Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pemulihan yang Penuh Kasih


Meskipun Allah menjatuhkan hukuman karena umat-Nya tidak taat, kasih dan kemurahan-Nya tetap tersedia bagi mereka yang bertobat. Dalam bagian ini, Allah menyatakan bahwa jika umat Israel mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka serta kerendahan hati mereka menerima hukuman Allah, maka Allah akan mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub (40-42).

Ini adalah janji pemulihan. Allah tidak selamanya murka. Ia bukan Allah yang senang menghukum, melainkan Allah yang penuh kasih dan setia pada janji-Nya. Ia rela mengampuni dan memulihkan, asalkan umat-Nya sungguh-sungguh bertobat dan kembali kepada-Nya.

Bahkan ketika mereka ada di negeri musuh, Allah tidak meninggalkan mereka dan tidak membatalkan perjanjian-Nya (44). Ia tetap Allah mereka. Hal ini mengingatkan kita bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari kegagalan manusia. Sekalipun kita jatuh dalam dosa, kasih-Nya sanggup mengangkat dan memulihkan kita.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak menyerah dalam dosa. Jangan pikir dosa kita terlalu besar hingga Allah tidak sanggup mengampuni. Allah kita setia. Ia akan selalu membuka tangan-Nya menyambut setiap anak yang pulang.

Mari datang kepada-Nya dengan hati yang hancur, dengan kesadaran penuh bahwa kita membutuhkan pengampunan dan pemulihan-Nya. Jangan tunggu sampai kita jatuh lebih dalam, bertobatlah hari ini dan alami kasih-Nya yang memulihkan!

Share:

Mengejar Sang Pemberi Berkat

Allah yang Mahakudus memanggil umat-Nya untuk mengutamakan Dia di atas segala sesuatu. Perintah-Nya jelas:

“Jangan membuat berhala… Jangan sujud menyembah kepada patung… Tetapi beribadahlah kepada-Ku dan lakukan perintah-Ku.” (ay. 1–3, parafrase)

Allah tidak hanya melarang penyembahan berhala, tetapi juga menuntut ketaatan total dan ibadah yang murni. Dan ketika umat taat, berkat Tuhan akan tercurah melimpah.

🌿 Janji Berkat dari Tuhan

TUHAN berjanji akan:

  • Memberi hujan pada waktunya, sehingga tanah subur dan hasil panen melimpah (ay. 4–5)

  • Memberi keamanan dan menghalau musuh (ay. 6–8)

  • Meneguhkan kehadiran-Nya di tengah umat dan tidak meninggalkan mereka (ay. 11–12)

  • Memulihkan harga diri umat-Nya, mengangkat mereka dari kehinaan sebagai budak, dan memberi kebebasan sejati (ay. 13)

Ini adalah janji yang luar biasa—bukan hanya berkat jasmani, tetapi juga relasi yang erat antara Allah dan umat-Nya.

⚠️ Peringatan Tersirat: Jangan Gantikan Allah dengan Berkat

Sejarah bangsa Israel mencatat: ketika mereka setia, Allah memberkati. Tapi ketika mereka berpaling kepada berhala dan kekuatan bangsa lain, kehancuran datang. Allah tidak mau diberi tempat kedua setelah berkat.

Pencarian berkat tanpa mencari Allah adalah bentuk modern dari penyembahan berhala.
Banyak orang—bahkan orang Kristen—terjebak dalam pola pikir: “Selama diberkati, saya akan ikut Tuhan.”
Namun saat berkat tidak datang sesuai harapan, mereka mundur, kecewa, bahkan meninggalkan Tuhan.

💡 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku mencari Allah karena kasihku kepada-Nya, atau hanya karena ingin diberkati?

  • Apakah aku tetap mengikut Tuhan saat hidup tidak sesuai rencana?

  • Apakah Allah menjadi pusat hidupku, atau hanya pelengkap?

💬 Ajaran Firman Hari Ini

  1. Utamakan Sang Pemberi, bukan sekadar pemberian-Nya

  2. Taat kepada perintah-Nya, bukan sekadar berharap pada janji-Nya

  3. Bangun relasi yang dalam dengan Allah, bukan hanya mengandalkan kekuatan atau usaha sendiri

🙏 Doa Penutup:

Ya Tuhan, ampuni aku jika selama ini aku lebih sering mengejar berkat daripada mengejar Engkau.
Bentuklah hatiku agar mengasihi-Mu lebih dari apa pun.
Ajar aku untuk taat dan setia, bahkan ketika hidup tidak berjalan seperti yang kuinginkan.
Jadilah Engkau satu-satunya yang kuandalkan dan kuingini dalam hidup ini.
Dalam nama Yesus aku berdoa,
Amin.

