Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Yom Kippur

Setiap negara memiliki hari raya besar yang dianggap penting, seperti hari kemerdekaan. Namun, bagi bangsa Israel, hari raya terbesar bukanlah hari pembebasan dari penjajahan, melainkan Hari Raya Pendamaian atau Yom Kippur. Hari ini menandai momen khusus di mana umat Allah menerima penghapusan dosa melalui upacara pendamaian yang dilakukan oleh imam besar.

Hari Raya Pendamaian, yang dirayakan pada akhir September atau awal Oktober, telah berlangsung sejak zaman kitab Imamat. Pada hari itu, imam besar memasuki Tempat Mahakudus untuk mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri dan seluruh umat Israel. Ini merupakan satu-satunya hari dalam setahun di mana seseorang dapat masuk ke hadirat Allah secara langsung melalui perantara imam besar.

Makna Yom Kippur dalam Perjanjian Lama:

  • Imam besar mengenakan pakaian linen putih, melambangkan kerendahan hati dan kekudusan (ayat 4).
  • Persembahan kurban dilakukan untuk penghapusan dosa, baik bagi imam besar sendiri maupun bagi umat (ayat 5-11).
  • Dupa dibawa ke Tempat Mahakudus, dan darah kurban dipercikkan ke Tabut Perjanjian sebagai simbol pengampunan dosa (ayat 12-15).

Penggenapan dalam Yesus Kristus:

  • Dalam Perjanjian Baru, Yom Kippur menemukan penggenapan sempurnanya dalam Yesus Kristus.
  • Yesus, sebagai Imam Besar Agung, mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban yang sempurna, sekali untuk selamanya (Ibrani 9:12).
  • Ketika Yesus berkata, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), itu menandakan bahwa karya pendamaian telah sempurna, dan dosa manusia telah dihapuskan.

Kesimpulan:
Sebagai orang percaya, kita tidak lagi perlu melakukan pengorbanan tahunan untuk dosa-dosa kita, karena Yesus telah menyelesaikan semuanya. Keselamatan kita tidak bergantung pada usaha atau kesalehan kita sendiri, melainkan pada anugerah Kristus yang sempurna. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam rasa syukur, memuliakan Tuhan, dan menjaga kehidupan yang kudus sebagai umat-Nya.

Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas kasih dan pengorbanan-Mu yang sempurna melalui Yesus Kristus. Kami bersyukur karena dosa-dosa kami telah diampuni, dan kami telah diperdamaikan dengan Engkau. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kami. Berkatilah keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan setiap aspek hidup kami. Dalam nama Yesus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.

Selamat Hari Minggu! Nikmatilah hari sabat dan hadirilah undangan Tuhan dengan sukacita.

Share:

Cintailah Kehidupan!

 

Sekitar 70% tubuh manusia terdiri dari air, dan tubuh kita menghasilkan berbagai cairan seperti air liur, air mata, dan keringat. Dalam Hukum Taurat, cairan tubuh yang keluar dianggap najis, baik pada pria maupun wanita, seperti air mani atau darah haid. Ini menunjukkan pentingnya menjaga kekudusan dan menjauhkan diri dari segala bentuk kematian atau kenajisan.

Allah adalah Allah yang hidup, dan Dia menginginkan umat-Nya untuk mencintai kehidupan dan menjauhi segala yang mengarah pada kematian atau pembusukan.

Kita diajak untuk menjaga kehidupan rohani kita agar tetap bersih dari hal-hal yang najis. Marilah kita berdoa agar Allah memberi kita semangat hidup yang baru, menjauhkan kita dari hal-hal yang merusak, dan menumbuhkan kecintaan kita terhadap kehidupan.

Doa

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mencintai kehidupan dan menjauhkan diri dari segala yang membawa kepada kematian. Hidupkan kembali semangat kami untuk hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Share:

Pujian Ibadah 23 Maret 2025








Share:

Fiman Tuhan : " Bersihlah Hatiku "

 

Imamat 14:33-57

Kebersihan adalah cerminan dari kehidupan seseorang. Rumah yang rapi dan terawat sering kali mencerminkan pemiliknya yang disiplin dan sehat, sementara rumah yang kotor dan berantakan dapat menunjukkan kehidupan yang tidak tertata. Namun, lebih dari sekadar rumah fisik, hati manusia juga membutuhkan perawatan dan kebersihan.

