Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tuhanlah Kekuatan dan Benteng Kita

Mazmur 28

    Kehidupan ini tidaklah netral; sejak jatuhnya manusia, kita terus dihadapkan pada kesukaran dan kejahatan yang tak terelakkan. Mazmur ini, dinaikkan oleh Daud dalam situasi kesesakan, mengingatkan kita bahwa hanya Tuhanlah sumber keselamatan yang sejati. Tanpa-Nya, kita terombang-ambing di tengah ancaman kematian (ayat 1).

    Daud menyadari perbedaannya dengan orang fasik. Dia menolak untuk disamakan dengan mereka yang hanya pura-pura baik dan ramah, sementara hati mereka penuh dengan kejahatan (ayat 3-5). Sebagai seorang raja, Daud mengenal orang-orang semacam ini: mereka yang berpura-pura berteman untuk mencapai tujuan mereka sendiri, yang ramah di depan teman tetapi licik di belakang (ayat 3). Dia yakin bahwa Tuhan akan menghukum mereka karena perbuatan jahat mereka terhadap umat-Nya (ayat 6-9). Bagi Daud, hanya Tuhanlah tempat sandaran bagi orang benar yang dikelilingi oleh kejahatan.

    Daud bersaksi bahwa hanya Tuhanlah kekuatan dan perlindungan bagi dia dan umat Allah (ayat 6-9). Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan dan kekuatan utama kita. Tanpa-Nya, kesesakan dan kejahatan akan menguasai hidup kita.

    Sebagai umat Allah, kita harus berbeda dari orang fasik. Dalam hubungan dengan sesama, kita harus menunjukkan kebaikan dan kejujuran yang tulus. Ketulusan haruslah menjadi dasar dari setiap relasi, bukanlah sekadar alat untuk mencapai tujuan atau kepentingan pribadi. Kita harus menjauhkan diri dari kecurangan dan kebohongan, sebagaimana yang dilakukan oleh Daud.

    Meskipun dunia mungkin tidak menerima kita, dalam segala kesesakan yang kita alami, marilah kita ingat bahwa Tuhanlah tempat perlindungan dan kekuatan kita!

Share:

Kumandangkanlah Berita Injil!

Markus 16:14-20

    Pesan untuk mengumandangkan Berita Injil tetap relevan hingga hari ini, meskipun hampir 2.000 tahun telah berlalu sejak Yesus naik ke surga.
Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberitakan bahwa pengampunan dosa tersedia melalui iman dalam Nama-Nya (ayat 15). Baptisan air penting, tetapi keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus (ayat 16).

    Meskipun Yesus secara fisik naik ke surga, Dia tidak pernah meninggalkan murid-murid-Nya. Kehadiran-Nya sebagai Penengah di sisi Bapa menandai penyelesaian karya keselamatan (ayat 19). Penyertaan-Nya tetap menjadi kunci bagi kesuksesan pemberitaan Injil; Dia bekerja dalam hidup setiap murid dan meneguhkan pesan yang mereka sampaikan (ayat 20).

    Murid-murid Kristus hadir untuk memberikan harapan kepada dunia yang putus asa. Berita sukacita Injil harus terus dikumandangkan hingga kedatangan-Nya yang kedua.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menyampaikan berita ini kepada mereka yang hidup dalam kegelapan dosa. Kematian dan kebangkitan Kristus membuka jalan bagi kita untuk berdamai dengan Allah. Anugerah pengampunan dosa tersedia melalui-Nya.

    Terlalu sering gereja terpecah belah karena perbedaan pandangan mengenai baptisan, sementara inti Injil tentang keselamatan melalui anugerah Allah terabaikan.
Kegagalan dalam memberitakan Injil atau kesuksesan dalam hal itu bukanlah ukuran keberhasilan kita sendiri. Kita adalah murid-murid yang diutus oleh Tuhan, dan Dia bekerja melalui kita untuk meneguhkan pesan-Nya. Penyertaan-Nya dalam hidup kita sungguh nyata

Share:

Tunggu Kedatangan Tuhan!

