Siapakah Yang Aku Layani?
Iman Yang Teguh
Kejadian 6 menuliskan kisah Nabi Nuh yang mempunyai iman yang teguh dibandingkan orang-orang sezamannya. Dituliskan pada perikop bahwa dunia dipenuhi dengan kebobrokan akibat kejahatan yang manusia lakukan, tetapi Nuh hidup berbeda. Nuh memiliki iman yang benar di hadapan T uhan dan hidup tak bercacat (ay. 9). Ia selalu melibatkan T uhan dengan bergaul karib dengan-Nya. Nuh juga taat melaksanakan firman T uhan (Kej. 6:22).
Ketika Tuhan berencana mendatangkan air bah untuk memusnahkan manusia yang jahat, Nuh beriman dengan membuat bahtera sesuai ketentuan yang T uhan perintahkan. Selama pembangunan bahtera, Nuh dan keluarganya pastilah mendapat tertawaan dan gunjingan dari banyak orang sebab membangun kapal yang ukurannya begitu besar. Namun, Nuh tetap percaya atas rencana T uhan dan yakin Dia pasti akan menyelamatkan mereka. Nuh menaruh pengharapannya di dalam tangan T uhan.
Iman kepada Tuhan tidak hanya sampai pada memahami firman saja, melainkan harus sampai pada melaksanakan apa yang T uhan firmankan. Iman kepada Kristus juga harus diiringi keinginan untuk hidup menjauh dan menghindari dosa, bukannya menikmati dosa.
Karena iman, Nuh melakukan segala sesuatu yang belum pernah atau bisa ia lihat dengan ketaatan penuh. Ketaatan dan kepercayaan penuh Nuh membuat ia dinyatakan benar di hadapan T uhan dan karenanya ia diselamatkan (Ibr. 11:7).
Bagaimanakah iman yang Anda hidupi selama ini? Apakah Anda sudah sungguh beriman kepada Kristus dan berusaha hidup menjauhi dosa, serta melaksanakan firman-Nya? Bangun kepercayaan iman yang teguh di dalam Kristus. T etaplah percaya meskipun Anda belum melihat apa-apa, tetapi iman sanggup membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi nyata.
Cermin Karakter Allah
Bukan Agama Lahiriah
Saat Sulit Mengambil Keputusan
Jerat Cinta Uang
Orang Kaya Yang Miskin
Penjara Diri
Berkat Di Balik Musibah
- Rut 4:15
Ada udang di balik batu. Sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia yang berarti ada maksud di balik sebuah perbuatan. Kebenaran dalam pepatah ini kelihatannya sudah dialami oleh sebagian besar atau bahkan semua orang. Namun, saya juga merasa pepatah ini benar dalam kondisi kehidupan orang Kristen karena di balik kehidupan kita yang terasa keras seperti batu, ada berkat Tuhan yang nikmat seperti udang.
Kisah kehidupan Naomi menggambarkan betapa pun keras kehidupan, tetap ada berkat Tuhan untuk menopang hidupnya. Kesusahan dalam hidup Naomi datang bertubi-tubi selama periode yang cukup lama. Pertama, keluarganya terpaksa harus keluar dari Tanah Perjanjian dan mengembara di tanah musuh orang Israel, Moab (lih. Bil. 22:1-25:9). Kedua, anak-anaknya tidak memiliki keturunan dan semua laki-laki dalam keluarganya meninggal (ay. 3-5). Ketiga, ia harus menjadi janda, yang notabene begitu rentan dan tergantung kepada orang lain pada masa itu. Sungguh kondisi kehidupan yang pahit, wajar jika ia tidak mau dipanggil Naomi (artinya menyenangkan) tetapi Mara (artinya pahit). Namun, Yang Mahakuasa, Allah dari Naomi memberinya berkat untuk melalui kondisi yang berat tersebut.
Berkat Tuhan dalam kehidupan Naomi adalah menantu perempuan yang setia menemani Naomi. Kisah Naomi dan Rut, menantunya, mengajarkan bahwa berkat dari Tuhan bukan melulu berbicara tentang harta, takhta, atau sukacita. Naomi tetap pulang sebagai janda yang miskin (ay. 21) dan menantunya pun membuat gempar kampung halamannya (ay. 19). Naomi pada saat itu juga tidak melihat kehadiran Rut sebagai berkat dari Tuhan, tetapi Rut-lah yang selalu menemani Naomi dan pada akhirnya memberikan keturunan untuk melanjutkan keluarga Naomi (Rut 4:14-17). Berkat Tuhan bagi Naomi hadir melalui sosok Rut, orang Moab yang setia menemani Naomi.
Orang Kristen hendaknya tidak mengotak-ngotakkan berkat Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk materi. Memiliki banyak uang belum tentu berkat Tuhan, demikian juga dengan memiliki sedikit uang. Berkat Tuhan dapat hadir dalam kehadiran seorang rekan yang dapat berbagi hidup. Hidup kita pun juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, apalagi jika kasih Tuhan Yesus sudah memenuhi hati kita.
Apa berkat yang Tuhan berikan kepada Anda, yang tidak berbentuk materi?
Apakah ada teman atau kerabat yang membutuhkan kehadiran Anda?