Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tetapi Jangan Sekarang!

Zakharia 5:5-11

sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.
- Mazmur 103:12

Sebagaimana penglihatan keempat paralel dengan penglihatan kelima, dan penglihatan ketiga dengan keenam, demikian pula penglihatan yang kita baca hari ini paralel dengan penglihatan kedua. Jika penglihatan kedua berbicara tentang lingkaran dosa yang akan Tuhan putuskan, penglihatan ini seolah melanjutkan dengan mengisahkan bahwa dosa-dosa ini akan dibuang jauh-jauh dari umat-Nya.
Perempuan dalam gantang menggambarkan kejahatan dan kefasikan umat Tuhan. Ia dibawa ke tanah Sinear, yakni salah satu kota besar di Babel. Para ahli biblika berbeda pendapat soal bagaimana menafsirkan penglihatan ini. Ada yang mengatakan bahwa untuk menghilangkan kefasikan, Tuhan harus menghukum umat-Nya dahulu dengan cara membuang mereka ke tanah Babel. Yang lain mengatakan bahwa karena Sinear adalah tempat penyembahan berhala, dan berhala-berhala adalah setan-setan, maka penglihatan ini mengenai Tuhan yang mengembalikan dosa kepada sumbernya. Ada pula yang menafsirkan bahwa Tuhan membuang dosa dan kejahatan jauh-jauh dari umat-Nya secara permanen, oleh karena itulah perempuan tersebut diberi rumah.
Apa pun penafsirannya, poinnya adalah bahwa Tuhan tidak ingin umat-Nya hidup berdampingan dengan dosa. Sayang sekali, seringkali yang ingin hidup berdampingan dengan dosa adalah umat-Nya sendiri! Saya jadi ingat doa Bapa Gereja Agustinus ketika masih bergumul dengan dosa seksualnya, berikan kepadaku kesucian seksual dan penguasaan diri, tetapi jangan sekarang! (give me chastity and continence, but not yet!)
Kita semua punya dosa-dosa favorit yang tidak rela kita lepaskan. Apakah itu dosa seksual, seperti Bapa Gereja Agustinus, atau hal-hal lain yang membawa nikmat kini tetapi laknat di masa depan. Berjudi, hidup foya-foya, menghabis-habiskan waktu, kemalasan, memeras mereka yang secara status berada di bawah kita, menghina orang, berbohong, menipu rekan bisnis, bersungut-sungut, dan sebagainya. Tuhan rindu menjauhkan semua ini dari hidup kita. Namun, kita sendiri harus mau berubah dan berhenti mengatakan, “Tetapi jangan sekarang, Tuhan!”
Mintalah kekuatan dari Penebus kita, Tuhan Yesus, untuk mengambil komitmen tidak melakukan dosa favorit Anda hari ini. Jika Anda berhasil, bersyukurlah dan lanjutkan komitmen Anda seterusnya mulai esok hari. Jika Anda gagal, mohon ampun kepada-Nya dan jangan putus asa. Tuhan pasti akan menjauhkan Anda dari dosa Anda.
Refleksi Diri:
Apa dosa-dosa favorit yang Anda nikmati ketika melakukannya? Apakah Anda sudah meminta Tuhan untuk menjauhkan dosa-dosa tersebut?
Apa komitmen yang bisa Anda lakukan untuk berhenti melakukannya?
"
Share:

Pencuri Dalam Rumah

Zakharia 5:1-4
Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi.
- 1 Petrus 4:17a