Share:

Pujian Ibadah 13 Maret 2025

 

Share:

Merayakan Kelimpahan dari Allah

Allah tidak hanya menebus dan menyelamatkan umat-Nya, tetapi juga memelihara mereka dari hari ke hari. Dalam nas ini, Allah menetapkan Perayaan Tujuh Minggu, yang kemudian dikenal sebagai Pentakosta, sebagai bentuk syukur umat atas hasil tuaian pertama. Ini bukan pesta semata, tapi ibadah syukur atas pemeliharaan Tuhan yang nyata.

🔔 Makna Pentakosta di Perjanjian Lama

Perayaan ini dilakukan tujuh minggu setelah Sabat pertama dari panen gandum (ay. 15–16). Pada hari itu, umat mempersembahkan:

  • Dua roti unjukan dari tepung terbaik yang dicampur ragi (ay. 17)

  • Tujuh domba, satu lembu jantan, dan dua domba jantan sebagai korban bakaran (ay. 18)

  • Satu kambing jantan sebagai korban penghapus dosa

  • Dua domba sebagai korban keselamatan (ay. 19)

Perayaan ini mengingatkan bahwa segala hasil panen dan berkat adalah pemberian Tuhan, bukan semata hasil jerih payah manusia.

✨ Prinsip-prinsip Pentakosta untuk Hidup Kita

✔️ 1. Merayakan Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Tanda Syukur

Tiap perayaan yang ditetapkan Tuhan bukanlah sekadar ritual atau pesta tahunan, melainkan wujud syukur atas karya penyelamatan dan pemeliharaan-Nya. Kita diajak melihat hidup ini sebagai anugerah, termasuk di tengah kesibukan dan tantangan.

✔️ 2. Memberi Persembahan dengan Hati yang Benar

Persembahan yang diberikan bukan hanya materi, tetapi dilakukan dengan kerendahan hati. Kurban penghapus dosa dan kurban keselamatan menunjukkan bahwa syukur harus disertai pertobatan dan kesadaran akan kasih karunia Tuhan.

✔️ 3. Kelimpahan Bukan Sekadar Materi, Tetapi Hadirnya Roh Kudus

Perayaan Pentakosta di Perjanjian Lama kemudian digenapi di Perjanjian Baru, ketika Roh Kudus dicurahkan atas para murid (Kis. 2:1-4). Ini menunjukkan bahwa kelimpahan Allah tidak terbatas pada hal-hal jasmani, tetapi terutama pada karya Roh Kudus yang memperlengkapi, menghibur, dan menuntun umat-Nya.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Apakah kita masih mampu bersyukur dalam segala hal, bahkan di tengah kesulitan?

  • Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah dan penuh syukur?

  • Sudahkah kita mengakui bahwa segala berkat adalah dari Tuhan, bukan dari kekuatan kita?

🙏 Doa Penutup

Bapa di surga, aku bersyukur atas kasih dan pemeliharaan-Mu dalam hidupku.
Ajarku untuk senantiasa mengingat bahwa setiap berkat, sekecil apa pun, berasal dari-Mu.
Bentuklah hatiku agar selalu rendah hati dalam memberi dan bersyukur, dan penuhi hidupku dengan Roh Kudus-Mu.
Di tengah berkat maupun badai, biarlah hatiku tetap memuliakan Engkau.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Bunga Uang dan Riba

 

Allah menghendaki umat-Nya hidup dengan kasih dan keadilan, terutama terhadap mereka yang lemah dan berkekurangan. Hukum Tuhan kepada bangsa Israel sangat tegas dan penuh kasih:

“Jika saudaramu jatuh miskin dan tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menopang dia...” (ay. 35).

Ini bukan sekadar empati, melainkan perintah Allah yang menunjukkan bahwa kasih sejati harus diwujudkan dalam tindakan konkret.


💡 Prinsip Firman Allah:

✔️ 1. Memberi Tanpa Mengharapkan Bunga

“Janganlah engkau mengambil bunga atau riba daripadanya…” (ay. 36–37)

Bangsa Israel dilarang memberi pinjaman kepada saudara mereka yang miskin dengan mengambil bunga atau meminta keuntungan. Mengapa? Karena itu merugikan dan memperberat beban hidup orang miskin. Ini adalah bentuk pemerasan terselubung.

Tuhan ingin umat-Nya menolong, bukan mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.

