Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

SKALA PRIORITAS


Markus 5:21-43.
“Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia.” (ayat 21)


 Saat pandemic covid 19 semakin merajalela. Maka pemerintah menerapkan skala prioritas baik kepada pemimpin atau masyarakat dengan cara jaga jarak. Cuci tangan dan tetap tinggal di rumah belajar di rumah bekerja dari rumah ( daring) hal ini bertujuan untuk memutus rantai corona dan yang terpenting pemerintah memiliki skala prioritas yang pas dan tepat. Setiap kita harus memiliki skala prioritas.

Ketika Yesus mulai tampil melayani, Dia mendapatkan perhatian dari orang banyak. Nama-Nya menjadi sangat terkenal dan banyak orang yang berbondong-bondong sampai berdesak-desakan hanya untuk melihat dan mendengarkan pengajaran-Nya. Di tengah-tengah pengaruh-Nya yang sangat luar biasa itu tentu Dia menjadi super sibuk. Namun Dia memiliki skala prioritas yang sangat terpuji di mana Dia mendasarinya dengan kasih. Apakah skala prioritas-Nya dalam perikop di atas?
Yang pertama: Memprioritaskan manusia daripada pamor diri
       Dia lebih memilih untuk mempedulikan manusia daripada puja-puji orang-orang di sekitarnya. Hal itu terlihat ketika Yairus datang tersungkur di kaki-Nya memohon belaskasihan-Nya agar Dia menyembuhkan anaknya yang sedang sekarat (ayat 22-23). Dia tidak menghitung untung ruginya karena Dia melihat bahwa manusia lebih perlu ditolong dibanding dengan semarak orang-orang yang mengelu-elukan-Nya. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan perempuan yang sakit perdarahan itu. Di tengah-tengah desakan orang yang mengikuti Yesus, Dia masih menyempatkan diri untuk meneguhkan perempuan itu agar sembuh dari sakitnya. Yesus berhenti memberitakan perhatian khusus kepada perempuan itu (ayat 30).

Yang kedua. Allah lebih memprioritaskan kita dibanding dengan apa saja dalam dunia ini
       Dia rela meninggalkan kemuliaan-Nya di sorga hanya untuk manusia. Kalau Allah sudah memprioritaskan kita sudah sepatutnya juga kita memprioritaskan Allah dalam hidup ini dibanding dengan yang lain (band.Matius 10:37). Ingatlah ketika kita memprioritaskan Tuhan itu adalah demi kepentingan kita sebagaimana ketika Allah memprioritaskan kita. Sebenarnya yang untung adalah kita. Jadi biarkan Allah menjadi prioritas yang utama dalam hidup Anda
            Oleh karena itu, milikilah skala prioritas di mana Allah memiliki urutan yang pertama dalam kehidupan Anda seperti Dia telah menempatkan Anda (sebagai manusia) menjadi prioritas utama dalam rencana-Nya yang agung. Apapun kebaikan yang Anda harapkan, kerjakan dan lakukan, apapun pencapaian hidup yang kelak berhasil Anda raih, biarlah Allah diagungkan sebagai wujud nyata bahwa Anda menjadikan Dia yang utama dalam kehidupan Anda. Seperti Dia telah menempatkan Anda menjadi yang terpenting, biarlah dalam hidup Anda juga Allah menjadi yang terutama. (MS)
Seperti Dia telah menempatkan Anda menjadi yang terpenting, biarlah dalam hidup Anda juga Allah menjadi yang terutama.

DOA:  Ya Tuhan berikan hamba serta umatmu miliki waktu dan kesempatan yang dapat aku gunakan buat malayani orang lain dengan kasih dan anugerahMu.
Share:

Yesuslah jawaban setiap persoalan


Markus 6:34 (TB)  Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal
Ketika kita di perhadapkan dengan pandemic covid 19.  Satu hal yang terus menakuti kita adalah sakit dan  kematian tiba tiba. Sehingga kita menjadi takabur dan takut. Oleh iman kepada Yesus orang kristen harus tetap percaya kepada Tuhan bahwa ada jawaban yang terbaik disaat ini.