Dalam Kitab Imamat, Tuhan tidak hanya mengatur tentang penyakit kulit yang menajiskan manusia, tetapi juga memberikan ketentuan mengenai penyakit yang dapat menyerang rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan dan kekudusan bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal rohani. Sebagaimana rumah fisik harus dijaga dari penyakit, demikian pula hati manusia harus dijaga dari kecemaran.

  • Poin-Poin Inti Artikel "Bersihlah Hatiku"

    1. Rumah sebagai Cerminan Penghuninya

      • Rumah yang bersih mencerminkan pribadi yang sehat dan rajin, sedangkan rumah yang kotor menunjukkan kehidupan yang tidak teratur.
    2. Aturan tentang Penyakit pada Rumah

      • Setelah membahas penyakit kulit pada manusia, Tuhan memberikan aturan tentang penyakit yang menajiskan pada dinding rumah (33-35).
      • Jika rumah memiliki tanda penyakit, harus dikosongkan dan diisolasi (36-38).
      • Dinding yang terkena penyakit harus dikikis dan diganti dengan yang baru (39-42).
      • Jika penyakit terus menyebar, rumah harus dibongkar total (43-45).
      • Jika rumah dinyatakan bersih, harus dilakukan ritual penahiran (48-53).
    3. Paralel antara Rumah Fisik dan Rumah Rohani

      • Paulus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah bait Allah (1Kor. 3:16, 6:19).
      • Seperti rumah fisik harus dijaga, hati manusia juga harus dijaga dari kecemaran.
    4. Bahaya Kecemaran yang Tidak Ditangani

      • Kotoran kecil dalam hati yang dibiarkan akan membesar dan menajiskan seluruh hidup seseorang.
      • Jika hati tidak dijaga, bisa sampai ke titik di mana kecemaran itu sulit dibersihkan.
    5. Kesimpulan

      • Kita harus mengikis setiap kecenderungan buruk dalam diri kita, meskipun sulit dan menyakitkan.
      • Menjaga hati dengan kewaspadaan karena dari hati terpancar kehidupan (Ams. 4:23).
    6. Doa

      • Memohon kepada Tuhan untuk menolong kita menjaga hati tetap bersih dan hidup dalam kekudusan.
  • Share:

    Pujian Paskah GKKK Wil.Blitar 2025


    Share:

    Firman Tuhan : "Syukur atas Ketahiran"

     

    Imamat 14:1-32

    1. Pengorbanan untuk Ketahiran

      • Pada zaman Perjanjian Lama, seekor domba merupakan harta berharga, tetapi itu bukan harga yang terlalu besar jika harus dikorbankan untuk dinyatakan tahir.
    2. Kondisi Penderita Penyakit Kulit

      • Penderita penyakit kulit menular harus diasingkan tanpa kepastian apakah mereka akan sembuh.
      • Jika mereka sembuh, mereka harus diperiksa oleh imam untuk dinyatakan tahir (2-3).
    3. Ritual Penahiran sebagai Simbol Pemulihan

      • Darah yang tercurah melambangkan penghapusan dosa, dan burung yang dilepaskan melambangkan hilangnya kenajisan (5-7).
      • Mencuci pakaian dan tubuh menunjukkan kesucian yang diperbarui (8-9).
      • Persembahan tiga ekor domba dan tepung terbaik menandakan pendamaian dengan Allah (10-20).
    4. Pentingnya Bersyukur

      • Orang yang telah dipulihkan pasti merasakan syukur yang luar biasa.
      • Namun, sering kali manusia lupa mengucap syukur atas kebaikan Tuhan, seperti sembilan penderita kusta dalam Lukas 17:11-19.
    5. Kesimpulan