✔️ 2. Tidak Memperbudak Saudara Sendiri

“Jika saudaramu jatuh miskin dan menyerahkan dirinya kepadamu… janganlah engkau memperbudak dia” (ay. 39)

Orang yang jatuh miskin dan bekerja pada orang lain tidak boleh diperlakukan sebagai budak. Ia harus dianggap saudara dan diizinkan pulang pada Tahun Yobel (ay. 41). Ini menegaskan bahwa semua umat Allah adalah milik-Nya, bukan milik satu sama lain (ay. 42).

✔️ 3. Mengasihi Seperti Telah Dikasihi

Allah mengingatkan mereka: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir” (ay. 38, 55).
Karena Allah telah menebus mereka dari perbudakan, maka mereka tidak boleh memperbudak sesamanya. Mereka harus hidup dengan kesadaran bahwa kasih karunia Allah adalah dasar setiap relasi.


🔍 Refleksi Pribadi:

  • Apakah kita dengan mudah memberi pinjaman, tapi menyulitkan saudara kita dengan bunga atau syarat yang memberatkan?

  • Apakah kita menolong sesama dengan kasih, atau dengan maksud tersembunyi untuk keuntungan pribadi?

  • Apakah kita sudah menjadi saluran berkat atau justru menutup pintu kasih bagi orang yang kesusahan?


💬 Renungan:

Tindakan membungakan uang dan meminta riba adalah wujud ketamakan. Tuhan tidak berkenan pada hati yang serakah dan bergantung pada harta. Sebaliknya, Dia memanggil kita untuk mengasihi dengan tulus, memberi dengan rela, dan menolong dengan sukacita.

Di tengah dunia yang sering menghitung untung-rugi dalam semua hal, mari tampil berbeda. Hidup kita adalah kesempatan untuk menghadirkan suasana Yobel—suasana pembebasan, pemulihan, dan kasih Allah—bagi orang-orang di sekitar kita.


🙏 Doa Penutup:

Ya Bapa, ajar aku untuk mengasihi seperti Engkau telah lebih dahulu mengasihiku.
Bebaskan aku dari hati yang serakah, dan bukakan hatiku untuk memberi tanpa syarat.
Kiranya hidupku menjadi saluran kasih dan keadilan bagi saudara-saudaraku yang membutuhkan.
Pakailah aku untuk membawa suasana Yobel—pembebasan, kelegaan, dan pemulihan—dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Firman Tuhan : "Hak Menebus Tanah dan Rumah"

 

Allah memberikan aturan yang jelas kepada bangsa Israel mengenai kepemilikan dan penebusan tanah. Tanah bukanlah milik mutlak manusia, sebab Allah sendiri berfirman:

Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, dan kamu adalah pendatang dan orang asing bagi-Ku” (ay. 23).

Prinsip ini menunjukkan bahwa Allah adalah pemilik sejati, dan manusia hanyalah pengelola. Maka, tanah dan rumah tidak boleh diperlakukan sebagai barang dagangan bebas yang dikuasai tanpa batas.


⚖️ Prinsip-prinsip Penebusan:

1. Tanah Warisan Wajib Ditebus

Jika seseorang menjual tanah pusakanya karena kesulitan ekonomi, saudara terdekatnya wajib menebusnya (ay. 25). Jika tidak ada penebus, dan ia sendiri mampu suatu hari nanti, ia bisa menebusnya kembali dengan membayar harga yang sesuai dengan sisa tahun menuju Yobel (ay. 26–27).

Namun, jika tidak mampu, maka pada tahun Yobel, tanah itu kembali kepada pemilik semula (ay. 28). Inilah mekanisme pemulihan dan keadilan sosial dari Tuhan.

2. Rumah Berpagar dan Rumah Tidak Berpagar

  • Rumah dalam kota yang berpagar hanya bisa ditebus dalam waktu satu tahun. Lewat dari itu, rumah menjadi milik si pembeli secara permanen, bahkan saat Tahun Yobel (ay. 29–30).

  • Tetapi rumah di desa (yang tidak berpagar), diperlakukan seperti tanah ladang: bisa ditebus kapan saja dan harus dikembalikan saat Tahun Yobel (ay. 31).

Ini menunjukkan bahwa tanah pedesaan dan sumber kehidupan utama (ladang dan rumah desa) mendapat perlindungan lebih ketat dibandingkan dengan rumah di kota.


