Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Firman Tuhan : " Persembahan dari Hati "

 

Keluaran 35:1-29

Persembahan dalam iman Kristen bukan sekadar kewajiban, tetapi wujud kasih dan ketaatan kepada Tuhan. Bagaimana kita memberi dengan benar sesuai kehendak-Nya?

1. Memberi dengan Sukacita dan Kerelaan Hati

📖 “Setiap orang yang tergerak hatinya membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN” (Keluaran 35:21).
➡️ Umat Israel memberi bukan karena paksaan, tetapi dengan sukacita.

✅ Memberi bukan beban, tetapi ungkapan syukur.
✅ Tuhan tidak melihat jumlahnya, tetapi hati di balik pemberian itu.

2. Memberi yang Terbaik

📖 “…mereka membawa persembahan sukarela kepada TUHAN” (Keluaran 35:29).
➡️ Mereka memberikan emas, perak, kain ungu, dan keahlian mereka.

✅ Setiap orang memberi sesuai kemampuan dan talenta mereka.
✅ Persembahan bukan hanya materi, tetapi juga waktu dan keterampilan.

3. Persembahan untuk Kemuliaan Allah

📖 “…untuk pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa” (Keluaran 35:29).
➡️ Mereka sadar bahwa persembahan mereka dipakai untuk membangun Kemah Suci.

✅ Saat kita memberi, kita berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan.
✅ Tuhan memakai persembahan kita untuk memperluas Kerajaan-Nya.

Bagaimana dengan Kita?

💡 Apakah kita memberi dengan hati yang rela dan penuh sukacita?
💡 Apakah kita memberi yang terbaik untuk Tuhan?
💡 Apakah kita menyadari bahwa persembahan kita adalah untuk kemuliaan-Nya?

Kesimpulan:

Memberi adalah bagian dari penyembahan. Marilah kita memberi dengan hati yang penuh syukur, memberikan yang terbaik, dan menyerahkannya untuk kemuliaan Tuhan.

📖 “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima menurut apa yang ada padamu” (2 Korintus 8:12).

🙏 Doa:
"Tuhan, ajar kami memberi dengan hati yang rela dan penuh sukacita. Biarlah setiap persembahan kami menjadi berkat dan dipakai untuk kemuliaan-Mu. Amin."

Share:

Firman Tuhan : " Kasih dan Keadilan Allah "

Keluaran 34

Kasih dan Keadilan Allah

Allah adalah kasih, tetapi Ia juga adil. Kedua sifat ini tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi.

Kasih Allah yang Tak Terbatas

Dalam Keluaran 34:6-7, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Musa sebagai:
Penyayang dan pengasih
Panjang sabar
Berlimpah kasih dan kesetiaan

Sifat inilah yang membuat Allah tetap setia kepada Israel meskipun mereka sering memberontak. Kasih-Nya dinyatakan dalam pengampunan dan penyertaan-Nya.

Keadilan Allah yang Tegas

Namun, Allah juga menegaskan bahwa Ia tidak membebaskan orang yang bersalah tanpa konsekuensi (ayat 7b). Israel mengalami hukuman atas dosa mereka, meskipun Allah tetap menyertai mereka.

Bagaimana Kasih dan Keadilan Itu Bersatu?

Seperti dua sisi mata uang:

  • Kasih-Nya mengampuni dosa, tetapi keadilan-Nya menegakkan kebenaran.
  • Ia sabar menanti pertobatan, tetapi dosa tetap memiliki konsekuensi.

Hal ini paling jelas terlihat dalam karya Yesus Kristus:
📌 Di kayu salib, kasih dan keadilan Allah bertemu.

  • Kasih-Nya: Yesus mati menggantikan manusia berdosa.
  • Keadilan-Nya: Dosa tetap harus dihukum, dan Yesus menanggung hukuman itu.

Bagaimana Kita Merespons?

Bersyukur atas kasih Allah yang menyelamatkan kita.
Menghormati keadilan Allah dengan hidup dalam ketaatan.
Menjalani hidup yang mencerminkan kasih dan keadilan Allah dalam hubungan kita dengan sesama.

Doa:

"Tuhan, kami bersyukur karena Engkau adalah kasih yang tak berkesudahan dan keadilan yang sempurna. Ajarkan kami untuk hidup setia kepada-Mu dan mencerminkan karakter-Mu dalam kehidupan kami. Amin."