Beberapa hari yang lalu, kita merenungkan penglihatan tentang Yerusalem yang tidak bertembok (Zak. 2:1-5). Seolah menjadi kelanjutan bagian tersebut, penglihatan yang keenam ini paralel dengan bagian tersebut.
Jika pada penglihatan ketiga kita belajar mengenai Tuhan yang akan melindungi umat-Nya dari luar, kini kita membaca mengenai Tuhan yang akan melindungi umat-Nya dari dalam. Gulungan kitab menggambarkan firman dan ketetapan-ketetapan yang Tuhan telah berikan bagi umat-Nya, sekaligus peringatan akan hukuman yang akan menimpa mereka yang sudah mengetahui kebenaran, tetapi tetap melanggar. Mengapa masih perlu ada peringatan akan penghukuman? Karena rupanya di dalam kumpulan orang-orang yang mengaku percaya pada Tuhan pun, masih ada musuh dalam selimut! Mereka digambarkan dalam penglihatan ini sebagai pencuri.
Ahh, yang benar? Mana mungkin ada orang-orang seperti ini di gereja? Jangan terlalu naif. Sekadar peringatan saja, banyak orang yang berada di dalam gereja, tetapi sebenarnya membenci gereja, entah secara sadar maupun tidak. Mereka yang memecah-belah gereja, yang bisanya hanya mengkritik dan menjelek-jelekkan gereja, bahkan yang merasa gereja tidak akan berjalan jika mereka tidak ada. Mereka-mereka inilah yang dikatakan “pencuri”.
Seorang hamba Tuhan pernah mengatakan kepada saya bahwa ia berencana menulis buku berjudul “dibohongi gereja” yang berisi kesaksian tentang kepahitan-kepahitan yang dialaminya selama berjemaat dan melayani sebagai hamba Tuhan gereja. Saya tahu ia tidak sedang bercanda. Kebodohan saya pada waktu itu adalah tidak menegurnya. Saya hanya mengatakan, “Tidak semua gereja seperti itu.” Seharusnya saya mengingatkan bahwa ia adalah hamba Tuhan yang harus mencintai gereja. Jika melihat ada kekurangan dalam gereja, kita seharusnya mempelajari lebih dalam mengapa kekurangan tersebut terjadi, sekaligus berusaha memperbaikinya.
Tidak ada gereja yang sempurna. Inilah mengapa penglihatan keenam ini diberikan. Selama masih di bumi, lalang masih tumbuh bersama gandum (Mat. 13:24-30). Jangan-jangan kita yang merasa dikelilingi terlalu banyak lalang di gereja, lantas menjelek-jelekkan dan memecah-belah tubuh Kristus yang dikasihi-Nya, justru adalah lalang-lalang itu sendiri. Jika iya, segeralah bertobat. Penglihatan ini berbicara tentang kita, para “pencuri” di rumah Tuhan yang masih bebas dari hukuman.
Refleksi Diri:

Apakah Anda memiliki pengalaman-pengalaman pahit selama bergereja? Mengapa pengalaman tersebut terjadi? Apakah semata-mata karena kesalahan orang lain ataukah Anda memiliki andil di dalamnya?
Bagaimana selama ini cara Anda mengkritik gereja tempat Anda berjemaat? Apakah Anda sudah memberikan andil membangun gereja dari kritikan Anda?
"
Share:

MENGURAI KECEMASAN

Matius 26:36-46

Kecemasan adalah bentuk emosi yang bisa dirasakan oleh siapa pun, biasanya ditandai dengan perasaan tidak nyaman, takut, dan gelisah. Yesus sendiri pernah merasakan kecemasan yang begitu dahsyat. Di Bukit Zaitun, hati Yesus begitu sedih. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tentu saja Yesus cemas. Kecemasan Yesus rupa-rupanya tersingkap dalam kata-kata dan tindakan-Nya menjelang detik-detik penangkapan-Nya. Dengan merebahkan diri ke tanah Yesus berdoa, “Ambillah cawan ini dari-Ku!”. Sampai tiga kali Yesus memohon agar penderitaan itu dilalukan. Ia berdoa sampai peluh-Nya menetes menjadi seperti titik-titik darah. Alkitab memberitahu keadaan Yesus dalam menghadapinya, yaitu berdoa dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (Ibrani 5:7). Di taman Getsemani itu, kenyataan bak bom waktu yang berdetak begitu kencang. Tetapi melalui doa itulah Yesus menjadi kuat. 
Dalam menghadapi kecemasan-Nya, kita melihat bahwa cara Yesus merespon penderitaan ternyata tak jauh berbeda dengan cara kita merespon. Yesus takut dan ingin penderitaan itu disingkirkan. Kita dibuat mengerti bahwa kecemasan harus diuraikan. Jika pada umumnya kita dilatih untuk meniadakan kecemasan, tetapi dari Yesus kita belajar untuk menyingkapkan kecemasan di dalam doa, bila perlu dengan ratap tangis dan keluhan. Karena setelah kecemasan itu diungkapkan, Yesus benar-benar menjadi siap menghadapi kenyataan, sekalipun doanya tidak didengarkan, sekalipun cambuk, mahkota duri, salib yang kasar telah menanti-Nya, dan Bapa-Nya berpaling dari-Nya. Sebagai manusia, salah satu hal yang harus kita terima dalam hidup adalah tak selamanya apa yang kita harap menjadi kenyataan. Itu sebabnya dibutuhkan mental yang kuat untuk menghadapi kenyataan. Namun yang pasti adalah Tuhan melimpahkan kekuatan kepada kita yang berteriak meminta tolong kepada-Nya. Dengan begitu, kita dapat mengurai kecemasan. 
REFLEKSI DIRI 
1. Kecemasan apa yang Anda alami saat-saat ini? Jika ada hal-hal yang mencemaskan, apa yang biasa Anda lakukan untuk mengatasinya? 
2. Melalui kebenaran firman Tuhan hari ini, bagaimana seharusnya respon kita terhadap hal-hal yang mencemaskan?
YANG HARUS DILAKUKAN
Belajarlah menyingkapkan kecemasan Anda di dalam doa, bila perlu dengan ratap tangis dan keluhan kepada-Nya. Percayalah Anda akan beroleh kekuatan.
POKOK DOA
Bapa, belakangan ini aku sedang takut dan cemas akan hal … (sebutkan). Jika mungkin ya Bapa, aku ingin ini dilalukan, tetapi biarlah kehendak-Mu yang jadi di dalam hidupku. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Kecemasan adalah pintu pertemuan bagi hati kita dan hati Tuhan.
Share:

PERTARUNGAN SEUMUR HIDUP

BACAAN ALKITAB HARI INI
Galatia 5:16-25

Kita semua yang percaya kepada Kristus memiliki Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita. Namun selama kita hidup di bumi ini, kita tak hanya memiliki Roh Kudus, kita juga memiliki daging yang masih bersama kita dengan segala keinginannya untuk memuaskan diri kita sendiri. Seperti kata Pendeta J.C. Ryle, bahwa anak Tuhan memiliki dua tanda besar dalam dirinya, ia mungkin dikenal dengan peperangan batinnya, dan juga dengan kedamaian batinnya. Hidup ini menjadi arena pertarungan terus menerus antara keinginan untuk melakukan segala sesuatu dengan cara kita atau dengan cara Kristus.
Ketika Paulus mengingatkan jemaat di Efesus, kita membaca ada pilihan yang saling bertentangan, yaitu mabuk oleh anggur atau penuh dengan Roh (Efesus 5:18). Kata “penuh” sama dengan diarahkan atau dikendalikan oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging. Kita harus tahu bahwa Roh Kudus memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari sifat lama kita. Memilih untuk mendengar dan mengikuti pimpinan-Nya akan selalu menjadi pilihan yang tepat. Sama seperti ketika kita baru pertama kali belajar menyetir, pasti tidak ada dari kita yang bertindak semaunya, kita akan sangat berhati-hati memperhatikan dan mengikuti instruksi dari pelatih kita, kita menyetir dengan pelan karena tahu risikonya besar. Begitu pula kehidupan seseorang yang dikendalikan Roh, mereka akan berhati-hati dan tunduk pada pimpinan-Nya. Sebab firman Tuhan ingatkan risiko orang-orang bebal yang membiarkan dirinya dikuasai keinginan daging, yaitu tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Ini serius, jangan lagi bermain-main dengan hal-hal yang cabul, sikap yang kotor dan tidak patut, mencintai barang-barang berlebihan, bermusuhan, sirik, cepat marah, suka menghasut, pesta pora serta mabuk-mabukan. Atau perbuatan daging yang tersamar seperti fantasi yang menyanjung diri sendiri, penilaian spontan terhadap orang lain, atau pikiran-pikiran jahat lainnya. Sekali lagi, ini memang pertarungan seumur hidup. Tidak perlu terkejut, justru dengan mengetahuinya, kita siap mawas diri setiap saat. Sebab beriman kepada Kristus adalah bagaimana kita mempercayai-Nya dan menyerahkan hidup kita kepada Roh hari demi hari untuk menghasilkan kehidupan yang berbuah. 
REFLEKSI DIRI
1. Bagaimana Anda melihat kehidupan Kristen sebagai perjuangan seumur hidup? Ceritakan pergumulan atau pengalaman Anda.
2. Jika kehidupan Kristen adalah perjuangan seumur hidup, sikap konkrit apa yang akan Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari?
YANG HARUS DILAKUKAN
Tidak lagi dikendalikan keinginan daging, melainkan menyerahkan diri kita untuk dipimpin Roh hari demi hari untuk menghasilkan kehidupan yang berbuah.
POKOK DOA
Tuhan Yesus, ampuni aku untuk segala keinginanku berdosa. Aku akan memberi diri untuk dipimpin oleh Roh. Aku akan mengandalkan Roh-Mu untuk memperjuangkan iman percayaku kepada-Mu. Di dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Jangan terkejut ketika kita menemukan dorongan yang sangat kuat untuk tidak berdoa ketika kita tahu kita harus berdoa. Sebaliknya, kita harus mengambil keberanian untuk menyatakan “saya bukan kawanan Setan, saya dipimpin oleh Roh”.
Share:

MENIKMATI HIDUP DI HARI INI

BACAAN ALKITAB HARI INI
Matius 6:31-34
Dokter dan penulis Don Colbert, dalam bukunya The Seven Pillars of Health menyatakan bahwa salah satu cara alami untuk menuju kesehatan yang semakin baik adalah hidup dengan menikmati saat sekarang. Katanya, “Saat saya mulai melatih kesadaran dengan menikmati saat sekarang dan membingkai kembali keadaan-keadaan dengan menikmati rasa syukur, tanggapan-tanggapan dan reaksi saya berubah dan saya mampu menerima keadaan saya.” Hal ini senada dengan pandangan umum yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk menciptakan kebahagiaan adalah menikmati hidup di hari ini.
Memang setiap kita tak lepas dibentuk oleh masa lalu dan dimotivasi oleh kehidupan di masa mendatang. Namun masalah yang sering terjadi adalah fokus di masa lalu dan masa depan membuat kita kehilangan makna dan rasa di masa sekarang, masa yang benar-benar kita hidupi. Tuhan Yesus sendiri mengajar kepada kita konsep untuk menaruh perhatian terhadap kehidupan di saat ini dengan berkata, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34). Di sisi lain, Rasul Paulus juga mengajak kita untuk melupakan hal-hal yang ada di belakang, yaitu masa lalu agar kita fokus dan menaruh perhatian pada kehidupan masa sekarang. Ini artinya kita tidak harus terikat pada pemikiran apa pun yang tidak berhubungan dengan saat ini dan menemukan sesuatu untuk dinikmati pada saat ini. Pemazmur juga melantunkan syairnya, “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya.” Menikmati saat sekarang berarti belajar menaruh sikap penuh perhatian pada apa yang sedang terjadi di saat ini. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan sesekali mengurangi mobilitas, menikmati momen demi momen dengan hati yang tenang, serta kewaspadaan penuh pada kegiatan yang sedang dilakukan dan pengalaman hati kita tentang kegiatan itu. Mensyukuri apa pun yang ada pada kita di saat sekarang dan tidak mengeluh atas apa yang tidak kita miliki, serta hidup dengan sikap terbaik kita di masa sekarang. 

REFLEKSI DIRI 
1. Apa pandangan firman Tuhan mengenai cara hidup dengan menikmati saat ini?
2. Bagaimana cara kita menikmati saat ini?

YANG HARUS DILAKUKAN
Nikmati saat ini dengan sesekali mengurangi mobilitas, menenangkan hati agar bisa menikmati setiap momen yang ada. Mensyukuri apa pun yang ada pada kita di saat sekarang, serta hidup dengan sikap terbaik kita di masa sekarang.