      • Bersyukur dalam segala hal, baik untuk kesembuhan jasmani maupun rohani.
      • Mengungkapkan rasa syukur melalui doa, pujian, kesaksian, persembahan, dan kepedulian terhadap sesama.
    6. Doa

      • Memohon kepada Tuhan agar selalu memiliki hati yang bersyukur dan hidup dalam rasa terima kasih atas anugerah-Nya.
    Share:

    Firman Tuhan : Asalkan Orang Lain Tidak Menderita

     

    Imamat 13:29-59

    Prinsip "mencegah lebih baik daripada mengobati" menjadi dasar aturan tentang penyakit kulit dalam perikop ini. Langkah-langkah pencegahan diterapkan agar penyakit tidak menyebar ke seluruh umat.

    Setiap orang yang mengalami gejala seperti bercak putih yang lebih dalam dari kulit atau bengkak kemerahan harus segera memeriksakan diri kepada imam (29-30, 38-39, 42-44). Jika ditemukan tanda-tanda penyakit, meskipun belum pasti najis, orang tersebut tetap harus menjalani isolasi (31-37). Ini menunjukkan bahwa menjaga komunitas lebih penting daripada kenyamanan pribadi.

    Selain itu, penderita harus menampilkan diri secara berbeda sebagai bentuk peringatan bagi orang lain. Mereka harus mengenakan pakaian koyak, membiarkan rambut terurai, dan menutupi sebagian wajah sambil berseru, "Najis, najis!" (45). Aturan ini bukanlah bentuk ketidakpedulian, melainkan tindakan perlindungan agar orang lain tidak ikut terkena dampaknya.

    Pencegahan ini juga diterapkan pada benda-benda yang berpotensi menyebarkan penyakit. Pakaian yang pernah dikenakan oleh penderita harus diisolasi (50), dan jika ditemukan tanda penyakit, pakaian tersebut harus dicuci (54, 58) atau dibakar (52, 55, 57). Meskipun pakaian itu berharga, kehilangan sesuatu yang bernilai lebih baik daripada membahayakan seluruh umat.

    Aturan ini mengajarkan prinsip penting dalam kehidupan bersama: terkadang, kita perlu mengorbankan sesuatu yang berharga demi kebaikan bersama. Seperti penderita penyakit kulit yang harus rela mengorbankan kebebasan dan harga dirinya demi komunitas, kita pun diajak untuk tidak egois dalam kehidupan sehari-hari.

    Yesus Kristus adalah teladan sempurna dalam hal ini. Ia rela menanggung penderitaan kita, dihina, dan disalibkan agar kita tidak lagi terjerat dosa (Yes. 53:2-5). Sikap tanpa pamrih inilah yang harus kita teladani.

    Ketika kita menghadapi kesulitan, marilah kita berpikir bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga bagaimana agar orang lain tidak ikut menderita. Biarlah kita belajar untuk rela berkorban, agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama.

    Doa

    Bapa di surga, terima kasih atas firman-Mu yang mengajarkan kami untuk hidup dengan penuh kepedulian terhadap sesama. Tolonglah kami agar tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga rela berkorban demi kebaikan banyak orang. Ajarkan kami untuk meneladani Kristus, yang telah mengorbankan diri-Nya bagi kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

    Share:

    Mengenali Bercak-Bercak Kecemaran

     

    Imamat 13:1-28

    Kapan terakhir kali kita merenungkan kondisi rohani kita? Sama seperti pemeriksaan kesehatan dapat mencegah penyakit yang lebih serius, pemeriksaan diri secara rohani juga penting agar kita tetap hidup dalam kekudusan dan tidak terjerumus dalam dosa yang menajiskan.

    Dalam bacaan hari ini, para imam pada zaman Perjanjian Lama memiliki tugas untuk mengidentifikasi penyakit kulit yang menajiskan seseorang. Mereka harus memperhatikan tanda-tanda seperti bercak putih yang lebih dalam dari kulit (2-3, 20, 25), bintil-bintil yang menyebar (7-8), dan bengkak putih dengan daging liar (10, 14-15). Karena keterbatasan pengetahuan medis pada masa itu, mereka hanya bisa mengisolasi penderita dan menantikan kesembuhan yang datang dari Tuhan (4-5, 11, 21, 26). Setelah sembuh, imamlah yang akan menyatakan seseorang tahir kembali (6, 12-13, 17, 23, 28).