Share:

Tidak Semuanya Dipenuhi

Keluaran 33:12-23

Dalam hubungan kita dengan Tuhan, ada hal-hal yang kita minta yang dikabulkan, dan ada yang tidak. Bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi karena Ia tahu apa yang terbaik bagi kita.

Musa dan Permintaannya

Musa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan. Ia mengajukan tiga permohonan:

  1. Mengenal jalan Tuhan – agar ia semakin memahami dan mengenal Tuhan lebih dalam (ayat 12-13).
  2. Penyertaan Tuhan atas Israel – agar bangsa lain melihat bahwa Israel adalah bangsa yang diberkati (ayat 15-16).
  3. Melihat kemuliaan Tuhan – Musa ingin mengalami kehadiran Tuhan secara langsung (ayat 18).

Tuhan menjawab permohonan Musa, tetapi tidak sepenuhnya:
Ia berjanji menyertai Israel dan memberi mereka ketenteraman (ayat 14, 17).
Ia tidak memperlihatkan kemuliaan-Nya secara penuh, karena manusia tidak bisa melihat Allah dan tetap hidup (ayat 20). Sebagai gantinya, Tuhan melindungi Musa dengan gunung batu dan tangan-Nya, agar ia hanya melihat sebagian kemuliaan-Nya (ayat 21-23).

Prinsip yang Sama dalam Hidup Kita

Di dalam Yesus Kristus, kita memiliki akses langsung kepada Allah. Kita bisa mengenal-Nya melalui firman dan berdoa kepada-Nya (Yoh. 14:9-14). Namun, seperti Musa, kita juga akan mengalami jawaban doa yang tidak selalu sesuai dengan harapan kita.

🔹 Mengapa Tuhan tidak selalu memenuhi semua permintaan kita?

  • Karena kasih-Nya – Ia tahu apa yang terbaik bagi kita.
  • Karena kebijaksanaan-Nya – Ada hal-hal yang belum kita pahami, tetapi Tuhan tahu waktu yang tepat.
  • Karena perlindungan-Nya – Ada hal-hal yang bisa membahayakan kita jika diberikan terlalu cepat.

Renungan:

  • Apakah kita bersyukur atas doa yang telah dijawab Tuhan, bahkan jika tidak semuanya sesuai keinginan kita?
  • Bagaimana kita merespons ketika Tuhan tidak memenuhi permintaan kita?

Doa:

"Tuhan, terima kasih karena Engkau mendengar setiap doa kami. Ajarkan kami untuk percaya bahwa kehendak-Mu selalu yang terbaik. Biarlah kami semakin mengenal-Mu dan hidup dalam penyertaan-Mu. Amin."

Share:

Pujian Ibadah 16 Februari 2025

Share:

Kebaikan TUHAN


Keluaran 33:1-11

Tuhan adalah sumber segala kebaikan. Ia menjaga, melindungi, dan menyertai kita dalam setiap langkah kehidupan. Meskipun sering kali manusia gagal menaati-Nya, Tuhan tetap menunjukkan kasih setia-Nya.

Kebaikan TUHAN kepada Umat Israel

Dalam perikop ini, meskipun umat Israel telah berdosa dengan menyembah anak lembu emas, TUHAN tetap menunjukkan kebaikan-Nya dengan:

  1. Menepati janji-Nya – TUHAN tetap akan membawa umat-Nya ke Tanah Perjanjian, sesuai dengan perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 1).
  2. Memberikan perlindungan – Ia berjanji mengutus malaikat-Nya untuk menuntun dan melindungi umat dari musuh-musuh mereka (ayat 2).
  3. Menghendaki pertobatan, bukan kebinasaan – TUHAN tidak ingin hadir di tengah-tengah umat yang masih tegar tengkuk agar mereka tidak dibinasakan oleh kekudusan-Nya (ayat 3).

Respons Umat terhadap Kebaikan TUHAN

Menyadari dosa mereka, umat Israel menunjukkan pertobatan dengan:

  • Meratap dan melepaskan perhiasan mereka sebagai tanda kesedihan dan penyesalan (ayat 4).
  • Menaati firman TUHAN dan menunjukkan komitmen baru kepada-Nya (ayat 5-6).
  • Datang menyembah TUHAN dengan rendah hati (ayat 8, 10).