POKOK DOA
Bapa yang baik, inilah hari yang Engkau jadikan, aku mau bersorak-sorak dan bersukacita karenanya. Terima kasih Tuhan. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
“Jika suatu pemikiran yang penuh stress masuk ke dalam pikiran Anda, pilihlah untuk pindah ke pemikiran yang berhubungan dengan apa yang sedang Anda lihat, dengar, cium, atau rasakan.” – Don Colbert
Share:

Pamer

Zefanya 3:11-15
Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”
- Yakobus 4:6
Kita hidup di zaman pamer. Orang-orang memakai topeng tebal untuk menggembar-gemborkan pencapaiannya atau menampilkan gambaran ideal tentang dirinya sendiri. Padahal zaman ini penuh dengan stres, depresi, dan berbagai isu kesehatan mental lainnya. Hal-hal ini bukannya membuat orang menjadi rendah hati, tetapi makin pamer.
Rupanya, keadaan ini tidak jauh berbeda dari keadaan umat Tuhan yang kita baca. Tidak banyak orang yang rendah hati, oleh sebab itulah mereka dikatakan “sisa Israel” (ay. 12-13a). Mengapa kerendahan hati dikaitkan dengan berbicara jujur dan lidah yang tidak menipu (ay. 13b)? Tentu saja karena orang-orang sombong dianggap sebagai penipu! Lihat saja foto-foto pamer yang ada media sosial. Apakah itu kenyataan yang sebenarnya dari mereka yang mengunggah foto? Seringkali tidak. Mereka ingin menampilkan keadaan yang lebih baik daripada yang sebenarnya. Entah berapa banyak orang yang sampai pinjam uang sana-sini untuk bisa membeli barang-barang branded atau jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang kemudian dipamerkan di akun media sosial mereka. Entah berapa banyak gadis (bahkan para pria) yang menggunakan filter untuk merubah wajah mereka agar kelihatan lebih cantik/ganteng sebelum ditampilkan di internet. Apa ini bukannya penipuan?
Sebaliknya, orang-orang yang rendah hati tidak perlu melakukan hal ini. Untuk apa? Mereka memang tidak merasa butuh memamerkan apa pun kepada orang lain. Mereka tahu keadaan mereka, baik kelebihan maupun keterbatasan, dan tidak masalah kalau orang lain mengenal mereka yang sesungguhnya.
Apakah ini berarti, kita tidak boleh mengunggah foto kita sedang berbahagia dan menggunakan filter? Tentu saja bukan itu maksudnya. Kita ingin membagikan kebahagiaan dan kenangan manis dengan cara mengunggah foto di media sosial. Kita bermain-main dengan filter untuk tujuan iseng saja. Jika memang hanya ini, tidak masalah. Namun acap kali, apa yang berawal dengan tujuan yang positif akan berubah menjadi negatif. Ada keinginan untuk menampilkan yang baik saja, yang berujung kepada menciptakan gambaran diri yang palsu.
Tidak ada gunanya menjadi congkak. Orang lain bahkan diri sendiri bisa ditipu. Tetapi Tuhan Yesus tahu keadaan kita sesungguhnya.
Refleksi Diri:
Apa gambaran diri yang ingin orang lain lihat tentang Anda? Apakah gambaran ini akurat dengan diri Anda yang sesungguhnya?
Apa motivasi Anda ketika mengunggah foto di media sosial? Apakah berbagi pengalaman atau menceritakan kebaikan Tuhan atau hanya untuk pamer?
Share:

Bibir Yang Memanggil Tuhan

Zefanya 3:9-10

Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Roma 10:13-14
Anda yang sering membaca dan merenungkan kitab nabi-nabi tentunya akan menemukan pola yang seringkali muncul, yakni sesudah pengumuman mengenai penghukuman dan kehancuran, nubuatan para nabi diakhiri dengan berita anugerah, yakni Tuhan akan memberikan pemulihan.
Demikian pula dengan kitab Zefanya. Namun, ada satu hal yang menarik di sini. Pada umumnya, Tuhan akan memberitakan pemulihan umat-Nya dulu, baru sesudah itu diikuti pemulihan bangsa-bangsa lain. Kenyataannya, terjadi hal yang sebaliknya dalam kitab Zefanya. Bagian yang kita baca, yakni berita anugerah yang pertama ditujukan kepada bangsa-bangsa lain dahulu! Tuhan mengatakan bahwa Dia akan memberikan bibir yang memanggil nama Tuhan sehingga mereka dapat beribadah dan memberikan persembahan kepada satu-satunya Allah yang benar.
Kita tahu bagian ini telah digenapi. Mengapa? Karena kita, orang-orang non-Yahudi, orang-orang yang tergolong sebagai bangsa lain, kini berdoa memanggil nama Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Kita memberikan persembahan, tidak hanya berupa materi, tetapi juga segenap keberadaan kita kepada-Nya!
Sebagaimana keadilan Tuhan tidak pandang bulu, demikian pula anugerah-Nya. Fakta bahwa Kerajaan Yehuda adalah kerajaan yang dipilih Tuhan tidak membuat mereka luput dari keadilan-Nya. Sebaliknya, fakta bahwa kita adalah golongan bangsa-bangsa lain tidak membuat Tuhan melupakan kita.
Sayang sekali, anugerah yang indah ini belum didengar dan diterima semua orang. Lebih ironis lagi, mungkin mereka adalah orang-orang yang sebenarnya dapat kita jangkau. Di manakah mereka? Mungkin asisten rumah tangga kita? Mungkin orangtua atau saudara- saudara kita? Mungkin karyawan atau rekan kerja kita? Teman kuliah? Teman main bulu tangkis?
Kita berutang kepada orang-orang yang darinya kita mendengar Injil, mulai dari para rasul dan martir di zaman gereja mula-mula yang rela mati demi Injil, para reformator yang dengan gigih menyuarakan Injil yang benar, dan para misionaris yang pergi jauh-jauh untuk menyampaikan Injil di tanah air kita. Satu-satunya cara bagi kita untuk membalas mereka adalah dengan meneruskan Injil yang kita terima.
Refleksi Diri:
Siapa orang-orang di sekeliling Anda yang belum menerima Injil?
Apa hambatan Anda dalam mengabarkan Injil kepada mereka? Apa Anda sudah meminta hikmat Yesus, kapan dan bagaimana cara menyampaikannya?"
Share:

LEBIH DARI SEKADAR PERCAYA!

Ibrani 4:16
Matius 11:28 (TB)  Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Dalam sebuah acara, pembicara bertanya kepada para audiens, “Apakah Anda semua percaya air ini bisa menghilangkan rasa haus?”, “Percaya”, jawab audiens serempak. “Apakah rasa haus Anda akan hilang ketika Anda percaya?” Tanya pembicara itu kembali. Pertanyaan itu kemudian menjadi kesimpulan dari sang pembicara untuk menjelaskan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Kita bisa katakan bahwa kita percaya kepada Tuhan. Namun kepercayaan tersebut tak lantas menjawab berbagai “kebutuhan”, “pertanyaan”, dan “masalah” dalam kehidupan kita. Bukannya Tuhan tak mampu menolong, permasalahannya adalah apakah kita mau datang dan menyambut pertolongan tersebut. Seperti halnya rasa haus akan hilang ketika kita mulai mengambil dan meminum air, maka kita pun bisa menikmati bagaimana Tuhan yang kita percayai itu ketika kita “merasakan Tuhan” secara nyata di dalam kehidupan kita. Singkatnya, kita harus “mengalami Tuhan” sebagai pengalaman-pengalaman rohani dalam perjalanan iman kita. Ketika susah, kita merasakan Tuhan menghibur. Saat sakit, kita mengalami bagaimana Tuhan menyembuhkan. Tatkala lemah, kita menikmati bagaimana Tuhan menguatkan, dan berbagai macam keadaan di mana Tuhan selalu bisa menolong dan bisa kita andalkan, asalkan kita menghampiri-Nya. 
Inilah yang Yesus katakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Yesus mengajak kita agar datang menghampiri-Nya, sehingga kita mendapat kelegaan. Sayangnya, banyak orang percaya yang ahirnya berpikir Tuhan tidak bisa dipercayai hanya karena Ia tidak menolong hidupnya. Lebih dari percaya, kitalah yang seharusnya datang dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia Tuhan, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Hanya karena tidak langsung menerima pertolongan, bukan berarti Tuhan tidak layak kita percayai. Jangan-jangan masalahnya karena kita tidak datang dan meminum air dari Tuhan. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda pernah meragukan Tuhan? Apa alasannya?
2. Lebih dari sekadar percaya, bagaimana seharusnya sikap kita dalam mengharapkan pertolongan Tuhan?

