus terus-menerus membarui diri melalui firman Tuhan, memperbarui pola pikir, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.


Renungan

Apakah ada kebiasaan lama yang masih kita pertahankan, yang menghalangi pembaruan hidup dalam Kristus? Sudahkah kita membaca dan merenungkan firman Tuhan dengan tujuan untuk memperbarui diri, bukan untuk menghakimi orang lain?


Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih untuk firman-Mu yang mengingatkan kami bahwa hidup dalam-Mu membutuhkan pembaruan total. Tolong kami untuk memiliki hati yang baru, terbuka terhadap kehendak-Mu, dan meninggalkan cara hidup yang lama. Jadikan kami murid yang setia, bukan fanatik tanpa pengertian, tetapi benar-benar dipimpin oleh kasih dan kebenaran-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin."

Share:

Yesus Datang agar Orang Bertobat

(Lukas 5:27-32)

Kisah pertobatan Lewi, seorang pemungut cukai, menegaskan misi Yesus di dunia: memanggil orang berdosa untuk bertobat. Respons Lewi yang langsung meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus menunjukkan transformasi luar biasa yang terjadi ketika seseorang bertemu dengan kasih Kristus.

Namun, respons dari orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang mencemooh Yesus karena bergaul dengan orang berdosa mengungkapkan sikap hati yang salah. Mereka merasa lebih benar dan lebih layak di hadapan Tuhan dibandingkan dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. Padahal, seperti yang Yesus tegaskan, tujuan kedatangan-Nya adalah untuk menyelamatkan yang hilang, bukan mereka yang merasa dirinya sudah benar.

Pelajaran Penting bagi Kita

  1. Yesus Memanggil Semua Orang
    Tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga tidak dapat diampuni oleh Yesus. Panggilan Yesus berlaku bagi semua orang, terlepas dari masa lalu mereka. Respons Lewi mengajarkan kita bahwa pertobatan sejati memerlukan keputusan untuk meninggalkan kehidupan lama dan mengikut Yesus sepenuh hati.

  2. Menghindari Sikap Menghakimi
    Seperti orang Farisi, terkadang kita merasa sulit untuk menerima bahwa orang yang memiliki masa lalu kelam bisa berubah. Sikap seperti ini menunjukkan kurangnya pengertian tentang kasih dan anugerah Allah yang melampaui pemahaman manusia. Sebaliknya, kita diajak untuk mendoakan dan menerima siapa pun yang bertobat dengan sukacita.

  3. Bersukacita atas Pertobatan
    Yesus menunjukkan bahwa pertobatan satu orang berdosa adalah alasan untuk bersukacita, sebagaimana para malaikat di surga merayakannya (Lukas 15:10). Kita pun diajak untuk merayakan setiap pertobatan dan mendukung mereka yang baru saja mengenal kasih Tuhan.

Renungan dan Doa

Pikirkan seseorang di sekitar Anda yang mungkin dianggap "tidak layak" di mata dunia. Apakah Anda siap menerima mereka ketika mereka mencari Tuhan?

"Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau datang ke dunia untuk menyelamatkan kami yang berdosa. Ampuni kami jika kami pernah menghakimi orang lain dan merasa lebih benar daripada mereka. Tolong kami untuk memiliki hati seperti-Mu, yang penuh kasih, siap menerima, dan mau bersukacita atas setiap pertobatan. Pakailah hidup kami untuk menunjukkan kasih-Mu kepada dunia. Amin."

Kesimpulan

Misi Yesus adalah membawa pemulihan dan pertobatan kepada semua orang. Kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih-Nya dan mendukung mereka yang datang kepada-Nya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui setiap jiwa yang diselamatkan.

Share:

Bekerja Sama

(Lukas 5:17-26)

Hellen Keller pernah berkata, "Sendirian kita hanya dapat melakukan sedikit, bersama-sama kita bisa melakukan banyak hal." Kalimat ini menjadi pengingat bahwa kerja sama dan persatuan menghasilkan dampak yang luar biasa, sebagaimana tergambar dalam kisah beberapa orang yang berusaha membawa seorang lumpuh kepada Yesus.

Mereka menghadapi kerumunan besar yang menghalangi jalan menuju Yesus. Namun, mereka tidak menyerah. Dengan iman yang teguh, mereka bekerja sama, memikirkan cara lain, dan akhirnya menurunkan orang lumpuh itu dari atap, tepat di hadapan Yesus.

Yesus tidak hanya melihat usaha mereka, tetapi juga iman kolektif mereka. Firman Tuhan mencatat bahwa Yesus memperhatikan "iman mereka" (ayat 20). Peristiwa ini menunjukkan kekuatan iman yang dinyatakan dalam kebersamaan, kepedulian, dan kerja sama.