 Pelayanan Yesus dan murid-muridNya terus berlanjut hingga mereka sampai di Genesareth  dan berlabuh di sana. Genesareth adalah sebuah dataran subur di sisi Barat Danau Galilea. Mendengar dan mengetahui Yesus ada di Genesaret maka orang banyak datang dan membawa oang-orang yang sakit untuk disembuhkan. Orang Genesaret mengenal Yesus dan mereka berlari-lari untuk bertemu dengan Dia. Terjadi hal yang luar biasa di seluruh Genesaret, ada kehebohan dimana-mana. Kemana Yesus pergi selalu dikerumuni dan begitu kuatnya iman mereka untuk melihat Yesus. Hal itu terlihat disetiap jalanan dan pasar-pasar yang dilewati Yesus, di setiap kampung dan kota  orang-orang sakit diletakkan dan diberitakan bahwa orang Genesaret mengimani bahwa kuasa kesembuhan itu ada dalam segenap diri Yesus bahkan apa yang melekat dalam tubuhNya dapat menyembuhkan mereka. Demikian besarnya pengenalan itu sehingga ada kerinduan dari permohonan  untuk diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah Yesus supaya diperkenankan, hal itu terjadi karena mereka percaya dan tahu bahwa dengan menjamah jumbai jubahNya pun orang akan  mendapat kesembuhan.  Begitu besarnya daya tarik yang ada dalam diri Yesus sehingga kemana saja Ia pergi selalu diikuti dan dicari.

Apa perenungan kita Pengenalan dan iman percaya menjadi kunci terjadinya kesembuhan-kesembuhan di Genesaret. Orang Genesaret menerima bahkan mencari-cari Yesus sehingga membuat kota dan desa mengalami banyak mujizat. Pentingnya sikap hati dan iman seperti itu kita miliki  dalam hidup kita sehingga apapun persoalan masalah kita di dalam Yesus ada jawaban.  Orang Genesaret mengimani segenap Diri Yesus dan yang melekat dalam tubuhNya punya kuasa sehingga mereka yakin dan percaya jika itu saja mereka jamah dan sentuh akan memberikan kesembuhan. Tentu Kuasa Yesus dulu sekarang dan sampai selamalamanya tidak pernah berkurang dan belas kasihanNya senantiasa bergerak untuk mengasihi kita. Mari terus menerus membuka hati, beriman kepadaNya maka kita akan mengalami kuasaNya yang ajaib dan dahsyat.

DOA.Tuhan Yesus yang baik ajarilah hamba untuk selalu mencari Mu dalam setiap pergumulan yang terjadi ini. Dan jawabanmu hanyalah yang terbaik. Amin
Share:

MENJADI PEMENANG


“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan; roh memang penurut tetapi daging lemah” (Matius 26 : 41)

Setelah kita percaya Tuhan Yesus dan  telah diselamatkan, bukan berarti jalan hidup kita akan menjadi mulus dan tidak ada lagi pencobaan, tetapi justru kita mulai memasuki medan peperangan rohani yang dahsyat. Dan peperangan tersebut dapat dimenangkan atau tidak bukan ditentukan di  medan peperangannya, melainkan ditentukan oleh pergumulan kita dengan Tuhan di dalam DOA. Sikap apakah yang diperlukan dalam memenangkan pergumulan itu?