Mazmur 27 Ketakutan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia. Ketakutan akan penolakan, ketidakpastian, penyakit, bahkan kematian selalu menghantui kita. Namun, respons terhadap ketakutan bisa berbeda bagi setiap individu. Meskipun Daud, sebagai pilihan Allah, menghadapi rintangan yang mengancam nyawanya, responnya berbeda. Daud mengakui Allah sebagai terang dan benteng hidupnya. Ia merindukan hadirat Tuhan dalam setiap langkahnya. Dalam pengembaraannya menuju takhtanya, Daud mengalami penderitaan dan perlawanan yang tidak terhingga. Namun, ia tetap mempercayakan dirinya kepada Tuhan yang berdaulat. Kita, seperti Daud, mengalami ketakutan dan rintangan dalam hidup. Namun, kita dipanggil untuk menanti Tuhan yang menguatkan dan meneguhkan hati kita. Kita harus meletakkan harapan dan kepercayaan kita pada Tuhan yang memiliki kuasa penuh dalam hidup kita. Hadirat Allah haruslah menjadi keinginan tertinggi kita. Meskipun kadang Tuhan tidak bertindak sesuai dengan keinginan kita, kita harus tetap belajar berharap. Dalam masa penantian yang sulit, Tuhan menyegarkan, memperbarui, dan mengajar kita. Di tengah kesesakan hidup, luangkanlah waktu untuk mencari maksud Tuhan.
Share:

Berserah kepada Tuhan

 Mazmur 25

Daud memulai bait-bait mazmur ini dengan sikap penyerahan diri kepada Sang Pencipta, bukan dengan mengagungkan keberhasilan atau keutamaannya, melainkan dengan kesadaran akan ketergantungannya kepada Sang Ilahi. Dalam keyakinannya, hanya Sang Ilahi yang mampu memberikan pertolongan dan membebaskannya dari cengkeraman musuh-musuhnya, karena Dia adalah Sang Ilah yang berdaulat dan berkuasa atas segala sesuatu.

Sikap penyerahan diri ini tercermin dalam dua kesadaran yang saling terkait. Pertama, kesadaran akan identitas dirinya di hadapan Sang Pencipta. Ketika Daud menyadari dirinya sebagai manusia yang penuh dosa, ia menghadap Sang Pencipta bukan dengan sikap memerintah-Nya untuk melaksanakan kehendaknya, tetapi dengan kerendahan hati memohon pengampunan-Nya (6-7, 11, 18).

Kedua, kesadaran akan kedudukan Sang Pencipta dalam hidupnya. Sang Pencipta bukan hanya memiliki kuasa, tetapi juga penuh kasih setia. Daud percaya bahwa Sang Pencipta tidak akan meninggalkan umat-Nya yang menaruh harapan pada-Nya. Oleh karena itu, ia mengharapkan dan memohon petunjuk hanya kepada Sang Pencipta (8-10, 12).

Frasa "Bimbinglah aku pada jalan-Mu", "Tuntunlah aku dalam kebenaran-Mu", "Pandangan mataku selalu tertuju kepada TUHAN", dan "Aku menantikan Engkau" (4-5, 15, 21) mengekspresikan kerinduan Daud akan Sang Pencipta dan ketetapannya untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Bagaimana sikap kita ketika dihadapkan pada tantangan hidup? Apakah kita akan merasa marah dan menyalahkan Sang Pencipta, lalu menuntut-Nya untuk memenuhi keinginan kita? Ataukah kita lebih memilih mengandalkan kemampuan diri kita sendiri seolah-olah tidak memerlukan Sang Pencipta? Atau, mungkin kita akan mengikuti jejak Daud dengan tawakal kepada Sang Pencipta?

Mazmur ini mengajak kita untuk senantiasa menyadari siapa kita di hadapan Sang Pencipta dan bagaimana kedudukan Sang Pencipta dalam hidup kita, sehingga dengan kerendahan hati kita terus bergantung dan berharap kepada-Nya dalam menjalani hidup.

Semoga kerinduan dan komitmen seperti Daud juga menjadi bagian dari perjalanan hidup kita bersama Tuhan

Share:

Agen Pembaruan

 

2 RAJA-RAJA 22 : 2
Ia melakukan yang benar di mata Tuhan dan mengikuti semua cara hidup Daud, bapa leluhurnya. Ia tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri.

Pepatah "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" sering digunakan untuk menekankan bahwa anak akan mewarisi sifat dan perilaku orang tua mereka. Namun, ada pengecualian seperti dalam kasus Yosia. Meskipun ayah dan kakeknya hidup dalam pelanggaran terhadap Tuhan, Yosia memilih jalannya sendiri.

Yosia meneladani ketaatan Raja Daud terhadap hukum-hukum Allah, berbeda dengan ayah dan kakeknya. Dia membangun kembali rumah Tuhan, menanggapi penemuan kitab Taurat dengan rendah hati, dan membersihkan Yehuda dari berbagai praktik penyembahan berhala dan kepercayaan palsu. Bahkan, dia mengenalkan kembali perayaan Paskah yang sudah lama ditinggalkan.

Meskipun menjadi raja dalam usia muda, Yosia tetap bertindak dengan bijaksana dan melakukan yang benar di hadapan Tuhan. Karena keterbukaan dan kerendahhatiannya, Yosia dan rakyatnya mendapat anugerah besar dari Allah. Penghukuman atas dosa-dosa Yehuda ditunda, memberikan mereka kesempatan untuk bertobat sesuai dengan firman Allah.