Kebaikan TUHAN bagi Kita Saat Ini

Kebaikan TUHAN tidak berubah. Ia terus menunjukkan kasih-Nya dalam kehidupan kita:
✅ Ia menjamin keselamatan bagi kita melalui Yesus Kristus.
✅ Ia menyertai kita dalam perjalanan hidup, bahkan di saat sulit.
✅ Ia menghendaki pertobatan sejati dan kesetiaan dari kita.

Renungan:

  • Apakah kita sering kali meragukan kebaikan TUHAN ketika menghadapi kesulitan?
  • Bagaimana respons kita terhadap kebaikan TUHAN? Apakah kita hidup dalam pertobatan dan ketaatan?

Doa:

"Tuhan, terima kasih atas kebaikan-Mu yang tidak terbatas. Ajarkan kami untuk selalu bersyukur dan setia kepada-Mu. Tolong kami untuk hidup dalam pertobatan sejati dan mengikuti pimpinan-Mu. Amin."

Share:

Pelaku Dosa dan Hukuman

Keluaran 32:15-35

Dosa selalu memiliki konsekuensi. Setiap pelanggaran terhadap hukum Allah membawa akibat, baik bagi individu maupun komunitas. Perikop ini mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan yang adil, tetapi juga penuh kasih.

Musa dan Murkanya atas Dosa Umat

Ketika Musa turun dari gunung dengan membawa loh hukum, ia melihat umat Israel sedang berpesta dan menari di sekitar anak lembu emas (ayat 15-19). Dalam kemarahan, Musa:

  1. Memecahkan loh batu sebagai tanda bahwa mereka telah melanggar perjanjian dengan Allah.
  2. Menghancurkan patung anak lembu emas dan mencampurkannya ke dalam air, lalu menyuruh umat meminumnya (ayat 19-20).

Tindakan ini menunjukkan bahwa dosa harus dihapuskan sepenuhnya, dan umat harus merasakan akibat dari penyembahan berhala mereka.

Harun dan Sikapnya yang Tidak Bertanggung Jawab

Ketika Musa bertanya kepada Harun mengapa ia membiarkan umat berbuat dosa, Harun memberikan jawaban yang menghindari tanggung jawab (ayat 21-24). Ia menyalahkan umat dan bahkan berkata bahwa emas yang mereka bawa "begitu saja" menjadi anak lembu emas. Sikap ini mengajarkan bahwa dosa semakin besar jika kita tidak mau mengakuinya dan bertobat.

Hukuman atas Dosa

Musa kemudian memanggil orang-orang yang masih setia kepada Tuhan. Suku Lewi menanggapi panggilannya dan mereka diperintahkan untuk menghukum orang-orang yang tetap memberontak. Akibatnya, tiga ribu orang tewas (ayat 25-29).

Musa sebagai Pengantara

Sebagai pemimpin yang penuh kasih, Musa berdoa bagi umatnya dan bahkan menawarkan dirinya sebagai penanggung dosa mereka (ayat 30-32). Namun, Allah menegaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dosanya sendiri (ayat 33-35).

Pelajaran bagi Kita

  1. Dosa selalu membawa konsekuensi, baik secara langsung maupun dalam hubungan kita dengan Allah.
  2. Menghindari tanggung jawab seperti Harun hanya memperburuk keadaan. Kita harus berani mengakui kesalahan dan bertobat.
  3. Yesus adalah pengantara sejati. Berbeda dengan Musa yang tidak bisa menanggung dosa umat, Yesus benar-benar menanggung dosa kita di kayu salib.

Renungan:

  • Apakah ada dosa dalam hidup kita yang belum kita akui di hadapan Tuhan?
  • Bagaimana kita dapat lebih bertanggung jawab atas tindakan kita?

Doa:

"Tuhan, ampuni kami jika sering kali kami mencari alasan dan tidak bertobat atas dosa kami. Ajarkan kami untuk selalu rendah hati, mengakui kesalahan, dan berbalik kepada-Mu. Terima kasih untuk pengampunan-Mu melalui Yesus Kristus. Amin."