    Sebagai orang percaya pada masa kini, kita juga harus waspada terhadap "penyakit rohani" yang dapat menghambat hubungan kita dengan Tuhan. Kecemaran rohani bisa muncul dalam bentuk kebiasaan buruk, kompromi terhadap nilai-nilai dunia, atau pola pikir yang menyimpang dari kebenaran. Jika kita tidak segera menyadarinya, hal ini bisa menyebar dan memengaruhi iman kita serta komunitas di sekitar kita.

    Sebagai umat yang dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, kita harus terus memeriksa diri dan peka terhadap segala bentuk kecemaran yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jika kita menemukan "bercak-bercak kecemaran" dalam hidup kita, akuilah dosa kita dan datanglah kepada Tuhan dengan hati yang rendah. Ia setia untuk menyucikan dan memulihkan kita. Selain itu, marilah kita juga mendoakan dan menolong sesama kita yang sedang bergumul dengan dosa, agar mereka pun mengalami kasih dan pemulihan dari Tuhan.

    Doa

    Bapa yang Maha Kudus, terima kasih atas firman-Mu yang mengingatkan kami untuk senantiasa menjaga hati dan hidup kami agar tetap bersih di hadapan-Mu. Tolonglah kami untuk selalu peka terhadap segala hal yang dapat menajiskan iman kami. Jika ada dosa yang masih bercokol dalam hidup kami, berilah kami keberanian untuk mengakuinya dan bertobat. Kiranya kasih-Mu terus menyucikan kami, sehingga hidup kami memancarkan terang kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

    Share:

    Firman Tuhan : " Masih Polos "

     

    Imamat 12

    Banyak orang berpikir bahwa bayi yang baru lahir masih polos, belum mengenal dosa, dan tidak memiliki kesalahan apa pun. Namun, jika kita melihat kebenaran Alkitab, benarkah demikian?

    Dalam bacaan hari ini, seorang perempuan yang melahirkan anak laki-laki dianggap najis selama tujuh hari. Pada hari kedelapan, anak tersebut harus disunat, dan sang ibu masih harus menunggu 33 hari untuk proses pentahirannya (2-4). Jika yang lahir adalah anak perempuan, masa kenajisannya berlangsung lebih lama, yaitu dua minggu, diikuti dengan 66 hari masa penahiran (5).

    Peraturan ini menunjukkan bahwa kelahiran bukan hanya sekadar peristiwa alami, tetapi juga memiliki makna rohani. Menariknya, bayi yang baru lahir pun masih harus melalui proses yang berkaitan dengan penahiran. Jika bayi benar-benar tidak berdosa, mengapa dalam hukum Taurat ada aturan seperti ini?

    Mazmur 51:7 berkata, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku dilahirkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Ayat ini menunjukkan bahwa dosa bukan hanya soal tindakan, tetapi juga sesuatu yang melekat pada natur manusia sejak lahir. Dengan kata lain, setiap manusia, tanpa terkecuali, telah membawa warisan dosa sejak dalam kandungan.

    Oleh karena itu, dalam Perjanjian Lama, baik anak laki-laki maupun perempuan harus dibawakan kurban penghapus dosa di hadapan Tuhan (6-8). Namun, dalam Perjanjian Baru, kita tidak perlu lagi memberikan kurban seperti itu. Yesus Kristus telah datang sebagai kurban yang sempurna, yang dengan darah-Nya menebus dan menyucikan kita dari segala dosa.

    Karena itu, berapa pun usia kita sekarang, kita tetap membutuhkan kasih karunia Tuhan. Marilah kita datang kepada-Nya dengan hati yang rendah dan menyerahkan diri sepenuhnya, agar hidup kita dikuduskan oleh-Nya.

    Share:

    Categories

    Support

    Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.