Berjaga-jagalah dalam doa                          
            Kata berjaga berarti selalu waspada, siap sedia, dan dalam posisi yang siaga dalam sebuah peperangan. Tentu sikap ini bukanlah dalam bentuk lahiriah, tetapi di dalam doa karena di sanalah peperangan kita yang sesungguhnya. Sungguh indah teladan yang diberikan Yesus bagi kita, di mana dalam menghadapi tekanan dan penderitaan, Ia sujud dan berdoa (ayat 39). Mengapa kita harus berjaga-jaga di dalam berdoa?Pertama adalah karena ada kalanya dalam hidup ini kita diperhadapkan kepada suatu kesedihan atau luka hati, seperti yang dialami Yesus (ayat  37). Kedua, suatu tekanan hidup yang sangat berat menjadikan seseorang bisa bunuh diri (ayat 38). Ketiga, karena diperhadapakan kepada pencobaan (ayat 41). Keempat,  kita ini sangat lemah membutuhkan pertolongan Tuhan (ayat 41).

Berjalan dalam kehendak Allah

            Yesus memperoleh 3 kali kesempatan memohon kepada Bapa agar cawan itu dapat berlalu dari-Nya. (ayat 39 , 42 , 44) Tetapi di kesempatan yang terakhir ia memohon agar “jadilah kehendak-Mu”.  Artinya Yesus menaruh kehendak Allah jadi atas kehidupan-Nya. Dan ketika Yesus taat kepada kehendak Bapa, maka Ia berjalan keluar dari taman Getsemani dengan “langkah kemenangan”. Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Mari, berjalan dan letakkan apa yang menjadi milik kita sesuai kehendak-Nya dengan ketaatan. Yesus melangkah masuk dalam kehendak dan rencana Allah, walau dalam kenyataannya Ia harus disiksa, dicerca dan disalibkan, tetapi Ia rela jalankan semua itu karena ketaatan-Nya kepada kehendak Allah. Yesus tidak lari dari penangkapan, karena peperangan rohani sudah Ia menangkan lewat ketaatan pada kehendak Bapa.(MS)
Yesus tidak lari dari penangkapan, karena peperangan rohani sudah Ia menangkan lewat ketaatan pada kehendak Bapa

Ya Tuhan ajari kami untuk selalu berjaga jaga dengan doa serta berjalan dalam kehendakmu. Amin
Share:

Di Mana Tuhan, Allahmu?


Bilangan 9:15-23

Mencari tuntunan Tuhan adalah topik diskusi yang tidak pernah lekang oleh waktu. Kali ini kita akan belajar dari pengalaman orang Israel.

Setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel mengembara di padang gurun. Selama perjalanan, Tuhan menuntun mereka dengan dua cara. Pertama, Kemah Suci sebagai lambang kehadiran Tuhan (Bil 1:47-53). Kedua, Tiang Awan (saat siang) dan Tiang Api (saat malam) sebagai wujud penyertaan Tuhan (Bil 9:15-16). Kapan pun Tiang Awan bergerak, bangsa Israel pun mulai berjalan. Jika Tiang Awan berhenti, bangsa Israel akan diam untuk berkemah (17-19).

Kehadiran dan penyertaan Tuhan merupakan bukti dari janji Allah kepada Musa yang akan menuntun bangsa Israel dalam perjalanan mereka ke Tanah Perjanjian. Bangsa Israel perlu belajar untuk melepaskan semua ikatan dan ketergantungan kepada Mesir. Itulah sebabnya perjalanan di padang gurun diperlukan untuk menggembleng iman mereka.

Tiang awan menunjukkan bahwa Tuhanlah yang membawa mereka keluar dari Mesir. Ia tidak hanya menjanjikan Tanah Perjanjian, tetapi juga menyertai dan melindungi mereka secara langsung.

Agama memang mengajarkan bagaimana cara manusia menjangkau Allah. Namun, konsep ini tidak ada dalam kekristenan. Alkitab menegaskan bahwa Allahlah yang berinisiatif hadir dan terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Tuhan hadir dalam setiap bagian kehidupan umat-Nya. Ia tidak hanya jauh “di sana” (transenden), tetapi juga hadiri “di sini” (imanen) dalam realitas pergumulan konkret manusia. Tuhan Yesus Kristus akan senantiasa menyertai kita (Mat 1:23; 28:20).