Share:

Firman Tuhan : " Allah Pengganti "

Keluaran 32:1-14

Manusia selalu mencari rasa aman. Pada zaman dahulu, orang memakai jimat untuk perlindungan. Di era modern, meskipun tidak lagi percaya jimat, banyak orang menaruh harapan pada hal-hal seperti tabungan, investasi, asuransi, dan properti. Jika kita terlalu menggantungkan hidup pada hal-hal tersebut dan menjadikannya pusat perhatian kita, maka secara tidak sadar kita telah memiliki allah pengganti dalam hidup kita.

Umat Israel dan Anak Lembu Emas

Ketika Musa naik ke Gunung Sinai dan tidak segera kembali, umat Israel merasa cemas. Mereka menginginkan pemimpin yang nyata dan terlihat. Maka, mereka meminta Harun untuk membuat "allah" bagi mereka (ayat 1).

Harun kemudian mengumpulkan emas dari anting-anting umat, mencetaknya menjadi anak lembu emas, lalu menyatakannya sebagai Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir (ayat 2-4). Umat kemudian mempersembahkan korban dan berpesta di hadapan berhala tersebut (ayat 5-6).

Namun, TUHAN yang Mahatahu melihat semuanya. Ia murka karena umat-Nya telah menyimpang dari jalan-Nya dan menyembah allah lain (ayat 7-8).

Musa Membela Bangsa Israel

Dalam amarah-Nya, TUHAN menyatakan bahwa Ia akan membinasakan mereka dan menjadikan Musa bangsa yang besar (ayat 9-10). Tetapi Musa memohon belas kasihan kepada TUHAN. Ia tidak membenarkan perbuatan bangsa itu, tetapi mengingatkan TUHAN akan janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 11-13). Musa ingin menjaga nama Allah supaya bangsa-bangsa lain tidak menghina-Nya.

Akhirnya, TUHAN mengurungkan niat-Nya untuk menghukum bangsa itu (ayat 14).

Refleksi untuk Kita

Kisah ini mengajarkan bahwa tidak ada yang bisa menggantikan TUHAN dalam hidup kita. Apa pun keadaan kita, kita harus tetap percaya bahwa hanya Tuhan yang bisa memberi rasa aman sejati.

Kita juga dipanggil untuk mendukung dan menguatkan sesama dalam iman, bukan malah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpercayaan seperti yang dilakukan Harun.

  • Apakah ada hal dalam hidup kita yang tanpa sadar telah menjadi "allah pengganti"?
  • Bagaimana kita bisa lebih bersandar kepada Tuhan dalam segala situasi?

Doa:

"Tuhan, ampunilah jika selama ini kami sering mencari rasa aman di luar Engkau. Ajarkan kami untuk selalu percaya dan bersandar pada-Mu. Tolong kami untuk tetap setia dan tidak tergoda dengan ‘allah-allah pengganti’ di sekitar kami. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Firman Tuhan : Nikmatilah Hari Tuhan!

Keluaran 31:12-18

Bekerja adalah bagian dari ibadah. Oleh karena itu, pekerjaan harus dilakukan dengan sepenuh hati, penuh tanggung jawab, disiplin, dan profesionalitas. Namun, ada sebagian orang yang berpikir bahwa mereka harus bekerja tanpa henti. Mereka merasa bahwa terus bekerja adalah bentuk tanggung jawab kepada Allah.

Allah Memerintahkan Kita untuk Beristirahat

Dalam Keluaran 31:12-17, Allah memerintahkan umat-Nya untuk berhenti bekerja pada hari ketujuh, yaitu hari Sabat. Mereka boleh bekerja selama enam hari, tetapi pada hari ketujuh, mereka diwajibkan untuk beristirahat (ayat 12-15).

Perintah ini bukanlah larangan untuk bekerja keras atau menjadi orang yang rajin. Sebaliknya, ini adalah perintah yang diberikan demi kebaikan umat-Nya. Allah ingin agar manusia tidak hanya sibuk bekerja, tetapi juga memiliki waktu untuk beristirahat dan bersekutu dengan-Nya.

Sabat: Tanda Perjanjian dengan Allah

Hari Sabat bukan hanya tentang istirahat fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Sabat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya yang berlaku turun-temurun (ayat 16-17a). Hari ini mengingatkan bahwa umat Israel adalah umat pilihan yang dikuduskan oleh Allah.