Hasil dari kerja sama ini sungguh luar biasa. Orang lumpuh itu tidak hanya disembuhkan secara fisik, tetapi juga diampuni dosanya. Ini adalah bukti bahwa Tuhan menghargai iman yang dinyatakan dalam tindakan kasih dan solidaritas.

Pelajaran bagi kita:

1. Kerja Sama Membawa Perubahan Besar. Tidak ada rintangan yang terlalu besar jika dihadapi bersama. Kepedulian dan kekompakan membuat beban terasa lebih ringan.


2. Iman yang Nyata dalam Tindakan. Iman sejati terlihat dari bagaimana kita berusaha membawa orang lain mendekat kepada Yesus, seperti teman-teman orang lumpuh itu.


3. Kepedulian terhadap Sesama. Kita dipanggil untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga peduli pada kebutuhan orang lain, terutama membawa mereka kepada Tuhan.



Keterbukaan untuk bekerja sama dimulai dari hati yang penuh kasih. Saat kita saling menopang, mempercayai, dan mendukung, Tuhan bekerja melalui kita untuk menghasilkan hal-hal yang besar.

Doa
Bapa di surga, kami bersyukur atas berkat-Mu dalam kehidupan kami. Ajarlah kami untuk bekerja sama dengan sesama kami, membawa mereka lebih dekat kepada-Mu. Berkatilah keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kami. Kiranya damai sejahtera, hikmat, dan sukacita mengalir dalam kehidupan kami.

Di tahun yang baru ini, pimpinlah kami untuk tetap kuat dalam iman, mengalami terobosan, dan menjadi berkat bagi orang lain. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa.

Amin.

Share:

Melihat Yesus

(Lukas 5:12-16)

Saat kita datang kepada Yesus dengan permohonan kesembuhan, penting untuk merenungkan motivasi di balik doa kita. Apakah kita sungguh percaya kepada kuasa-Nya atau hanya mencari keajaiban-Nya untuk dibanggakan?

Kisah tentang penderita kusta dalam Lukas 5:12-16 mengajarkan kita cara yang benar untuk memandang Yesus. Ketika orang itu melihat Yesus, ia tidak hanya melihat seorang guru, tetapi Pribadi yang penuh belas kasihan dan berkuasa. Ia bersujud dan memohon, "Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Dalam kerendahan hati dan iman yang penuh, ia menyerahkan segala-galanya kepada kehendak Yesus.

Yesus merespons dengan penuh kasih. Dia menyentuh orang itu—tindakan yang tabu dalam budaya saat itu—dan berkata, "Aku mau, jadilah tahir." Dalam sekejap, orang itu disembuhkan. Kesembuhan ini bukan hanya tanda kuasa Yesus, tetapi juga penegasan bahwa belas kasihan-Nya melampaui batasan budaya dan hukum manusia.

Namun, Yesus meminta agar kesembuhan itu tidak diumbar, melainkan dibuktikan kepada imam sesuai dengan hukum Taurat. Ini menunjukkan bahwa mukjizat bukanlah sekadar untuk sensasi, tetapi untuk menyatakan kuasa Tuhan secara tertib dan terhormat.

Apa yang bisa kita pelajari?

1. Melihat Yesus dengan iman. Seperti penderita kusta, datanglah kepada Yesus dengan iman, percaya pada belas kasihan dan kuasa-Nya, bukan hanya mengejar mukjizat.


2. Berserah kepada kehendak-Nya. Dalam setiap permohonan, baik kesembuhan, pemulihan, atau kebutuhan lain, serahkan semuanya kepada kehendak Tuhan. Ia tahu yang terbaik bagi kita.


3. Memperlihatkan Yesus melalui hidup kita. Biarlah hidup kita mencerminkan kuasa dan kasih Tuhan kepada orang lain, sehingga mereka dapat melihat dan mengalami Tuhan melalui kita.



Pada Hari Epifani, kita diingatkan untuk menampilkan Tuhan dalam hidup kita. Bukan dengan kata-kata saja, tetapi melalui tindakan kasih, kerendahan hati, dan ketaatan yang mencerminkan kuasa Yesus yang bekerja dalam hidup kita.

Doa
Bapa di surga, kami bersyukur atas kasih dan pertolongan-Mu dalam hidup kami. Kami berdoa, kiranya berkat-Mu tercurah atas keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kami. Berikan kesehatan, damai sejahtera, dan hikmat dalam memasuki tahun yang baru. Pimpin kami agar tetap kuat dalam iman, mengalami terobosan, dan menjadi saksi kuasa-Mu kepada orang-orang di sekitar kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Bukan Berkat tetapi Jiwa

Lukas 5:1-11

Mengutamakan Panggilan Yesus
Kisah Simon Petrus yang menangkap ikan dalam jumlah besar menunjukkan bagaimana Yesus menggunakan momen kehidupan sehari-hari untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Perintah Yesus kepada Simon untuk menebarkan jala setelah semalaman gagal menunjukkan kuasa-Nya yang melampaui keterbatasan manusia. Ketika Simon menaati-Nya, hasilnya luar biasa. Namun, fokus utama kisah ini bukan pada hasil tangkapan ikan, melainkan pada panggilan untuk "menjala manusia" (ayat 10).