Penyertaan Allah bukan sebuah target yang harus diraih atau dikejar. Penyertaan-Nya adalah relasi yang perlu terus dipelihara melalui iman. Tuhan Yesus menjadi bukti nyata kehadiran dan keterlibatan Allah dalam hidup kita (Yoh 1:18). Kita perlu memohon kepada Tuhan untuk menyingkapkan mata rohani kita agar kita dapat melihat penyertaan dan tuntunan-Nya di setiap langkah kita dan dalam setiap detik kehidupan kita. [IBS]
Share:

SAKIT KARENA ROH JAHAT


Markus 9:14-29

Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (ayat9:23-24)




            Setelah pengalaman kemuliaan yang luar biasa, Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain. Banyak orang berkerumun di sekitar para murid. Nampaknya ada sesuatu yang membuat penasaran. Melihat Yesus, mereka tercengang, mungkin wajah-Nya masih memancarkan kemuliaan Allah. Ini adalah gambaran yang sangat menarik dari kehidupan Yesus. Ia meninggalkan kemuliaan masuk dalam kehidupan manusia yang kacau, rusak dan berdosa.
Yesus datang tepat waktu
Ketika para murid tidak tahu lagi bagaimana harus menolong orang yang sakit karena roh jahat tersebut, Yesus datang kepada mereka. Demikian juga ketika kita berusaha mengatasi masalah kita, termasuk ketika kita melayani orang lain, dan bingung harus bagaimana lagi atau bahkan sudah mulai putus asa, Tuhan tetap menjadi harapan yang tidak akan pudar. Dia datang dan menolong kita tepat waktu.
Yesus mencari iman kita
            Seorang dari orang banyak itu menceritakan tentang anak yang bisu karena dirasuk roh jahat dan bagaimana roh jahat tersebut menyiksa bahkan akan membunuh anak tersebut. Apa tanggapan Yesus atas cerita ini? Yesus menegur ketidakpercayaan mereka dan kemudian di ayat 23 Yesus berkata, “Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.” Berarti mujizat itu mengalir dari hati yang percaya kepada Yesus. Inilah yang dicari Yesus. Dan ayah anak tersebut langsung mempercayai perkataan Yesus.
Yesus berkuasa atas setan
            Begitu mendengar ayah anak tersebut berkata, "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Maka Yesus langsung meresponinya. Yesus memerintahkan roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli keluar dari anak itu, seketika itu juga roh itu keluar dan anak itu menjadi sembuh. Dari cerita ini kita tahu, bahwa setan bisa membuat orang menjadi sakit, cacat atau tersiksa, tetapi harapan selalu ada sebab kuasa Yesus lebih besar dibandingkan dengan kuasa setan atau roh jahat apapun. Bahkan ribuan roh jahat yang merasuki orang di Gerasapun tunduk di bawah kuasa Yesus (5:6-9).(HTB)
Ada tiga hal yang perlu kita renungkan dalam hidup kita saat mengalami hidup dalam ketakutan dan karena Roh jahat seperti corona ini.
1.Yesus Datang tepat waktu
2.Yesus mencari iman kita
3.Yesus berkuasa atas setan.
harapan selalu ada sebab kuasa Yesus lebih besar dibandingkan dengan kuasa setan atau roh jahat apapun.Amin

Doa: Tuhan Yesus kami datang kepadamu menyerahkan segala kehidupanku yang karena roh jahat sehingga merampas kehidupan. Aku serahkan dalam nama Yesus. amin.
Share:

SEDIKIT YANG TERPILIH


Matius 22:1-14
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14)


Dalam situasi ini pandemik covid 19 banyak dampak yang terjadi di dalam kehidupan kita. Misal pemutusan kerja atau phk akan banyak terjadi bagi karyawan. Perusahaan gulung tikar dan sepinya pembeli juga banyak pengangguran dan akhirnya ekonomi ambruk. Ibarat saat ini sedang mengalami pemilihan baru lagi.  Apakah semua akan terpilih tentu tidak. Firman Tuhan sudah mengatakan sedikit yang dipilih.
            Melalui bacaan Alkitab kita hari ini, Yesus kembali memberikan perumpamaan kepada para Imam dan orang farisi, yaitu perumpamaan tentang perjamuan kawin ini. Perumpamaan ini memiliki banyak persamaan dengan perumpamaan sebelumnya, yaitu perumpamaan tentang penggarap kebun anggur.