🌱 Pelajaran Iman:

✔️ 1. Kelola Harta dengan Benar

Tanah dan rumah adalah berkat Allah yang harus diurus dengan tanggung jawab. Allah menaruh kepercayaan kepada kita sebagai pengelola, bukan pemilik mutlak. Maka, mengelola dengan bijak adalah bentuk ketaatan.

✔️ 2. Jangan Tamak

Sekalipun secara hukum kita bisa “menang”, Firman Allah mengajarkan bahwa kita tidak boleh menumpuk kekayaan dengan merampas kesempatan orang lain. Ada saatnya, kita melepaskan apa yang secara duniawi bisa kita miliki, demi keadilan sosial yang lebih besar.

✔️ 3. Keadilan dan Harapan bagi yang Lemah

Aturan Yobel adalah bentuk nyata dari keadilan ilahi. Orang yang miskin dan tidak mampu punya harapan untuk mendapatkan kembali warisannya. Allah tidak membiarkan orang miskin terhimpit selamanya.


🙏 Refleksi:

  • Bagaimana saya mengelola harta milik saya—rumah, tanah, pekerjaan?

  • Apakah saya bersedia taat pada prinsip Tuhan, bahkan ketika itu menuntut saya melepaskan hak saya demi orang lain?

  • Apakah saya berani mendoakan dan membantu mereka yang tidak punya rumah, tanah, atau tempat tinggal?


🕊️ Doa Penutup:

Ya Allah, Engkaulah pemilik segala sesuatu.
Ajar aku mengelola berkat-Mu dengan bijak dan tidak serakah.
Bentuklah hati yang adil, hati yang bersedia berbagi, dan hati yang setia menjaga apa yang Engkau titipkan.
Aku berdoa bagi mereka yang belum memiliki tempat tinggal yang layak, agar mereka pun Kau cukupkan dan Kau pulihkan.

Di dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa.
Amin.

Share:

Menguduskan Tahun Kelima Puluh

 

Apakah makna dari tahun kelima puluh dalam hidup umat Allah? Dalam hukum yang diberikan kepada bangsa Israel, Allah menetapkan bahwa setiap tujuh kali tujuh tahun—yakni 49 tahun—mereka harus menguduskan tahun yang ke-50 sebagai Tahun Yobel atau tahun pembebasan (ay. 8–10).

Tahun ini bukan hanya sebuah perayaan seremoni dengan meniup sangkakala (ay. 9), tetapi sebuah tahun yang penuh pemulihan, keadilan, dan kemurahan. Tahun ini adalah pengingat bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, dan umat-Nya harus hidup dalam kasih dan keadilan.


🌿 Apa yang terjadi di Tahun Yobel?

1. Pembebasan dan Pemulangan

Semua budak dibebaskan, dan setiap orang kembali ke tanah miliknya dan kaumnya (ay. 10). Tidak ada yang boleh diperbudak seumur hidup. Ini adalah tahun pemulihan martabat manusia.

2. Pengembalian Tanah Warisan

Tanah yang dijual harus dikembalikan kepada pemilik semula. Harga tanah diukur berdasarkan jumlah tahun menuju Yobel (ay. 14–16). Artinya, tidak ada eksploitasi, dan semua orang mendapat kesempatan baru. Harta keluarga tetap terjaga di dalam komunitasnya.

3. Tanah Dibiarkan Beristirahat

Tanah tidak boleh digarap atau dituai secara komersial (ay. 11–12). Hasil yang tumbuh liar menjadi berkat bersama, khususnya bagi orang miskin, pengembara, dan mereka yang membutuhkan.


💡 Apa maknanya bagi kita hari ini?

✔️ Keadilan Sosial dan Solidaritas

Tahun Yobel mengajarkan bahwa tidak ada yang boleh terlalu kaya sehingga menguasai segalanya, dan tidak ada yang terlalu miskin sehingga kehilangan semua. Ada keseimbangan, ada pengampunan hutang, dan ada pembebasan yang nyata.

✔️ Allah Pemilik Segala Sesuatu

Tanah bukan milik manusia, tapi milik Allah (bdk. Im. 25:23). Maka hidup kita juga harus ditata dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepada-Nya.

✔️ Pemeliharaan Tuhan Terjamin

Tuhan berjanji bahwa bagi mereka yang taat, hasil panen tahun keenam akan cukup hingga tahun kesembilan (ay. 21–22). Bahkan ketika umat tidak mengolah tanah, Allah tetap mencukupkan kebutuhan mereka. Ini adalah janji pemeliharaan Ilahi bagi mereka yang mengandalkan-Nya.


🕊️ Refleksi:

  • Apakah aku bersedia taat pada prinsip Allah, bahkan ketika itu menuntut kepercayaan besar?