Dari Berkat ke Panggilan
Ketika Simon Petrus menyaksikan mukjizat itu, responsnya bukanlah kegembiraan atas ikan yang melimpah, melainkan kesadaran akan dosanya dan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Pengalaman ini menegaskan bahwa hubungan dengan Yesus jauh lebih penting daripada berkat materi. Petrus, bersama Yakobus dan Yohanes, rela meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus.

Pelajaran bagi Kita
Sebagai pengikut Kristus, kita diingatkan untuk tidak menjadikan berkat sebagai tujuan utama. Berkat memang penting, tetapi panggilan untuk membawa jiwa-jiwa kepada Yesus adalah yang utama. Kita melayani bukan demi kehormatan atau keuntungan, melainkan karena kasih kita kepada Tuhan dan jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatan.

Bagaimana Kita Menjala Manusia?

1. Taat pada Firman Tuhan: Seperti Simon yang menebarkan jala meski tampaknya mustahil, kita perlu taat kepada perintah Tuhan, bahkan ketika itu melawan logika kita.


2. Menceritakan Injil: Bagikan kabar baik kepada orang-orang di sekitar kita dengan perkataan dan tindakan yang mencerminkan kasih Kristus.


3. Rela Berkorban: Bersedia memberikan waktu, perhatian, dan sumber daya untuk melayani orang lain, meskipun itu tidak selalu nyaman atau menguntungkan.



Doa
"Tuhan Yesus, terima kasih atas panggilan-Mu untuk mengikuti-Mu. Ajarkan kami untuk tidak terfokus pada berkat-berkat duniawi, tetapi pada jiwa-jiwa yang membutuhkan kasih dan keselamatan-Mu. Pakailah kami sebagai alat-Mu untuk membawa kabar baik kepada dunia. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin."

Kesimpulan
Mengikuti Yesus berarti lebih dari sekadar menerima berkat; itu adalah panggilan untuk menjadi alat-Nya dalam menjangkau jiwa-jiwa. Marilah kita menjadikan hidup kita sebagai kesaksian nyata tentang kuasa dan kasih Kristus kepada semua orang.

Share:

Bukan Satu Kota Saja

Lukas 4:42-44

Mengapa Injil Harus Diberitakan ke Banyak Tempat?
Yesus menunjukkan bahwa pemberitaan Injil Kerajaan Allah tidak boleh terhenti di satu tempat saja. Walaupun orang-orang di Kapernaum ingin menahan-Nya, Yesus menegaskan bahwa tugas-Nya adalah memberitakan Injil ke kota-kota lain (ayat 43). Hal ini mengajarkan bahwa kabar baik keselamatan harus tersebar luas, bukan hanya di satu lingkungan atau komunitas tertentu.

Kerajaan Allah adalah janji keselamatan dan damai sejahtera bagi semua orang yang percaya. Dengan melanjutkan karya-Nya, para murid diberi tugas untuk membawa kabar ini ke seluruh dunia, sehingga setiap orang dapat mendengar dan merasakan kasih Allah.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai orang percaya, kita diajak untuk mengikuti teladan Yesus dengan memberitakan Injil kepada sebanyak mungkin orang. Namun, sering kali kita merasa lebih nyaman menginjil di lingkungan yang mendukung iman kita, seperti di gereja. Padahal, penginjilan utama justru terjadi di tengah keluarga, lingkungan kerja, atau masyarakat luas—tempat di mana banyak orang mungkin belum mengenal kasih Yesus.

Bayangkan dampak luar biasa jika setiap orang percaya menjadi saksi Injil di setiap aspek kehidupannya. Dengan kata-kata, tindakan, dan hidup kita yang mencerminkan kasih Yesus, kita dapat membawa orang-orang mendekat kepada-Nya.

Doa untuk Hidup yang Berdampak
"Bapa di surga, terima kasih atas kasih dan keselamatan yang telah Engkau nyatakan melalui Anak-Mu, Yesus Kristus. Kami mohon kekuatan dan hikmat agar dapat menjadi saksi-Mu di mana pun Engkau tempatkan kami. Berkati keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan hubungan kami, sehingga melalui hidup kami, nama-Mu dimuliakan. Bimbing kami untuk selalu membawa kabar baik ke segala tempat, sehingga banyak orang mengalami kasih dan kuasa-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin."

Kesimpulan
Injil Kerajaan Allah tidak dibatasi oleh tempat atau kelompok tertentu. Sebagai murid Kristus, mari kita hidup sebagai pembawa kabar baik di mana pun kita berada. Tuhan Yesus memberkati setiap langkah kita untuk menyatakan kasih-Nya kepada dunia!

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.