            Perjamuan kawin memberikan gambaran tentang perjamuan Mesias, dimana undangan diberikan dua kali.  Orang-orang yang menerima undangan pertama mengabaikannya dengan alasan mereka sedang sibuk bekerja. Undangan kedua diberikan kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerimanya, tetapi justru orang-orang inilah yang meresponinya dan datang di perjamuan tersebut.

            Dari perumpamaan ini kita bisa belajar dua hal:

Panggilan Allah membutuhkan tanggapan manusia

Injil Yesus Kristus adalah undangan dari surga kepada manusia. Pertama kepada orang-orang Yahudi dan kemudian kepada bangsa-bangsa lain. Undangan ini membutuhkan tanggapan manusia dan ada batas waktunya. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia (Roma  1:16). Orang yang menolak Injil berarti menolak untuk menerima anugerah keselamatan dari Allah, maka mereka akan menerima murka Allah.

Panggilan Allah merupakan kasih karunia kepada manusia

Para imam dan orang Farisi adalah orang Yahudi yang sebenarnya sudah menerima undangan tersebut tetapi mereka mengeraskan hati menolaknya. Maka undangan keselamatan tersebut akhirnya bergerak kepada bangsa-bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk dalam perjanjian dengan Allah. Bagian ini sangat penting kita perhatikan: kita adalah bagian dari orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerima undangan keselamatan tersebut tetapi karena kasih karunia-Nya kita dilayakkan untuk mendengar dan beriman kepada berita Injil, bisa percaya kepada Yesus Kristus.

            Oleh sebab  itu kita perlu terus-menerus mensyukuri hidup kita yang sudah dipanggil dan diselamatkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Wujud rasa syukur terbaik adalah dengan menanggalkan baju lama dan mengenakan baju baru yang telah disediakan Allah untuk merayakan perjamuan Mesias. Meninggalkan hidup lama yang berdosa dan memakai hidup yang baru dalam kebenaran dan kekudusan adalah bukti nyata kita menghormati Allah Yang Maha Kudus yang telah mengundang kita dalam pesta-Nya. (HTB)

kita perlu terus-menerus mensyukuri hidup kita yang sudah dipanggil dan diselamatkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus

Doa. Bapa yang mengasihi kami aku berdoa berikan kekuatan dan masa depan bagi yang mengalami phk. Sertai kami semua menjadi orang pilihan Mu amin.
Share:

Persembahan bagi Pekerjaan Tuhan



Bilangan 7


Hal yang menarik dari pasal ini adalah pemberian persembahan dari semua suku di Israel pada hari pengurapan dan pengudusan Kemah Suci. Semua suku memberi sesuai dengan apa yang sudah diatur agar pekerjaan Tuhan di Kemah Suci dapat terlaksana. Selain itu, persembahan juga diberikan pada saat perayaan penahbisan mazbah, yaitu berupa peralatan yang dipergunakan di mazbah Tuhan. Dengan persembahan tersebut, segala kelengkapan pelayanan ibadah dan segala yang diperlukan oleh para pelayan ibadah terpenuhi dengan baik. Semua itu tentu juga akan mendatangkan kebaikan bagi umat dalam melaksanakan ibadah.

Dari nas ini kita belajar bahwa Tuhan menghendaki kita agar terlibat dalam pelayanan. Keterlibatan itu perlu diatur dengan baik, jelas, dan transparan. Dengan begitu, umat dapat mempersembahkan miliknya dengan sukacita.