Kisah Yosia menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah tidak selalu dipengaruhi oleh faktor usia atau lingkungan. Bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun, kita masih memiliki kemampuan untuk memainkan peran sebagai agen perubahan. Tuhan selalu terlibat dalam perjuangan kita, siap membantu kita dalam setiap langkah yang diambil.

"Ujian Kesetiaan dalam Pelayanan Tuhan: Menghadapi Berbagai Kesulitan dan Penderitaan Hidup"

Share:

TAK SEBATAS MEMO

MATIUS 28:16-20 

Yesus mendekati mereka dan berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid- Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman." (Matius 28:18-20)

    Ada berbagai jenis wasiat yang ditinggalkan seseorang kepada orang-orang terkasih sebelum meninggal, dan ayah saya adalah salah satunya. Sebagai seorang pendoa yang tekun, salah satu pesan terakhirnya adalah memastikan bahwa setiap anaknya mampu berdoa.

    Saat Yesus akan meninggalkan dunia ini, Dia memberikan pesan kepada murid-murid-Nya tentang kerinduannya agar semua orang mengenal-Nya. Dia mengutus mereka untuk pergi, mencari jiwa-jiwa, memuridkan, dan mengajarkan mereka melakukan apa yang telah Dia lakukan. Dalam tindakan tersebut, Dia memberikan contoh tentang bagaimana menjalankan misi yang telah diberikan oleh Bapa. Yesus mengakhiri perkataannya dengan memberi jaminan, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman" (ayat 20). Dia menyatakan bahwa Dia akan senantiasa menyertai mereka karena Dia tahu bahwa akan ada keraguan, masalah, tantangan, dan dinamika dalam menjalankan misi ini. Kemungkinan itu bisa menggoyahkan iman, keyakinan, dan semangat untuk mencari jiwa yang hilang serta memberi pengajaran. Namun, Dia menegaskan pada awalnya bahwa, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi" (ayat 18).

    Kata-kata Yesus yang diucapkan sebelum Dia meninggalkan dunia mencerminkan kedalaman isi hatinya. Kata-katanya bukan hanya sebuah memo, melainkan sebuah kekuatan untuk selalu diingat. Dia telah memberikan contoh tentang bagaimana melakukan misi bagi Kerajaan-Nya. Kita semua telah melihat contoh yang diberikan oleh Yesus dan juga orang-orang yang telah memuridkan kita. Sekarang, saatnya bagi kita untuk melangkah dan melakukan bagian kita. Tuhan tidak akan berhenti menyertai kita hingga akhir zaman.



Share:

Ketika Kebaikan Mengikuti Kita

Mazmur 23

    Siapa yang tidak menginginkan kebaikan Tuhan? Semua orang pasti menginginkannya, bahkan mengejarnya. Namun, bagaimana caranya kita bisa menemukan dan merasakan kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita? Apakah kebaikan Tuhan selalu terjadi saat segala sesuatunya baik dan lancar?Dalam ayat 1-3, Daud menggambarkan Tuhan sebagai gembala pada saat situasi hidup baik dan lancar.

Keadaan yang baik digambarkan dengan padang rumput hijau, air yang tenang, jiwa yang segar, dan jalan yang rata. Pada kondisi tersebut, Tuhan adalah gembala yang memelihara, membimbing, dan menuntun kita.Namun, bagaimana jika situasi hidup kita berubah? Apakah Tuhan juga berubah? Jawabannya tidak sama sekali. Tuhan tetap menjadi gembala yang baik. Ketika kita melewati lembah kegelapan, 

    Dia tetap bersama kita sebagai gembala yang setia (ayat 4). Ketika hidup kita dilanda badai, penyakit, dan kesulitan, Tuhan tetap setia. Bahkan, di tengah bahaya dan ancaman, Tuhan memberkati kita dengan kelimpahan dan kemuliaan (ayat 5). Apapun situasinya, Dia tetaplah Allah yang baik dan penuh kasih.Menariknya, Mazmur 23 ditutup dengan pernyataan luar biasa. Ketika kita menjadi domba gembalaan Tuhan yang taat dan bergantung sepenuhnya pada-Nya, maka kebaikan dan kemurahan Tuhan akan mengikuti kita sepanjang hidup (ayat 6). 

Ini adalah janji yang pasti bagi kita. Dalam menghadapi tantangan hidup, kita diingatkan bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan akan selalu bersama kita.Ketika kehidupan kita berubah dan tak menentu, seringkali kita cemas. 

    Dalam situasi seperti itu, yang perlu kita lakukan adalah taat pada Tuhan dan bergantung pada-Nya, Gembala Agung kita. Maka, kebaikan dan kemurahan-Nya akan mengikuti kita.