YANG HARUS DILAKUKAN
Lebih dari percaya, datanglah kepada Tuhan dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia Tuhan, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
POKOK DOA
Bapaku yang baik dan penuh dengan kasih karunia. Pada-Mu tersedia segala rahmat dan pertolongan, asalku datang dan menghampiri takhta kasih karunia-Mu. Terima kasih ya Tuhan. Di dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
“Percaya saja tidak cukup! Itu memang baik, tetapi setan-setan pun percaya.”
Share:

Tuhan Yang Berusaha?!

Zakharia 1:7-17
Sangat besar usaha-Ku untuk Yerusalem dan Sion,
- Zakharia 1:14b
Jika ada satu hal yang Tuhan tidak perlu lakukan, hal itu adalah berusaha. Untuk apa? Dia adalah Allah yang Mahakuasa! Untuk apa berusaha? Jika ini adalah pikiran kita, kita harus siap-siap terkejut.
Bagian ini memulai serangkaian penglihatan yang Tuhan berikan kepada Nabi Zakharia. Penglihatan pertama adalah empat penunggang kuda yang menggambarkan mata Tuhan yang mengawasi keempat penjuru mata angin. Seluruh bumi berada dalam keadaan aman. Apakah ini sesuatu yang baik? Rupanya tidak! Bangsa-bangsa di dunia merasa tenang-tenang saja, padahal mereka hidup di dalam kejahatan. Terlebih, mereka baru saja menindas umat Tuhan dengan kejam di dalam pembuangan.
Menarik sekali bahwa hal ini membuat Tuhan murka. Israel berada di bawah payung penghukuman. Dia marah karena dosa-dosa mereka. Bahkan ketika Tuhan tengah menghukum umat-Nya, Dia tetap tidak rela bangsa-bangsa lain memperlakukan mereka semena-mena! Ibaratnya Anda sedang menghukum anak Anda, kemudian teman-temannya ikut menjahatinya. Tidak peduli bahwa anak Anda tengah dihukum, Anda akan marah kepada mereka, bukan? Demikian pula Tuhan. Meskipun umat-Nya telah berdosa dan sedang di bawah hukuman, Tuhan tidak mengabaikan mereka di tangan penjajah. Inilah sebabnya Tuhan berjanji akan melimpahi mereka dengan kebajikan dan menghibur mereka (ay. 17).
Firman Tuhan kemarin telah memperingatkan kita untuk mawas diri akan dosa-dosa kita. Namun, bagian hari ini menjadi penghiburan bagi kita. Di dalam dosa-dosa kita, tentu Tuhan tetap akan mendisiplin kita. Pada saat itulah kita mungkin menjadi putus asa dan berpikir, “Tuhan marah padaku. Tuhan meninggalkan aku.”
Hari ini kita belajar bahwa justru ketika Tuhan mendisiplin kita dengan keras, saat itulah Dia sebenarnya sedang berusaha mati-matian agar kita berubah! Justru kalau Tuhan tidak mendisiplin kita, berarti Dia mengabaikan kita. Lihat saja perkataan Tuhan di ayat 14, “Sangat besar usaha-Ku untuk Yerusalem dan Sion.” Di balik ketegasan Tuhan dalam menghajar umat-Nya, sebenarnya Tuhan sedang berusaha untuk mereka.
Tuhan bisa saja membuat kita langsung berubah dengan satu jentikan jari, seperti tukang hipnotis. Namun, Tuhan kita bukan tukang hipnotis. Dia adalah Bapa kita yang berusaha keras mendidik kita menjadi pribadi yang semakin baik.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah/sedang putus asa dan merasa Tuhan tengah menghukum Anda di tengah segala kesulitan hidup yang dihadapi?
Bagaimana Firman Tuhan hari ini menghibur dan memotivasi Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.