Dalam konteks masa kini, ada banyak pekerjaan Tuhan yang membutuhkan keterlibatan kita. Ada yang terkait dengan peribadahan, sosial ekonomi, pendidikan, kerukunan antar umat beragama, dan sebagainya. Pelayanan tersebut bisa dikerjakan oleh umat agar tanda-tanda Kerajaan Allah semakin terwujud dalam kehidupan bersama. Tentu saja, pelayanan ini tidak hanya dilakukan oleh gereja. Siapa pun yang bersedia mempersembahkan diri bagi Tuhan bisa terlibat. Misalnya, Pusat Rehabilitasi Yakkum di Yogyakarta yang didirikan untuk menolong penyandang disabilitas fisik yang ada di Indonesia.

Marilah kita memohon kepada Tuhan agar kita diberi kepekaan untuk melihat betapa luasnya cakupan pekerjaan Tuhan di dunia ini. Kita juga memohon hikmat-Nya untuk dapat merintis dan terus mengerjakan pelbagai pekerjaan tersebut bagi keutuhan ciptaan dan kemuliaan-Nya. Kita memohon ampun karena kita sering kali hanya berkutat pada keegoisan diri.

Melalui nas ini kita diajak untuk keluar dari zona nyaman yang menahun dan menjadi berkat bagi sesama. Bersediakah kita? Maukah kita terlibat dalam pekerjaan Tuhan di dunia ini? [MTH]

DOA. Tuhan ajari kami untuk peduli serta peka  dengan pekerjaanmu. Amin
Share:

KESAKRALAN KELUARGA


Markus 10:1-16   

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. [ayat 15]

     Bagaimana keadaan keluarga anda, dimasa pandemic covid 19 ini. Masih adakah kebahagiaan dan ke harmonisan disaat pekerjaan sulit.. atau mungkin sedang mengalami phk dan juga sepinya pembeli dan pengunjung. Masih bisakah keluarga anda menjadi berkat bagi orang lain dengan kesakralannya.
            Dalam pelayanan-Nya Yesus selalu mendapatkan perlawanan dari orang-orang Farisi yang munafik dan cemburu dengan popularitas [pengaruh] Yesus yang semakin meluas. Bacaan Alkitab kita hari ini merupakan jawaban Yesus yang lugas kepada orang-orang Farisi yang sedang menjerat dan berusaha menjatuhkan Yesus melalui pertanyaan tentang masalah perceraian. Pada masa itu ada dua kelompok yang memiliki pendapat yang saling bertentangan tentang perceraian. Ada satu guru agama yang sangat berpengaruh yang bernama Hillel, yang mengajarkan bahwa seorang laki-laki diperbolehkan menceraikan istrinya dengan alasan yang kecil sekalipun. Demikian juga dalam kehidupan masyarakat Romawi di masa itu sangat bobrok sehingga menceraikan istri itu dianggap sesuatu yang biasa saja.
            Yesus tidak secara langsung menjawab pertanyaan orang Farisi ini, tetapi balik bertanya, "Apa perintah Musa kepada kamu?" Yesus menunjuk kepada Taurat yang diajarkan Musa karena orang Farisi menghormati Musa dan apa yang diajarkannya. Orang Farisi menjawab, bahwa Musa mengijinkannya orang memberikan surat cerai seperti yang tertulis di Ulangan 21:1-4. Bagaimana kemudian Yesus menanggapinya? Ada tiga poin penting yang disampaikan Yesus:
            Pertama, Musa menginjinkan perceraian bukan sebagai perintah/kehendak Allajh tetapi karena kekerasan hati dan dosa manusia.
            Kedua, Allah menetapkan pernikahan agar laki-laki dan perempuan menjadi satu bukan untuk bercerai.
            Ketiga, pernikahan adalah kesatuan yang sakral yang bertujuan untuk menggenapi rencana Allah di dunia.
            Jadi, perceraian bukanlah jalan keluar atas masalah yang terjadi dalam pernikahan. Bagi orang Kristen, setiap masalah yang terjadi dalam pernikahan dilihat sebagai penghalang kesatuan yang harus diatasi di dalam kebenaran dan kuasa Allah. Bukan pernikahannya yang dihancurkan tetapi penghalangnya yang harus disingkirkan.
                        Beralih dari soal perceraian, Yesus mengajarkan pentingnya orang tua mendidik anak-anaknya di jalan Allah dan memastikan mereka mendapatkan berkat-Nya. Anak-anak itu memiliki hati yang lemah lembut untuk diajar dan untuk mengalami kehadiran Tuhan, maka setiap orang tua harus mengajarkan iman kepada anak-anaknya sejak kecil. Kelembutan hati seorang anak secara rohani bahkan dipakai Tuhan sebagai gambaran bagaimana seharusnya hati orang dewasa dalam menyambut Dia. (HTB)
Bagi orang Kristen, setiap masalah yang terjadi dalam pernikahan dilihat sebagai penghalang kesatuan yang harus diatasi             
Share:

Permasalahan Sepele



Bilangan 5:11-31

Saat kita pacaran dulu pernah ada perasaan cemburu bukan. Saat berumah tangga ketika ada anak baik laki atau perempuan kita juga perbah cemburu, di saat anak cewek dekat dengan ayah cowok dekat  ibu. Perasaan cemburu ini mulai ada di saat anak menginjak remaja. Hal sepele namun merusak hati dan jiwa. Lalu apa hubungannya dengan renungan kita hari ini.

Kita mungkin terhenyak ketika membaca nas ini karena Alkitab berbicara tentang hukum mengenai perkara cemburuan. Di situ dituturkan tentang apa yang mesti dilakukan ketika seseorang sedang cemburu. Hukum ini ditetapkan di tengah konteks umat Israel setelah keluar dari perbudakan di Mesir. Hukum yang sangat patriarkis karena hanya melihat kesalahan dari sisi perempuan.

Dari nas ini, kita belajar satu hal bahwa menyelesaikan perkara cemburuan sangat penting. Perkara ini diselesaikan bukan hanya oleh kedua belah pihak, tetapi juga melalui prosesi keagamaan.

Proses ini serius karena penyelesaian perkara tersebut tidak hanya berdampak pada ketenteraman hidup sepasang suami istri, tetapi juga anak dan keluarga besar.

Pada saat itu, tampaknya seorang laki-laki bisa main hakim sendiri terhadap istrinya. Ia bisa memukuli, bahkan membunuh istrinya karena cemburu. Demi menghindari situasi tersebut, hukum tentang perkara cemburuan ini muncul.

Dalam konteks masa kini, hukum ini mendobrak pemahaman kita selama ini yang beranggapan bahwa cemburu adalah hal kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan. Nas ini mengajak kita agar menyelesaikan perkara kecil atau sepele agar tidak menjadi besar. Penyelesaiannya pun harus melibatkan aspek religius. Artinya, Tuhan dilibatkan dalam proses penyelesaian.

Penyelesaian terhadap persoalan cemburuan dalam tingkat tertentu sering kali membutuhkan mediator. Tugasnya untuk mempertemukan kedua pihak yang sedang bersengketa. Dalam hal ini, pelayan Tuhan di gereja bisa diharapkan membantu untuk menemukan jalan keluar.

Marilah kita bertekad untuk tidak mengabaikan persoalan yang sering kali dipandang wajar, sepele, atau kecil. Kita mesti menyelesaikan persoalannya sedini mungkin. Penyelesaiannya pun tidak hanya secara manusiawi, tetapi juga religius agar persoalan itu tidak semakin parah. Juga, walaupun suatu perkara adalah sepele, penyelesaiannya harus dengan sikap bijaksana. [MTH]

Doa: Ya Tuhan Allah bapa yang mengasihi kami. Berikan hamba juga jemaatmu hati yang sanggup dan dapat mengampuni serta menyelesaikan hal yang sepele bersama Tuhan, Supaya ada kebijaksanaan. Amin.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.