Bahkan, Allah sendiri menjadi teladan dalam perintah ini. Ia menciptakan dunia dalam enam hari, lalu berhenti pada hari ketujuh (ayat 17b). Jika Allah yang Mahakuasa berhenti untuk beristirahat, apalagi manusia!

Menikmati Hari Tuhan di Masa Kini

Di tengah dunia modern yang sibuk, budaya kerja tanpa henti sering membuat orang melupakan pentingnya istirahat. Kita bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi jangan sampai kita kehilangan waktu untuk Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita perlu meluangkan waktu untuk berhenti sejenak, merenungkan kebaikan Tuhan, dan mengarahkan hati kita kepada-Nya. Ini bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi tentang menikmati kehadiran Allah dalam hidup kita.

  • Apakah saya sudah memberikan waktu untuk beristirahat dan bersekutu dengan Tuhan?
  • Bagaimana saya bisa lebih mengutamakan Tuhan di tengah kesibukan saya?

Doa:

"Tuhan, terima kasih atas berkat pekerjaan yang Engkau berikan. Ajarkan aku untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, tetapi juga untuk beristirahat dalam hadirat-Mu. Tolong aku untuk selalu mengutamakan Engkau dalam hidupku. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Firman Tuhan : "Kehidupan Ini Sakral"

Keluaran 30:17-38

Dalam fenomenologi agama, ada konsep sacred (sakral) dan profane (duniawi). Banyak orang memisahkan keduanya secara ekstrem, seolah-olah yang rohani dan yang duniawi tidak bisa bersatu. Ada yang berpikir bahwa seorang hamba Tuhan hanya boleh fokus pada kerohanian, sementara orang yang memikirkan uang dianggap sebagai hamba uang. Padahal, pemisahan seperti ini tidak sesuai dengan cara Tuhan melihat kehidupan.

Segala Sesuatu Seharusnya Sakral

Sejatinya, Allah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan sakral. Namun, dosa telah merusak kesakralan itu. Manusia yang diciptakan kudus menjadi tidak kudus. Hidup yang seharusnya memancarkan kemuliaan Allah justru dipenuhi oleh dosa dan pemberontakan. Tetapi, ketika Tuhan menebus manusia, Dia tidak hanya menyelamatkan jiwa kita, tetapi juga mengembalikan manusia kepada kodrat aslinya yang sakral.

Dalam Keluaran 30:19-38, kesakralan ini terlihat dalam beberapa hal:

  • Ritual pembasuhan bagi Harun dan anak-anaknya sebelum mereka menghadap Allah (ayat 19-21).
  • Minyak urapan yang dibuat dari bahan pilihan dan hanya boleh digunakan untuk tujuan yang kudus (ayat 22-30).
  • Dupa khusus yang tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi (ayat 31-38).

Semua benda ini sebenarnya adalah benda biasa (profane), tetapi ketika dikhususkan untuk Tuhan, benda-benda itu menjadi sakral (sacred).

Hidup Kita: Dari Profane Menjadi Sacred

Prinsip yang sama berlaku bagi kita. Kehidupan sehari-hari kita—dari pekerjaan, keluarga, cara kita menggunakan waktu dan uang—bisa menjadi sakral jika kita menggunakannya untuk memuliakan Tuhan. Bukan hanya saat kita beribadah di gereja, tetapi juga saat kita bekerja, belajar, berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam hal-hal kecil seperti makan dan beristirahat.

Tuhan telah menebus kita bukan hanya untuk masuk surga, tetapi juga untuk hidup sebagai ciptaan yang kudus di dunia ini. Maka, mari kita menghidupi kesakralan itu dalam setiap aspek kehidupan kita.

  • Apakah saya masih memisahkan antara yang rohani dan duniawi secara ekstrem?
  • Bagaimana saya bisa menghidupi kesakralan dalam pekerjaan, keluarga, dan kebiasaan sehari-hari saya?

Doa:

"Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menebus aku dan menguduskan hidupku. Tolong aku untuk melihat setiap aspek kehidupanku sebagai sesuatu yang sakral dan layak dipersembahkan bagi-Mu. Jadikan aku alat-Mu untuk memuliakan nama-Mu dalam segala hal yang aku lakukan. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.