Share:

Segala Pujian Hanya bagi Tuhan

Mazmur 22:23-32

Pada dasarnya, saat segala hal berjalan lancar, kita cenderung mudah untuk memuji Tuhan. Namun, bagaimana jika hidup kita penuh dengan kesulitan dan penderitaan? Apakah kita masih mampu untuk tetap memuji dan memuliakan nama-Nya?

Pujian yang dilantunkan oleh Daud kepada Tuhan tidak bisa dipisahkan dari konteksnya, yaitu seruan Daud di tengah-tengah penderitaan yang hebat dalam hidupnya.

Dalam penderitaannya, terlihat seolah-olah Tuhan telah meninggalkan Daud. Namun, meskipun menghadapi pergumulan dan penderitaan, Daud tidak menyerah pada putus asa dan tidak menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, dalam teks yang kita baca hari ini, Daud justru memilih untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.

Alasannya sangat jelas, yaitu karena Tuhan tidak menganggap rendah penderitaannya, tidak menyembunyikan kehadiran-Nya, dan mendengarkan seruannya. Ini adalah jawaban atas pertanyaan retoris yang diajukan oleh Daud sebelumnya. Tuhan tidak pernah meninggalkan Daud dalam saat-saat kesulitan karena Ia adalah Allah yang peduli. Karena pertolongan Tuhan yang luar biasa, Daud memberikan kesaksian di hadapan publik, yaitu jemaat Tuhan.

Dalam konteks ini, Daud tidak hanya menyanyikan pujian dan memberikan persembahan, tetapi dia juga menceritakan tentang kuasa Tuhan yang nyata dalam hidupnya kepada banyak orang. Tujuannya adalah agar setiap orang yang mendengar kesaksiannya ikut memuji Tuhan, mulai dari orang-orang yang takut akan Tuhan, sampai seluruh bangsa di seluruh penjuru bumi, bahkan orang-orang sombong yang tidak mengenal Allah.

Dari pengalaman Daud ini, kita yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari Tuhan. Penderitaan kita tidak membuat Tuhan menjauh atau meninggalkan kita. Bahkan, seringkali kita merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah penderitaan yang kita hadapi. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa berat masalah yang kita alami, mari kita tetap memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Ceritakanlah betapa besar dan patut dimuliakan-Nya.

Share:

Seruan dari dalam Penderitaan

Mazmur 22:1-22

Dalam saat-saat penderitaan yang sangat berat, Daud berseru kepada Allah seakan-akan merasa bahwa Allah telah meninggalkannya. Namun, apakah ketika Daud berkata, "Allahku, Allahku, mengapa engkau meninggalkan aku," itu merupakan ungkapan putus asa? Benarkah Allah meninggalkan Daud di saat dia menderita?

Saat kita membaca bagian ayat-ayat Firman Tuhan hari ini, terlihat bahwa Daud sedang mengalami penderitaan yang sangat besar. Penderitaan itu begitu hebat sehingga Daud menggambarkan dirinya sebagai ulat yang dicela dan dihina oleh banyak orang. Dia merasa seperti semua orang mencibir dan mengolok-oloknya, serta menggelengkan kepala kepadanya. Bahkan, dia menghadapi celaan, cemoohan, dan ancaman dari banyak musuhnya, yang menjadi sumber dari penderitaannya.

Namun, di tengah penderitaan itu, Daud menyampaikan seruan kepada Allah. Seruan ini sebenarnya bukan merupakan ekspresi putus asa dari Daud, juga bukan tuduhan bahwa Allah benar-benar telah meninggalkannya. Seruan itu justru menunjukkan sisi kemanusiaan Daud yang mengharapkan pertolongan Allah di tengah penderitaan berat ini. Di bagian-bagian selanjutnya, kita melihat bahwa Daud masih mempercayai dan menaruh harapan pada Allah, yang mampu menyelamatkannya dari penderitaannya.

Kira-kira seribu tahun setelah itu, Yesus Kristus mengucapkan kalimat yang sama saat Ia menderita di atas kayu salib. Namun, bukan berarti Yesus putus asa atau bahwa Bapa tidak peduli dengan-Nya. Seruan itu mencerminkan seberapa besar penderitaan yang dialami-Nya, dan Bapa tidak meninggalkan-Nya saat itu karena itulah kehendak-Nya.

Apakah penderitaan yang sedang Anda alami saat ini? Mungkin Anda mengharapkan Allah untuk segera bertindak, tetapi belum melihat jawaban-Nya hingga saat ini. Mari kita belajar dari Daud dan Yesus untuk tidak menyerah, dan terus berseru kepada-Nya yang akan bertindak pada waktunya.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.