  • Apakah aku mempraktikkan keadilan dan kemurahan terhadap sesama?

  • Apakah aku ingat bahwa segala yang kumiliki sejatinya milik Allah?


🙏 Doa Penutup:

Ya Allah, Engkaulah pemilik hidup dan segala milikku.
Ajar aku untuk mempercayai pemeliharaan-Mu dan hidup dalam ketaatan penuh kepada firman-Mu.
Buat hatiku lembut untuk berbagi dan memberi ruang bagi sesama agar mereka pun merasakan kasih dan keadilan-Mu.

Terima kasih karena Engkau mencukupkan segala kebutuhanku, bahkan di masa yang tidak pasti.
Bentuklah hidupku menjadi saluran berkat dan pembawa pembebasan bagi orang-orang di sekitarku.

Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Pujian Paskah GKKK Tepas

 

Share:

Masa Perhentian bagi Tanah

Bisakah tanah beristirahat? Dalam hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel, terdapat satu ketetapan yang menarik: tanah pun harus mengalami masa perhentian. Selama enam tahun mereka boleh mengolah tanah, menanam dan menuai hasilnya (ay. 3). Namun, pada tahun ketujuh, Allah memerintahkan agar tanah itu dibiarkan beristirahat sebagai Sabat bagi TUHAN (ay. 4).

Apa artinya ini? Artinya, selama satu tahun penuh, bangsa Israel tidak boleh menabur atau menuai seperti biasa. Apa yang tumbuh dari ladang atau kebun anggur dibiarkan tumbuh liar, dan hasilnya bisa dimakan oleh siapa saja—budak, orang asing, orang upahan, bahkan hewan-hewan pun bebas menikmatinya (ay. 6–7). Allah ingin mengajarkan umat-Nya makna istirahat, ketergantungan, dan solidaritas.

Dari perintah ini, kita bisa belajar tiga hal penting:

1. Allah adalah Pemelihara Sejati

Walaupun tanah tidak diolah selama setahun, Allah menjamin bahwa hasil panen selama enam tahun akan cukup untuk tahun ketujuh. Ini mengajarkan bahwa sumber berkat sejati bukanlah pekerjaan kita, tetapi Allah sendiri yang mencukupkan segala kebutuhan kita.

2. Tanah adalah Milik Allah, Bukan Milik Kita

Tanah hanyalah sarana; pemilik dan sumber kehidupan yang sejati adalah Allah. Ketika kita menghentikan aktivitas untuk mematuhi perintah-Nya, kita sedang menyatakan kebergantungan dan ketaatan kepada-Nya.

3. Berbagi dengan Ciptaan Lain

Tahun Sabat adalah waktu di mana semua ciptaan—manusia, hewan, bahkan tanah—diperbolehkan menikmati apa yang tersedia secara cuma-cuma. Ini adalah gambaran keharmonisan ciptaan, di mana tidak ada yang kekurangan, dan semua saling berbagi.

💬 Refleksi:

Bagaimana hubungan kita hari ini dengan Allah dan sesama ciptaan? Sudahkah kita memberi waktu untuk beristirahat? Sudahkah kita peduli pada keberlanjutan lingkungan tempat kita bekerja dan hidup?

Sabat bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan penyembahan, antara mengambil dan memberi. Mari kita pelihara keharmonisan dengan sesama ciptaan, sebagai bentuk syukur dan ketaatan kepada Sang Pencipta.

🙏 Doa Penutup:

Terpujilah Bapa yang ada di surga.
Pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu—atas nafas kehidupan yang Engkau berikan dan penyertaan-Mu sepanjang malam.

Tuhan, hari ini aku mohonkan berkat bagi setiap Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudariku sekalian.
Kiranya berkat kesehatan, berkat sukacita, dan berkat damai sejahtera mengalir dalam hidup kami semua.

Diberkatilah rumah tanggaku, anak-anak dan cucu-cucuku. Pekerjaanku, sawah dan ladangku, usahaku, kantorku, pelangganku, studiku, dan semua rencana hidupku.

Berkatilah juga gerejaku, pelayananku, majikanku, dan calon pendampingku.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir berlimpah dalam kehidupan kami.

Saya sadar bahwa bertambahnya hari-hariku berarti bertambah juga hikmat dan kasih karunia-Mu.
Teguhkan kami dalam proses menuju keberhasilan yang Engkau tetapkan.

Yang percaya katakan bersama: AMIN!
Tuhan Yesus memberkati 🙌

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.